Setiap pagi ataupun sore saat membuka Twitter, saya langsung mencari info yang sedang trending. Kebetulan ada trending “lemes” yang membuat saya penasaran, seketika langsung saya klik.
Seperti biasa, banyak orang yang post foto tapi nggak nyambung sama hastagnya. (Haissh ramashook). Setelah beberapa scroll-an, saya menemukan sebuah video yang di-upload beberapa base, lengkap dengan penjelasan kronologi kejadian. Video seorang ibu hamil ditrabrak mobil.
Konon nih, pelaku (driver) adalah seorang ibu-ibu yang sedang belajar mobil dan didampingi oleh suami. Kronologi singkatnya, si ibu hamil hendak menyeberang jalan. Di seberang jalan ada suami yang sedang menunggunya pulang kerja. Nah, di samping si suami ini ada mobil yang sedang berhenti, otomatis si ibu hamil menyeberang. Pas di tengah-tengah mobil, malah mobil ini tiba-tiba jalan (katanya sih si pengemudi niatnya mau nginjak rem tapi malah salah nginjak gas). Sampai akhirnya si ibu hamil ini terseret mobil dan terjepit di tiang listrik yang ada di pinggir jalan.
Dis! Detik2 seorang ibu yang lg hamil ditabrak mobil dan tidak terselamatkan, baik si ibu dan bayi yang dikandungannya.
Pelaku (driver) adalah ibu2 yg lagi belajar nyupir mobil & didampingi oleh suaminya pic.twitter.com/NbM5yrN80P— AREA JULID (@AREAJULID) February 27, 2020
Kejadian itu berlangsung di Gang Madat, Palmerah, Jakarta Barat. Terlepas dari informasi yang simpang siur itu, yang jelas, lewat video tersebut kita akan sepakat mengutuk dan mengambil suara bahwa “JIKA INGIN BELAJAR MOBIL, HENDAKNYA JANGAN DI JALANAN UMUM TERLEPAS DARI RAMAI ATAU TIDAKNYA JALAN TERSEBUT.”
Mungkin si ibu driver belajar mobil didasari niat baik. Mungkin ingin lebih mandiri ketika berangkat kerja, mengantar anak sekolah, kumpul bersama teman, dan sebagainya. Namun, si ibu lupa bahwa menyetir itu sunah, jangan sampai melalaikan keselamatan yang mutlak harus diutamakan.
Dalam kasus ini, saya tidak ingin menghakimi si ibu driver. Bagaimanapun yang namanya musibah tidak bisa ditebak dan dihindari. Tapi dari musibah itu pula sebenarnya bisa diminimilasir dengan cara mawas diri dan tindakan preventif.
Saya yakin, di luar sana banyak yang mengabaikan hal sepele ini. Belajar kendaraan di jalan umum, lantas merasa memiliki privasi untuk diutamakan dan berharap pemakluman dari pihak lain.
Dulu, saat saya belajar naik motor, saya diajari di lapangan, ditinggal sendiri di lapangan, dan saya dibebaskan muter-muter. Sebenarnya saya tidak punya kapasitas untuk menulis artikel ini, sebab saya tidak punya pengalam belajar nyertir mobil. Lha nggak punya mobil je, ngapain harus belajar menyetir?
Tapi meskipun saya belum pernah belajar mobil, saya ingin memberikan beberapa tips yang meskipun sepele dan klise akan tetapi sangat bermanfaat bila diterapkan:
Satu: Opsi tempat lain, selain jalan
Jalan adalah akses utama masyarakat dalam melakukan kegiatan. Baik yang berjalan kaki maupun berkendara. Mustahil apabila kita merasa jalanan ini sepi lantas dengan sembrono kita langsung memantaskan diri untuk bisa belajar di jalan tersebut. SALAH FATAL. Masih ada tempat lain yang lebih safety untuk belajar selain di jalan, di lapangan misalnya, atau di gamefun. Eh ini mah saya -_-
Dua: Belajarlah dengan ahlinya
Ya nggak harus ahli-ahli amat sih. Paling tidak ia bisa memandu dan mengontrol situasi saat membantu mengajari. Misalnya, apa saja yang si driver harus kerjakan, memberikan aba-aba saat ada tikungan, menenangkan si driver kala salah prosedur, dan sebagainya. Yang perlu dicatat, meskipun kita sudah ahli, belum tentu memiliki kapasitas untuk bisa mengajari orang lain. Misalnya saya nih, sudah bisa naik motor sejak kelas 3 SMP sampai sekarang, jam terbang dan pengalaman lainnya akan nihil jika saya tidak bisa meng-komando-i si driver ini. Jadi bisa disimpulkan, jika memang ingin belajar menyetir, pastikan memilih pakar dan ahli yang mumpuni.
Tiga: Menggunakan jasa kursus menyetir mobil
Ini opsi paling aman sih, karena ini yang paling safety. Kursus menyetir mobil menggunakan media mobil yang sudah disertai dengan rem tangan yang ada di kiri driver, sehingga apabila terjadi kesalahan dari si driver, si pemandu bisa ikut serta menggunakan rem tersebut. Selain itu, mobil kursus pun biasanya ditambahi dengan embel-embel dengan tulisan “BELAJAR” di depan dan belakang mobil. Jadi, sekalipun belajar di jalanan, orang lain akan waspada dan berhati-hari, dan kadang kita memaklumi kalau mereka nyetirnya sedikit nyeleneh dan ngawur. Tapi paling tidak, mereka sudah diberi notice. Sehingga pengendara lain bisa jaga jarak. Biaya kursus menyetir pun beraneka ragam, ada yang 120 ribu/2 jam, hingga jutaan rupiah untuk beberapa kali pertemuan sebulan. (Masak iya sih, bisa beli mobil tapi nggak bisa menyisihkan sedikit uang untuk kursus menyetir?)
Transportasi baik motor, mobil, kapal, kereta, dan sebagainya dikendalikan oleh manusia. Selain faktor lingkungan, faktor manusia-lah yang paling besar membawa pengaruh terjadinya musibah.
Belajar boleh, tidak ada yang melarang. Akan tetapi usahakan keselamatan dan kesehatan itu yang paling utama.
BACA JUGA Mengapa Emak-Emak Sebaiknya Tidak Belajar Nyetir Mobil Kepada Suami atau tulisan Rinawati lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.