Begini Jadinya jika Drama Korea ‘Vincenzo’ Punya Latar Cerita Di Indonesia

Meski sudah tamat beberapa hari yang lalu, gegap gempita drama Korea Vincenzo masih terasa sampai sekarang. Drama Korea yang mengisahkan perjuangan Vincenzo Cassano, seorang pengacara mafia dari Italia, dalam menghadapi musuh dan melindungi emas miliknya yang ia simpan di ruang bawah tanah sebuah plaza ini, ditutup dengan kemenangan telak Vincenzo atas musuh utamanya, Babel Group.

Selain lantaran penampilan para aktor dan aktrisnya yang memang daebak betul, hal lain yang bikin drama Korea satu ini digandrungi banyak penonton adalah konflik cerita yang disuguhkan.

Drama ini berhasil mengangkat tema white collar crimes, seperti transaksi gelap, kesewenang-sewenangan konglomerat, dan skandal korupsi pejabat sebagai bahan baku konflik ceritanya. Dan itu semua dikemas dengan solid dibalut bumbu-bumbu komedi ringan sehingga enak untuk dinikmati.

Begitu mengetahui tema drama Korea ini soal white collar crimes, saya langsung antusias menontonnya. Lebih dari itu, saya bahkan sampai berandai-andai bagaimana jika drama Vincenzo ini memiliki latar cerita di negara kita. Hah, kita?!

Dengan kondisi negara yang belakangan memang sedang santer pemberitaan soal kesewenang-wenangan pejabat dan konglomerat serta pemberitaan lain yang kerap membuat kita mengelus dada sembari mbatin, “Jan-jane iki negoro opo to? Hadeeeh!” saya kira bakal mashook banget seumpama Vincenzo punya latar cerita di salah satu tempat di Indonesia.

Lantas, bakal jadi seperti apakah jika drama Korea Vincenzo punya latar cerita di Indonesia? Simak baik-baik ya, Yorobun~

Vincenzo, sang consigliere, yang sudah jenuh tinggal di Malta, akhirnya memutuskan berhijrah ke sebuah negara yang konon katanya gemah ripah loh jinawi. Pilihan spesifik tempat tujuannya jatuh pada sebuah kota yang masyhur dengan slogan “terbuat dari rindu, rasan-rasan, dan ketimpangan sosial angkringan”.

Dia kemudian pindah ke sana, membeli sebuah rumah mewah, tapi nggak mewah-mewah amat di pinggiran pusat kota bernama, kampung Geumga-rejo. Harga hunian di kota itu yang konon katanya nggak UMR-friendly, bukan masalah bagi Vincenzo. Lha mafia og, duite turah-turah, je.

Sebagai warga baru di Geumga-rejo, tentu saja butuh waktu yang tidak sebentar untuk Vincenzo bisa akrab dengan tangga teparo-nya. Di masa awal ia tinggal, tetangga kanan kiri rumah Vincenzo, Yu Te Joo dan Yu Dal Mi kerap rasan-rasan soal pekerjaan Vincenzo.

“Heh, Yu, Mas Vincenzo ki nyambut gawene opo, yo? Kok, jarang banget le metu omah,” Yu Te Joo membuka rasan-rasan.

“Ho’oh yo, Yu. Aku yo penasaran. Nek diarani ngingu babi ngepet ki kok yo ora mungkin. Ha wong sandhangane ki necis, rapi, lan wangi terus, je. Mosok ngingu babi ngepet, sih. Ah ora mungkin, ah,” Yu Dal Mi mencoba berbaik sangka.

Saat tengah rasan-rasan, ujuk-ujuk Vincenzo muncul. Kemunculannya sontak membuat Yu Tee Jo dan Yu Dal Mi kicep. Namun, dari momen itu lah justru hubungan Vincenzo dan para tetangga barunya di Geumga-rejo mulai terbangun. Belakangan, diketahui bahwa Vincenzo berdalih bekerja sebagai konsultan hukum online yang kerjanya WFH.

Lambat laun, hubungan Vincenzo dengan tetangganya semakin terjalin akrab. Puncaknya adalah saat peristiwa lingkungan kampung Geumga-rejo tempat Vincenzo tinggal, hendak digusur akibat adanya pembangunan pusat hiburan.

Padahal pembangunan pusat hiburan tersebut dikabarkan tidak layak amdal, sarat intrik politik, dan tentu saja hanya sekadar memuaskan dahaga para pemilik modal. Warga sekitar jelas menolak keras pembangunan ini. Tapi, ya wong cilik punya daya apa melawan para konglomerat ini.

Mengetahui kondisi yang demikian dan berbekal pengalamannya melawan Babel Group di Korea Selatan, Vincenzo tidak tinggal diam. Ia membangun kekuatan bersama warga kampung untuk melakukan protes dan melawan terhadap pembangunan ini.

Selain menggerakkan warga kampung, di balik layar, ia juga tetap melakukan cara mafianya untuk melawan pembangunan yang problematik ini. Awalnya, Vincenzo melakukan negosiasi dengan pejabat dan konglomerat yang terkait pembangunan pusat hiburan ini.

Sayangnya, cara tersebut tidak berhasil. Akhirnya cara intimidasi pun dilakukan Vincenzo. Belakangan, diketahui orang di balik pembangunan ini juga terlibat dalam banyak kasus skandal korupsi e-KTP, bantuan covid, jual-beli jabatan, dan penjualan vaksin ilegal. Asli bajingan betul ini orang.

Selain memviralkan kebobrokan pelaku di media sosial, Vincenzo juga melakukan cara sadisnya pada si bajingan satu ini. Di akhir cerita, konflik ini bisa disudahi. Warga dan tempat tinggalnya selamat dari penggusuran. Pembangunan pusat hiburan dibatalkan. Seluruh pelaku yang teribat ditangkap. Kemenangan telak untuk Vincenzo dan warga kampung Geumga-rejo.

Sejak saat itu, Vincenzo makin dekat dengan warga Geumga-rejo. Ia benar-benar merasa betah tinggal di kampung ini. Ia akhirnya memutuskan diri untuk naturalisasi, pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Indonesia.

Selain karena betah, ini dilakukan agar ia tidak perlu kerepotan, saat ia sedang mengkritik kebijakan di tempat ia tinggal, lantas mendapat pertanyaan, “KTP-mu ngendi e, Bos?”

Dengan begitu, ia bisa langsung menunjukkan KTP Geumga-rejo-nya. Tentu saja sembari cetek-cetek memainkan korek apinya.

Ya, begitulah jadinya jika Vincenzo punya latar cerita di Indonesia. Barangkali Vincenzo mau dibuat season keduanya kan, bisa lah Indonesia menjadi latar tempat ceritanya. Lantas, tulisan saya menjadi salah satu referensi ceritanya.

Sumber Gambar: YouTube The Swoon

BACA JUGA Vincenzo Cassano dari Drama Korea ‘Vincenzo’, Si Consigliere Karismatik Berkepribadian Mediator dan tulisan Nazih Nauvan Lathif lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version