Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Beli Motor Baru di Desa Tak Pernah Jadi Hal yang Sederhana, Pakai Mandi Air Kembang dan Kudu Siap Jadi Berita!

Putri Ardila oleh Putri Ardila
27 November 2025
A A
Beli Motor Baru di Desa Tak Pernah Jadi Hal yang Sederhana, Pakai Mandi Air Kembang dan Kudu Siap Jadi Berita!

Beli Motor Baru di Desa Tak Pernah Jadi Hal yang Sederhana, Pakai Mandi Air Kembang dan Kudu Siap Jadi Berita!

Share on FacebookShare on Twitter

Di desa, motor baru itu bukan sekadar kendaraan. Ia adalah tonggak sejarah, penanda status sosial, serta center of attention yang bisa bikin satu kampung heboh hanya dengan suara “ngeng” pertama dari knalpotnya. Bahkan kadang rasanya, motor baru lebih dihargai daripada pemiliknya.

Lucu ya, motor diperlakukan kayak anak pertama. Padahal anak pertama aja kadang masih suka disalahin kalau adiknya jatuh.

Fenomena beli motor baru di desa ini sebenarnya sudah jadi tradisi turun-temurun. Orang-orang kota mungkin mengira prosesnya sederhana: beli–bawa pulang–pakai. Hah, tidak semudah itu, Ferguso. Di desa, membeli motor baru adalah perjalanan spiritual.

Pertama-tama, motor harus melewati ritual wajib: diuji lewat jalan desa yang entah kenapa selalu rusak di titik yang sama selama 20 tahun. Kalau musim hujan, jalanannya berubah jadi kubangan kerbau. Mau bawa motor baru? Rasanya seperti mengantarkan bayi baru lahir melewati wahana arung jeram. Kalau musim kemarau, lain lagi. Debu berterbangan sampai masuk ke pori-pori, bikin motor baru kamu berubah warna jadi “coklat tanah”. Motor baru satu hari, tapi vibe-nya sudah kayak motor adventure yang habis touring dua benua.

Dan anehnya, orang-orang di desa bakal komentar, “Wah, motormu sudah nyatu sama desa.”

Yang dimaksud “nyatu” itu barangkali becaknya sudah penuh lumpur dan debu.

Motor baru dimandiin pake air kembang

Tapi bagian paling sakral bukan di jalan rusaknya. Bagian paling sakral adalah ritual memandikan motor dengan air kembang. Yes. Motor baru di desa tingkat kemewahannya diukur dari seberapa banyak mawar, kenanga, dan melati yang menempel di bodinya. Semua orang sudah tahu: motor baru harus disiram air kembang biar “adem”. Saya kadang heran, itu adat atau motor dianggap punya aura?

Kadang ada syukuran kecil-kecilan juga. Ada roti, ada teh hangat, ada tetangga ngumpul. Mereka duduk, ngobrol, sambil ngeliatin motor—seolah-olah motor itu pengantin baru yang sedang dipamerkan. Bahkan recehan pertanyaan standar langsung keluar:

Baca Juga:

5 Alasan Beli Motor Bekas Lebih Cerdas daripada Motor Baru

Ditolak Kredit Motor 3 Kali Bikin Saya Bersyukur dan Tidak Lagi Malu Mengendarai Motor Bebek Jadul

“Credit apa cash?”

“Berapa angsurannya?”

“DP ne piro?”

“Suaranya kok halus banget? Awas kalau ngebut ya, nanti tak laporkan ke ibumu.”

Dan itu baru permulaan. Begitu motor dipajang di teras, aktivasi radar tetangga langsung ON. Ibu-ibu yang biasanya sibuk ngejemur, mendadak melambatkan langkah. Mata melirik seolah-olah mereka punya fitur zoom 4x bawaan lahir. Dari jauh mereka bisa mendeteksi: merek motor, warna, hingga stiker bawaan dealer.

Sementara bapak-bapak biasanya pura-pura acuh. Tapi begitu kamu matiin mesin motor, mereka muncul dari balik pagar.

“Coba tak delok mesine…”

“Spionmu apik iki.”

“Suspensine empuk ra?”

“Pancen Yamaha… Semakin di Depan.”

Tentu saja, itu semua sambil merokok dan mengangguk-angguk sok paham.

Bapak-bapak jadi analis dadakan

Kalau motor lewat pertama kali di depan warung, wah… lebih heboh lagi. Mendadak semua bapak-bapak yang ngopi akan refleks nengok. Jangan salah, bukan nengok biasa. Ini nengok evaluatif. Nengok penuh penilaian moral dan ekonomi.

