Punya kulit wajah dengan triple combo kering, berjerawat, dan sensitif memang bikin stres!
Punya satu permasalahan kulit saja sepertinya sudah sulit menghadapinya, apalagi kalau tiga sekaligus. Mungkin kulit saya layak dilabeli sebagai kulit problematik. Menghadapi tiga permasalahan kulit ini bikin saya sebagai sang empunya jadi pusing hampir tiap hari. Problemnya pun semakin beragam dan variatif.
Masalah pertama adalah kombinasi antara kulit kering-berjerawat. Kulit yang cenderung berjerawat (acne prone) biasanya memiliki jenis kulit berminyak. Nah, kulit saya justru kebalikannya, berjerawat tapi kering. Ini problem yang cukup dilematis lantaran hampir semua produk yang saya gunakan untuk kulit berjerawat akan membuat kulit sedikit kering. Salah pilih produk, bukannya bikin jerawat jadi sembuh malah kulit jadi ngeletek karena kering. Ya saya bingung to, harus memilih produk yang seperti apa.
Tak cukup sampai di sana, permasalahan kulit sensitif bikin saya semakin sulit mencari produk yang pas. Selama beberapa tahun terakhir ini, kulit saya ibarat “lab percobaan” dari satu skincare ke skincare lainnya. Saya juga sudah pernah beberapa kali pergi ke dokter dan klinik kecantikan. Tapi, akhirnya masih gini-gini saja, nggak ada perubahan yang signifikan.
Kulit saya yang rewel ini bikin saya jadi super selektif dalam memilih produk. Repotnya lagi, saya harus mengamati bahan-bahan yang kecil dan njelimet itu satu per satu. Bayangkan, saya pernah menunggui Ibu di rumah sakit selama seminggu dan nggak bawa sabun cuci muka karena mendadak. Saat itu saya pergi ke swalayan dan toko semacam Watson untuk mencari sabun cuci muka. Entah sudah berapa rak yang saya jelajahi, tapi tak satupun produk yang cocok. Jan, lara ati tenan. Teman saya jadi ikutan bingung sama kulit saya.
Selain sulit mendapatkan produk yang tepat, kulit saya yang begini juga memengaruhi keuangan saya. Jujur, teman-teman sampai pada bilang kalau kulit saya itu manja dan mahal lantaran rewel dan cocoknya dengan produk yang cukup menguras kantong. Permasalahan kulit saya ini bahkan pernah jadi guyonan: “kulit wajah Dipta itu nggak ‘halal’, lho” gara-gara nggak cocok dengan banyak produk lokal yang rata-rata punya sertifikat halal.
Susahnya merawat kulit yang rewel ini punya dampak besar. Akhirnya saya harus menyisihkan uang lebih untuk perawatan kulit. Terkadang saat sedang senggang, saya menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan dan jadi sedih sendiri. Saya, kan, juga pengin merasakan produk perawatan kulit yang murah dan halal kayak teman-teman, yang budget-friendly karena masih mahasiswa. Sekarang, sih, sudah agak mending karena banyak produk lokal yang cukup peduli dengan kulit sensitif. Dulu lebih parah lagi karena saya harus menggunakan produk impor yang, hmmm, menguras kantong ya, Bund.
Kerewelan kulit saya nggak cukup sampai pada perawatan yang super susah. Produk kosmetik yang saya pakai juga ikut merasakan dampaknya. Lha piye, jerawat kemerahan yang nggak ada isinya ini jan ngganggu tenan. Butuh waktu lama untuk sembuh dan warnanya cenderung kemerahan. Saya yang terkadang nggak pede harus menutupinya dengan concealer. Nah, ini yang menantang, soalnya kalau terlalu tebal malah jadi terlihat aneh dan njelehi. Serba salah, to? Ini juga belum termasuk omongan yang menyebalkan seperti, “Kok kamu jerawatan terus, sih?” Lha mbuh, aku yo ora ngerti.
Punya berbagai permasalahan kulit ini bikin saya overthinking, tapi cukup berguna. Kadang saya browsing apakah ada yang senasib dengan saya. Hingga saat ini, alhamdulillah belum menemukan yang mirip. Ya sedih, sih, tapi mau bagaimana lagi. Kalau ada jamaah Mojokiyah yang punya permasalahan serupa, tenang, kalian nggak sendirian!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.