Beberapa Kekurangan Maxim yang Wajib Diperbaiki

Beberapa Kekurangan Maxim yang Wajib Diperbaiki

Beberapa Kekurangan Maxim yang Wajib Diperbaiki (Pixabay.com)

Masih banyak orang terutama di kalangan saya yang nggak kenal dengan Maxim. Ada yang mengira itu adalah jasa ekspedisi, jasa jual-beli kendaraan, jasa cuci mobil, jasa cukur rambut, sampai situs toko daring. Meski menurut berbagai sumber Maxim telah beroperasi di Indonesia sejak 2018, nyatanya saya baru tahu makna dan fungsi jasa ini setahun yang lalu. Itu pun karena saya dikasih tahu oleh seorang teman yang sering pakai jasa ini saat masih tinggal di Jakarta.

Sebagai pengguna yang telah beberapa kali menggunakan Maxim, saya merasa kalau ada beberapa hal dari jasa transportasi daring ini yang perlu dibenahi. Saat ini Maxim memang masih kalah familier dengan Grab atau Gojek. Tapi, kalau soal kemurahannya jelas Maxim nggak mau kalah. Kemurahan itu bisa disimak pada tarif jasanya, bisa pula senyum dan hati para drivernya.

Saya tahu kalau di negeri kita ada pepatah, “Ada harga, ada rupa”. Tapi, entah kenapa dengan segala kemurahan yang diberikan, ada saja hal kurang sreg yang saya rasakan. Nggak cuma menuntut saya untuk terus update aplikasi, tapi hasil kayak nggak ada bedanya. Ada kekurangan lain yang perlu diketahui oleh para pengguna baru supaya mereka menjadi maklum adanya.

Berikut kekurangan yang saya rasakan sepanjang menggunakan Maxim (studi kasus daerah Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah).

#1 Pin yang kadang nggak akurat

Pin yang nggak akurat tentu sangat menganggu kelancaran driver saat menjemput para penumpang. Sepanjang pengalaman pakai jasa ini, pin lokasi terkini saya sering meleset antara 10–100 meter dari yang seharusnya. Selain itu, nama lokasi yang muncul pada aplikasi Maxim nggak sedetail Google Maps, Gojek, dan Grab. Untuk mengatasinya, kita harus menggeser sendiri pin lokasi tersebut ke titik penjemputan atau titik lokasi tujuan yang tepat.

Misalnya, saya ingin pergi ke kantor. Nama kantor saya tercantum pada aplikasi Google Maps, Gojek, dan Grab. Ternyata pada aplikasi Maxim, nama kantor saya nggak ada. Jadi, saya harus rajin menggeser sendiri layar peta, lalu menentukan pin pada lokasi tujuan yang tepat. Hal ini juga berlaku sama bagi yang ingin pergi keluar kota. Tentu hal ini sangat membagongkan bagi orang-orang yang buta arah atau Google Maps.

#2 Waktu jemput yang kadang lama dan luput dari estimasi

Barangkali karena jumlah driver Maxim belum bejibun, waktu pencarian drivernya jadi lama. Kalaupun berhasil ketemu, biasanya lokasi driver jauh dari lokasi kita, jadi waktu jemputnya juga jadi lama. Sepanjang pengalaman pakai jasa ini, waktu tercepat menunggu yang pernah saya peroleh adalah 6 menit. Waktu terlama menunggu yang pernah saya peroleh adalah 28 menit. Itu pun kadang luput dari estimasi waktu tiba yang telah ditentukan pada aplikasi tersebut.

Pernah saat saya menunggu kedatangan mobil, pada aplikasi tertulis bahwa estimasi waktu tibanya adalah 8 menit. Ternyata setelah 8 menit berlalu, mobil tersebut masih berjarak sekitar 2 km dari lokasi saya. Tahu-tahu estimasi waktu tadi berubah jadi 2 menit. Tentu hal ini bikin kecele para pengguna yang telanjur bersiap-siap sambil mengatur barang bawaannya.

Baca halaman selanjutnya

#3 Kendaraan yang kadang nggak good looking

#3 Kendaraan yang kadang nggak good looking

Berhubung sering pakai jasa Maxim untuk mobil, biasanya saya menaiki mobil yang terkesan good looking. Ada yang kacanya masih berdebu, bempernya berkarat, banyya kusam., sampai bodi belakangnya penyok. Untuk motor, saya pernah menaiki motor bebek dengan kondisi cat bodinya lusuh, joknya ditambal, dan rantainya yang berisik. Saya juga dipakaikan helm bawaan driver yang sudah usang. Tentu hal ini mengurangi nilai kenyamanan bagi para pengguna.

#4 Rute tercepat yang ditentukan kadang menjerumuskan

Biasanya kalau di Google Maps, Gojek, dan Grab, kan ada opsi rute terbaik menuju lokasi dengan motor atau mobil. Nah, biasanya kalau di Maxim malah ditunjukkan rute tercepat saja. Hal ini seolah-olah mengesankan kalau semua kendaraan bisa lewat jalur situ. Terkait hal tersebut, saya punya pengalaman menarik untuk diceritakan dan cukup menggambarkan suasana hati yang jengkel.

Jadi, saya sekeluarga hendak pulkam ke daerah Bayat, Klaten. Sebelumnya kami biasa menggunakan jasa Gocar dan GrabCar. Sepanjang pengalaman pakai dua jasa tersebut, kami merasa puas. Rute lokasi yang ditunjukkan selalu logis, artinya sesuai dengan jenis kendaraan yang kami naiki. Tentu hal ini memperlancar perjalanan kami sampai ke lokasi tujuan.

Berhubung ingin njajal sekaligus ngirit, pada Minggu kemarin kami menghubungi jasa Maxim untuk mobil. Setelah menunggu sekitar 15 menitan, datanglah sebuah MPV dengan bodinya bercorak stiker khas mobil racing. Lalu, kami semua menaiki mobil tersebut dan melaju sesuai dengai rute yang telah ditetapkan pada aplikasi tersebut.

Awalnya perjalanan berlangsung baik-baik saja hingga mobil kami seperti sedang memasuki negeri antah-berantah. Kami melewati gang-gang kampung, jalan desa yang masih tanah, hutan-hutan jati, tanjakan di bukit, sampai jalan sempit berbatu yang pinggirnya.jurang. Sialnya kami baru sadar kalau rute yang ditunjukkan pada aplikasi tersebut berbeda dari biasanya. Tentu hal ini merepotkan para driver yang belum pernah melewati lokasi tujuan tersebut.

Itulah beberapa kekurangan dari Maxim yang pernah saya rasakan. Jadi, bagi para pengguna baru yang ingin merasakan sensasi kemurahan dari Maxim, nggak ada salahnya untuk dijajal. Bagi para pengguna lama yang masih merasakan jengkel seperti saya, serahkan saja pada ahlinya. Percayalah bahwa semua akan berubah pada waktunya.

Penulis: Dhimas Muhammad Yasin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pop Ice, Raja Minuman Sachet dan 4 Rivalnya yang Saya Rindukan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version