“Wah, motore anyar…”

“Pasti kredit iki.”

“Gajine piro yo?”

“Ati-ati lho, suku bungane gede.”

Saya cuma lewat, tapi pembahasan berkembang jadi diskusi panel ekonomi skala nasional.

Dan belum satu hari motor sampai rumah, gosip sudah menyebar lebih cepat daripada broadcast WA ibu-ibu pengajian. Tetangga sebelah sudah tahu. Tetangga ujung gang juga tahu. Bahkan tetangga yang rumahnya masuk jalan buntu pun tahu.

Hebat sekali. Motor saya bahkan belum sempat saya cuci, tapi informasinya sudah tersebar sampai ke radius dua dusun.

Anak kecil tidak ketinggalan. Mereka akan menyentuh motor dengan rasa ingin tahu yang lebih besar dari ingin tahu masa depan. Ada saja tangan-tangan mungil yang tiba-tiba muncul dari balik pintu, menaburkan sidik jari suci ke bodi motor.

“Jangan disentuh, Nak!”

Terlambat. Sedikit lagi, motor ini masuk ke ranah investigasi CSI.

Komentar tetangga memang ajaib

Tapi, dari semua fenomena motor baru di desa, bagian paling menegangkan adalah: komentar tetangga. Tidak ada yang sesensitif telinga seseorang selain komentar tetangga tentang barang baru. Dan komentar-komentar ini biasanya antara memuji dan menyindir.

“Wah, baru ya? Bagus motornya…”

“Semoga awet… kalau nggak kredit lama.”

“Warnamu itu lho cerah banget, cocok buat yang masih lajang.”

“Angkot wis wayahe ganti, to?”

Saya cuma bisa senyum. Meskipun dalam hati ingin berteriak, “Bu, saya barusan nyicil ini motor. Tolong hargai.”

Tapi begitulah desa. Ramai, heboh, sok paham, tapi justru itu yang bikin hidup jadi lucu. Walaupun motor saya jadi sorotan se-RT, nanti kalau bannya bocor, mereka juga yang bantu. Kalau saya telat bayar cicilan, mereka juga yang bilang, “Sabar, Sing penting sehat.”

Motor baru di desa itu kayak bayi pertama: diramein, dibahas, diomentari, kadang diperlakukan berlebihan. Tapi ya dinikmati aja. Karena di balik ributnya, ada rasa kebersamaan yang nggak bisa dibeli di dealer mana pun.

Kalau kamu bisa melalui fase beli motor baru tanpa stres, selamat. Artinya kamu sudah naik level dari warga desa biasa jadi pahlawan motor nasional. Dan percayalah, setelah satu minggu, gosipnya bakal reda.

Sampai ada yang beli motor baru lagi. Dan siklus kehidupan pun berulang.

Penulis: Putri Ardila
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Genio Jadi Pilihan Kedua Setelah Scoopy, tapi Malah Jadi Motor Honda Terbaik yang Tidak Saya Sesali Pembeliannya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 November 2025 oleh

Tags: beli motor barucara beli motor cashkredit motormotor baru
Putri Ardila

Putri Ardila

Mbak-mbak mata minus (katanya sih) penulis yang sering curhat lewat naskah, karena curhat langsung takut Disebut baperan.

ArtikelTerkait

Sisi Gelap Kredit Motor yang Nggak Banyak Disadari Pembeli Mojok.co

Alasan Saya Menolak Kredit Motor: Skema yang Merugikan Pembeli, tapi Nggak Banyak yang Menyadari

15 Juni 2024
Selain Tukang Parkir Liar, Kehadiran Tukang Ojek Dadakan di Tempat Wisata Religi Tak Kalah Menyebalkan tukang ojek pangkalan

Nasib Tukang Ojek Pangkalan di Pedesaan Kian Merana Gara-gara Kredit Motor yang Makin Mudah

26 Juli 2024
Yamaha Byson motor yamaha mio m3 motor baru mojok

Jangan Gampang Kepincut Beli Motor Baru, Mending Uangnya buat Pindah Negara

9 Oktober 2020
Ditolak Kredit Motor 3 Kali Bikin Saya Bersyukur dan Tidak Lagi Malu Mengendarai Motor Bebek Jadul

Ditolak Kredit Motor 3 Kali Bikin Saya Bersyukur dan Tidak Lagi Malu Mengendarai Motor Bebek Jadul

26 April 2025
5 Alasan Beli Motor Bekas Lebih Cerdas daripada Motor Baru (Unsplash)

5 Alasan Beli Motor Bekas Lebih Cerdas daripada Motor Baru

23 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.