Beberapa waktu lalu, media sosial sempat geger perkara rumah yang keburu dibeli, tapi tak kunjung jadi. Di reddit, TikTok, IG, konten ini viral. Intinya, selama dua tahun, rumah belum jadi, padahal sudah dibayar. Gara-gara konten ini, perdebatan tentang beli rumah pun muncul di media sosial.
Melihat konten tersebut, saya jadi ikutan trenyuh. Saya tahu betul perjuangan beli rumah itu berat, karena saya sendiri juga melaluinya. Memang, masih skema KPR. Tapi mengingat bapakku udu Jokowi dan saya bisa nyicilnya, ya tak masalah. Pun kebetulan saya beli rumahnya dalam bentuk jadi.
Kadang, saya sedikit menyesal dengan rumah yang saya beli. Bukan tidak bersyukur, tapi lebih ke pusing aja kalau mau renovasi rumah ini. Anak saya bakal makin gede, sedangkan saya juga punya mimpi punya studio kerja sendiri di rumah. Istri saya pun begitu, ingin punya ruang khusus menyalurkan hobi dan dapur yang lebih luas. Opsinya terbatas, jadi kami memilih untuk menyimpan mimpi ini.
Nah, gara-gara itulah, saya kadang berangan-angan andai saya dulu beli rumahnya dalam bentuk kapling dulu, request bentuk, baru dibangun. Mungkin masalahnya nggak akan seperti ini. Tapiii, mengingat banyak kasus rumah mangkrak gara-gara developer, saya akhirnya sadar bahwa keputusan saya sudah amat tepat.
Beli rumah jadi ibarat plug n play
Meski saya tak bisa meng-upgrade rumah seenak saya, tapi enaknya beli rumah jadi adalah saya tinggal plug and play alias tinggal bawa kasur dan lemari, rumah bisa saya tempati. Nggak perlu nunggu lama, nggak perlu mikir biaya tambahan. Enak, tinggal pindahan.
Bahwa saya akhirnya tak punya banyak opsi, itu tak bisa dimungkiri. Tapi, setidaknya saya nggak perlu ribet dan potensi kena scam di masa depan sudah tereliminasi. Ya masih ada potensi scam sih seperti ternyata gentengnya bocor, atau kualitas catnya jelek, tapi itu sebenernya perkara pinter-pinternya waktu ngecek aja. Makanya, beli rumah jangan sampai seadanya waktu ngecek. Setelah tanda tangan akad rumah, developer nggak bisa lagi dimintai pertanggungjawaban kalau ada kerusakan.
Beli rumah jadi juga menurut saya lebih hemat. Hanya perlu nyari duit buat ngisi rumah, selebihnya aman. Untuk orang yang bener-bener males kek saya, ya beli rumah jadi sekalipun bikin saya agak menyesal, tapi penyesalannya nggak seberapa. Toh rumah bisa dijual dan pindah ke rumah yang lebih besar. Nggak semudah itu, saya tahu, tapi dibikin simpel aja.
Secara pribadi, saya lebih memilih beli rumah jadi. Ya, takutnya kena scam aja oleh pihak developer.
BCA yang terbaik
Untuk sobat KPR, beli rumah jadi juga lebih masuk akal karena kalian bisa lihat barangnya dan lebih terjamin. Maksud dari terjamin adalah, kecil kemungkinan bank kerja sama dengan developer problematik. Apalagi jika kalian KPR BCA, wah, kemungkinan zonk close to zero percent. Kita tahu sendirilah, BCA paling beres.
Untuk kalian yang mau beli rumah, saran saya, beli rumah jadi. Atau misal nggak cocok, tetap diskusi dengan orang yang paham perkara beginian. Bagi kalian pasangan baru, diskusi yang dalam perkara ini, karena rumah tangga nggak akan menyenangkan jika isinya cuman mumet ngurus rumah yang nggak kelar-kelar.
Sudah beli rumah nggak murah, malah bikin kalian kerah (berantem) terus. Wis, mending jupuk omah dadi. Tinggal isi perabotan, cat sedikit, beli PS5, dah cukup tuh.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Hancurnya Mimpi Saya Punya Rumah di Jogja karena Harga Rumah di Jogja Begitu Tinggi!