Kalau kamu ke Cilacap, mampirlah ke Benteng Pendem, berhadapan dengan Teluk Penyu dan pulau Nusa Kambangan. Benteng ini dibangun Belanda di abad ke-19, menjadi saksi bisu dari zaman penjajahan. Katanya sih buat pertahanan. Dengan konstruksi bata merah, ruangan barak, penjara dan terowongan yang bikin bulu kuduk berdiri.
Lucunya, meski tempatnya punya kesan yang menyeramkan (pake banget), banyak pengunjung yang datang ke Benteng Pendem buat foto-foto. Seperti saya, hehehe. Bukannya nggak takut, tapi pengin mengabadikan tempat di mana dulu orang bisa hilang tanpa jejak di balik jeruji ruang penjara itu.
Benteng Pendemi yang (dulu) disembunyikan, sampai sekarang seremnya nggak ketulungan
Namanya aja udah serem: Pendem. Dalam bahasa Jawa, pendem itu artinya ditanam, dikubur atau disembunyikan. Nggak heran kalau banyak orang yang pertama kali dengar namanya langsung mikir ini tempat persembunyian harta karun atau tempat jin buang anak.
Benteng Pendem Cilacap ini dibangun Belanda sekitar tahun 1861. Zaman ketika orang-orang Eropa lagi rajin ekspansi dan mengklaim tanah orang sebagai milik sendiri, lengkap dengan argumen sok ilmiah soal “peradaban”.
Awalnya, benteng ini dipakai buat pertahanan di pesisir selatan Jawa, tepatnya di Cilacap. Tapi dari luar, bangunannya nggak kelihatan kayak benteng-benteng yang biasa kita lihat di film kolosal. Bangunannya nggak menjulang tinggi.
Saat berkunjung ke Benteng Pendem Cilacap, saya mikir: kok bisa ya sejarah segelap ini dikemas kayak tempat piknik? Coba deh kamu masuk, nggak butuh waktu lima menit buat mengangguk setuju dengan argumen saya barusan. Di dalam benteng, kamu bakal nemu ruangan-ruangan sempit, lembap. Ada ruang tahanan atau penjara, ruang penyimpanan amunisi, ruang klinik, bahkan ada yang bilang dulu pernah jadi tempat penyiksaan.
Lorong-lorong nostalgia kolonial
Masuk ke dalam Benteng Pendem tuh kayak masuk ke lorong waktu. Sambil jalan, sambil membayangkan setiap sudutnya: dulu pasti kayak gini ya. Aroma lembap langsung menyambut. Setiap sudut benteng kayak punya suara sendiri. Kalau kamu diem lama-lama bisa kedengeran bisik-bisik halus dari pikiranmu, “Pernah ada yang dikurung di sini.”
Ya gimana, tempat ini sudah ada bahkan sebelum Indonesia mikir buat merdeka? Aneh, jujur. Rasanya kayak numpang lewat di rumah penjajah, yang dulu suka ngatur-ngatur dan sekarang udah pensiun tapi masih nyimpen sisa-sisa kekuasaan di dinding dan jeruji besi.
Ruang Penjara Benteng Pendem: final boss dari aura terseram
Lalu, sampailah kita di bagian yang bisa dibilang juara dalam kategori “Tempat Wisata Paling Berpotensi jadi lokasi Uji Nyali.” Ruang penjara di Benteng Pendem ini bukan cuma sempit, tapi juga menyeramkan. Ruangannya kecil, jendela cuma seupil, dan ventilasi kayak cuma formalitas.
Kadang suka kepikiran, gimana orang-orang dulu bisa bertahan di ruangan kayak gini? Jawabannya: ya mereka mana mau, mereka pasti nggak punya pilihan. Di zaman kolonial, hidup bukan soal nyaman, tapi soal selamat. Kalau kamu salah omong, atau dianggap berbahaya, ya udah tiba-tiba kamu udah di balik jeruji.
Tapi, ya begitulah, sejarah Indonesia bukan cuma soal proklamasi dan pidato. Tapi juga soal tempat-tempat kayak gini. Sekarang tempat kayak gini jadi objek wisata, orang datang, bayar tiket, terus selfie di depan sel penjara. Ada semacam romantisasi kolonialisme yang pelan-pelan menyusup ke dalam kepala kita.
Yang bisa kita lakuin: ingat. Sebab, tempat-tempat kayak Benteng Pendem Cilacap gini, walaupun serem tapi punya fungsi penting buat ngingetin kita: kemerdekaan itu bukan hadiah. Itu hasil perjuangan, darah dan… ya, ruang penjara semacam ini yang jadi saksi.
Penulis: Alifah Ayuthia Gondayu
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Cilacap, Kabupaten Terluas di Jawa Tengah sekaligus Kabupaten yang Paling Membingungkan




















