Bidan: Dewi Penyelamat yang Nyata bagi Orang Desa

Bidan: Dewi Penyelamat yang Nyata bagi Orang Desa

Bidan: Dewi Penyelamat yang Nyata bagi Orang Desa (Unsplash.com)

Di desa, banyak orang yang berobat pada bidan. Selain menangani pasien ibu hamil, mereka juga dipercaya mampu memberikan pertolongan pertama pada pasien.

Kesehatan adalah pondasi utama kehidupan yang tenang. Tanpa kesehatan, semua rasanya hampa. Hampa dan nggak tenang. Kasarnya, percuma punya banyak uang, kalau tubuh tidak sehat. Punya uang banyak memang bisa beli makan mewah, tapi tak bisa menikmatinya. Uang juga bisa membeli kesehatan, tapi nggak seutuhnya. Punya jabatan tinggi, tapi tubuh nggak sehat, ya sia-sia. Wes pokoknya sebaik-baiknya pondasi untuk hidup adalah kesehatan, terutama kesehatan yang dijaga. Maka, menjaga kesehatan itu adalah hal utama.

Akan tetapi yang namanya hidup, kadang sakit datang tanpa permisi. Meski memang selalu ada penyebabnya. Saat sakit tiba, siapa yang dicari? Ya dokter dengan pergi ke rumah sakit. Namun, kesan kebanyakan orang desa pada dokter dan rumah sakit adalah tarifnya yang selangit. Bukannya nggak mau menukar uang dengan kesembuhan, akan tetapi bagi beberapa orang desa, nggak ada cukup uang yang bisa mereka tukarkan untuk berobat. Makanya di daerah pedesaan, bidan bak dewi penyelamat yang nyata.

Ketulusannya patut diacungi jempol

Saya yakin, saat menempuh pendidikan bidan, seorang bidan sudah rela mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Kalau mereka hidup sejahtera karena profesinya, itu memang sudah sepantasnya. Sebab, jasa mereka begitu besar dalam menjaga dan merawat kesehatan warga khususnya di pedesaan.

Berdasarkan pengalaman saya mengantar orang tua ke bidan untuk memperoleh pertolongan pertama, saya selalu melihat keramahan dan ketulusan mereka pada pasien. Para bidan di desa ini bak dewi penyelamat.

Tak perlu ada birokrasi yang berbelit

Datang ke bidan yang ada di desa sangat mudah. Pasien bisa langsung berhadapan dengan bidan tanpa birokrasi yang ribet. Umumnya, bidan akan langsung melayani pasien yang datang dan bertanya mengenai keluhan pasien. Setelah itu, pasien yang tadinya sakit bisa pulang dengan perasaan lega karena sudah ditangani oleh tenaga medis.

Tentu saja nggak semua penyakit bisa diobati seorang bidan. Biasanya hanya penyakit ringan dan pemeriksaan seputar kehamilan dan kesehatan ibu serta anak yang ditangani oleh seorang bidan. Jika penyakit yang dialami pasien terlalu berat dan nggak mampu diobati, mereka akan merujuk pasiennya ke rumah sakit untuk bertemu dokter.

Penyelamat orang desa

Berdasarkan pengamatan saya, bidan lebih banyak dijumpai di desa daripada di kota. Di desa saya ada satu orang bidan. Di desa tetangga bahkan sampai ada dua orang bidan. Semuanya melayani warga desa dengan baik. Bahkan, mereka rela datang ke rumah warga yang sakit tanpa diminta.

Beberapa hari lalu nenek saya sakit. Darah tingginya kumat. Sudah dibawa berobat, tapi kondisinya belum membaik. Di hari keempat, nenek saya kesulitan berjalan. Akhirnya saya putuskan untuk menjemput bidan ke rumah mengecek kondisi beliau. Bidan desa pun berkemas membawa peralatan yang sekiranya ia butuhkan tanpa keberatan.

Sebagai orang yang butuh pertolongan, tentu saja saya terharu dengan pelayanan yang diberikan sang bidan. Mungkin bagi sebagian orang, hal kecil seperti ini biasa saja, tapi bagi saya sikap tersebut membawa secercah harapan akan kesembuhan nenek saya.

Tarif berobat terjangkau

Uang yang dikeluarkan untuk berobat bisa menjadi masalah utama bagi orang desa. Nggak banyak warga desa yang mampu membayar rumah sakit dengan pelayanan terbaik. Memang sih sudah ada BPJS, tapi beberapa hal tetap perlu uang pribadi yang jumlahnya nggak sedikit. Misalnya, ongkos ke rumah sakit dari desa yang tentu saja perlu disiapkan keluarga pasien, atau obat-obatan yang harganya nggak tercover BPJS.

Sementara itu, tarif berobat ke bidan desa cukup terjangkau. Di desa saya, tarifnya Rp20 ribu hingga Rp30 ribu saja. Sisanya tergantung dengan harga obat yang diperlukan.

Oleh karena itu tulisan ini saya dedikasikan untuk para bidan dan calon bidan di mana pun kalian berada. Bagi saya dan banyak warga desa, kalian sungguh luar biasa. Panjang umur dan sehat selalu!

Penulis: Naufalul Ihya’ Ulumuddin
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Wawancara dengan Asisten Bidan tentang Pengalaman Mereka Menangani Pasien.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version