Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Berlindung di Bawah Statement Tangan Kanan Itu Selalu Lebih Baik

Ersya Fadhila Damayanti oleh Ersya Fadhila Damayanti
3 Maret 2020
A A
Berlindung di Bawah Statement Tangan Kanan Itu Selalu Lebih Baik
Share on FacebookShare on Twitter

Indoktrinasi tangan bagus-tangan jelek yang sejak kecil ditanamkan dalam diri saya, memunculkan sebuah pertanyaan, “Mengapa tangan kanan selalu dianggap sebagai tangan yang lebih baik?”

Sejak kecil, saya selalu diajarkan untuk memberi dengan tangan bagus. Ibu saya tidak akan segan-segan memarahi saya di depan umum sekalipun, jika saya menggunakan tangan kiri ketika memberikan sesuatu. Saya terus menganggap tangan kanan sebagai tangan bagus dan tangan kiri sebagai tangan jelek. Hingga akhirnya ketika beranjak dewasa, saya tersadar bahwa orang tua saya tidak pernah memberikan penjelasan ataupun memberikan saya ruang untuk mempertanyakan, bagaimana tangan kanan bisa mengalungi predikat tangan superior? Saya tumbuh di lingkungan yang menganggap makan dengan tangan kiri itu pamali, memberi dengan tangan kiri itu tidak sopan.

Pandangan saya mengenai baik-buruk atau benar-salah berubah sejak saya bertemu Emon, sahabat baik saya yang seorang left-handed. Mitos-mitos yang selama ini tersebar tentang orang kidal ternyata tidak sepenuhnya benar. Namun, satu hal yang masih saya percaya, mereka memang orang yang kreatif. Emon sempat berpikir ingin menciptakan buku binder khusus orang kidal, saking desperate-nya karena merasa konsep buku binder tidak universal. Ya… tulis aja dari belakang kayak komik naruto~ Sayangnya, society tidak setolerir itu.

Emon sempat bercerita ketika masih bersekolah dulu, ia sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan di sekitarnya. Guru-guru sering memarahinya karena menulis dengan tangan kiri sambil meneriaki, “Pakai tangan yang bagus!” Bukan perkara mudah baginya untuk bersikap biasa saja setelah diteriaki seperti itu di hadapan teman-temannya. Hingga akhirnya ia harus menulis secara sembunyi-sembunyi agar tidak dipermalukan lagi.

Diskriminasi dan intoleransi secara membabi-buta terhadap orang kidal sudah terjadi sejak berabad-abad yang lalu. Berbagai takhayul yang terus berkembang tak ayal merupakan bentuk dari kekalnya intoleransi tersebut. Setiap zaman punya ‘seri penghakiman’ sendiri bagi orang kidal. Pada abad pertengahan, diskriminasi terhadap left-handed sangat kental dengan nuansa agama. Mereka dianggap sebagai orang inferior yang sering dihubungkan dengan pengikut setan dan ilmu sihir. Berkembang ke zaman yang lebih modern, muncul pernyataan yang menganggap kidal sebagai suatu gejala patologis. Intinya, left-handed selalu punya celah untuk dihakimi, baik melalui superstition ataupun penelitian scientific sekalipun.

Dalam masyarakat yang relatif berpikiran terbuka seperti saat ini, orang tua dan guru banyak mendorong anak untuk membiasakan diri dengan selalu terpaku pada norma-norma mayoritas. Mereka mengabaikan faktor-faktor X yang dapat membuat orang lain terlihat berbeda dengan apa yang society standarkan sebagai “normal”. Mereka bukan lagi membiasakan apa yang dianggap lebih baik, tetapi mematenkannya—seolah yang lain akan menjadi terhina kalau berbeda. Ditambah lagi dengan iming-iming jika ingin sukses, kita harus mengikuti standar norma yang berlaku di masyarakat. Orang kidal pada akhirnya hanya akan dipaksa untuk melawan sifat alamiahnya.

Budaya masyarakat Indonesia yang gemar basa-basi dan ingin tahu urusan orang juga ikut memperparah permasalahan sosial ini. Mereka tidak sadar upaya memecahkan suasana dapat menjadi racun mematikan di kondisi tertentu. Hal semacam ini terkadang dapat menyinggung perasaan orang lain hingga mengguncang psikologisnya.

“Kamu pengikut setan, ya?”

Baca Juga:

7 Benda yang Bentuknya Bikin Sulit Kehidupan Orang Kidal

Mematahkan Stereotip Orang Kidal yang Beredar di Indonesia

“Denger-denger, orang kidal cepet mati, ya?”

“Jorok banget makan pakai tangan cebok!”

Pertanyaan dan penyataan seperti di atas merupakan buah dari diskriminasi dan intoleransi yang sialnya masih tumbuh subur di permukaan. Diskursus mengenai laterisasi kerja otak masih kalah menarik ketimbang memprediksi kematian seseorang melalui tangan dominannya. Padahal, banyak perspektif baru yang dapat diambil jika kita mencermati fenomena secara rasional. Apa yang kita percayai belum tentu benar dan apa yang menurut kita benar belum tentu benar menurut orang lain.

Alih-alih menghakimi orang lain, lebih baik saling mendengar dan mencoba memahami perbedaan. Bukan hal berdosa untuk menyebut orang kidal sebagai orang spesial. Toh, memang benar mereka spesial. Perlu diingat bahwa orang kidal memiliki andil yang besar dalam memecahkan banyak misteri neuropsikologi tentang otak. Selain itu, mereka juga membantu kita untuk memahami apa yang membuat mereka berbeda dan mengajarkan kita tentang indahnya hidup di dalam keberagaman.

BACA JUGA Menjadi Minoritas Spesial dengan Terlahir Kidal atau tulisan Ersya Fadhila Damayanti lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Maret 2020 oleh

Tags: kidaltangan kanantangan kiri
Ersya Fadhila Damayanti

Ersya Fadhila Damayanti

Mau jadi hokage nggak kesampean, yaudah nulis dulu aja.

ArtikelTerkait

Mematahkan Stereotip soal Orang Kidal yang Beredar di Indonesia terminal mojok

Mematahkan Stereotip Orang Kidal yang Beredar di Indonesia

8 Agustus 2021
Menjadi Minoritas Spesial dengan Terlahir Kidal

Menjadi Minoritas Spesial dengan Terlahir Kidal

9 Januari 2020
7 Benda yang Diciptakan Hanya untuk Bikin Sulit Kehidupan Orang Kidal (Unsplash)

7 Benda yang Bentuknya Bikin Sulit Kehidupan Orang Kidal

25 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.