Barcelona, Revolusi Manajemen, dan Messi yang Kedaluwarsa: Wawancara dengan Pengurus Indobarca Bogor

ansu fati barcelona bangkrut fcb femeni la masia arthur melo barcelona pjanic juventus MOJOK

la masia arthur melo barcelona pjanic juventus MOJOK

“Reaksi teman-teman tentu kecewa, Mas. Kebetulan waktu itu kami mengadakan nobar dan yang hadir cukup banyak, hampir 300 orang. Jujur, baru kali ini saya melihat klub kesayangan saya kalah dengan skor telak 8-2..” Jawab Galih Nicholas (28) saat saya bertanya mengenai reaksi teman-teman Indobarca Bogor, fans Barcelona ketika tim kebanggaannya dibantai Bayern Munchen.

Galih Nicholas sendiri merupakan pengurus Indobarca Bogor sejak periode 2012-2014. Berbagai divisi pernah ia rasakan, mulai logistik, event nobar, futsal, lalu sekarang dirinya menjadi admin Instagram dan Twitter @INDOBARCA_BGR. Tadinya, selain Galih, saya ingin mewawancarai admin Twitter @PenyaIndoBarca tapi beliau tidak membalas email saya, heuheu. Galih sendiri sosok yang hafal betul tentang seluk-beluk Barcelona.

Pertanyaan selanjutnya yang meluncur dari mulut saya kepada Galih agak serius, “Mas Galih, setuju tidak kalau aspek teknis dan nonteknis di tubuh Barcelona sudah koyak? Maksudnya, aspek teknis seperti regenerasi tidak berjalan, lalu pemilihan pelatih tidak ideal. Dan nonteknis, seperti kinerja manajemen yang buruk?” Saya mengambil pertanyaan ini sehabis membaca tulisan Mas Seno yang diberi judul Bayern Memaku Paku Terakhir di ‘Peti Mati’ Barcelona: 8-2!

Galih menjawab, “Saya setuju manajemen Barcelona itu BURUK di tangan Josep Maria Bartomeu. Kami sama-sama melihat, mulai dari jual beli pemain yang tidak jelas, bibit La Masia dijadikan perjudian, lalu dipinjamkan. Pemilihan Quique Setien juga menurut saya kurang tepat. Pasalnya, Setien itu sebelumnya cuma mengemudikan tim menengah ke bawah yaitu Real Betis dan Las Palmas, kemudian direkrut jadi pelatih Barcelona, mentalnya juga kaget, kan?”

“Belakangan ini, suara-suara yang keluar menginginkan manajemen Barcelona diganti, ya terutama Bartomeu yang sering dibully dengan sebutan Nobita!” lanjut Galih.

Galih bilang kalau jawaban yang ia sampaikan kepada saya dalam tulisan ini merupakan pendapat yang ia wakili dari teman-temannya di beberapa forum Indobarca Bogor karena mereka punya enam grup dan full anggotanya selalu ramai membahas Barcelona. Ia semacam mengambil pendapat-pendapat ini dari forum tersebut.

Lebih lanjut, saya meminta Galih untuk menegaskan kembali tentang Bartomeu sedari dulu seperti apa di mata fans Barcelona. Galih antusias menjawabnya, “Kami semua pesimis dengan kebijakan-kebijakan dia, Mas. Belum lagi, masalah internal Barcelona begitu menggejolak. Hubungan manajemen dengan para pemain sangat buruk. Saya kurang tahu persis sebenarnya. Kayaknya, sulit banget buat meruntuhkan pondasi jabatan Bartomeu sebagai presiden.”

“Barangkali, ada kepentingan politik juga, tapi kami tidak tahu. Saat ini Bartomeu belum diganti karena dia ingin menyelesaikan masa jabatannya hingga musim panas 2021 mendatang. Makanya, dia bakal melakukan berbagai cara untuk terus menjabat sesuai masa jabatannya.” Tambah Galih.

Pada intinya, fans Barcelona sudah gregetan kepada Bartomeu. Galih ingin sekali sang presiden Barcelona itu segera pergi. Itu!

Berikutnya, saya kemudian meminta tanggapan Mas Galih tentang pemecatan Eric Abidal dan Quique Setien. Galih menjawab, “Tanggapan saya sederhana, pemecatan Abidal persoalannya satu, ia gagal menjalankan tugasnya. Misalnya, gagal merekrut pemain baru yang diinginkan klub. Lalu kegagalannya menggaet pelatih baru sebagai pengganti Valverde hingga kemudian menunjuk Setien. Saya pikir, itu setimpal dengan pemecatan Setien karena tidak ada perubahan yang signifikan.”

“Saya juga melihat dari sisi klub bahwa Barcelona tidak hanya serta-merta memecat Abidal tanpa penilaian. Terlepas dari persoalan, klub secara terbuka mengucapkan terima kasih kepada Abidal atas komitmen, dedikasi serta relasi yang positif kepada semua pihak, terutama kepada keluarga besar Blaugrana.” lanjutnya.

“Mas Galih…” Panggil saya, lemes betul, setelah mendengar kerumitan Barcelona dari awal obrolan, “Pertanyaan berikutnya, ini sekadar umpamanya. Jadi, gimana nih, umpamanya kalau Barcelona tanpa Lionel Messi.”

Galih menjawab, “Begini. Barcelona itu bukan Messi. Namun harus kami akui bahwa Barcelona tanpa Messi bukanlah apa-apa (pada masanya). Tidak sedikit di luar sana stigma orang mengatakan bahwa Barcelona selalu bergantung pada Messi. Jadi, semua ada masa kedaluwarsanya, sih. Jika memang Messi sudah tidak di Barcelona, ini tantangan bagi kami. Namun saya pikir, Messi bakal stay di Camp Nou sampai gantung sepatu.”

“Baik, Mas Galih, setelah Barcelona dibantai, tentulah banyak fans klub lain yang berisik.”

“Haha, setiap Barca kalah atau imbang, itu sudah pasti selalu ada ((tetangga)) yang berisik, Mas. Namun, apa pun hasilnya, kami tetap Cules sejati yang akan terus mendukung Barcelona melalui layar lebar alias nobar. Pokoknya, Forca Barca Forca IndoBarca!”

Memang, Indobarca Bogor sendiri salah satu kegiatan rutin mereka adalah nobar. Maka wajar saja, waktu final Liga Champions tahun 2015, mereka memecahkan rekor di kota Bogor dengan massa terbanyak, sekitar 7000 orang hadir di Jungle Fest Bogor Nirwana Residence.

Harapan Galih dan kawan-kawan, berhubung Ronald Koeman resmi menjadi pelatih Barcelona, semoga pengangkatannya dapat memperbaiki kerusakan klub. Pelatih asal Belanda ini, pendapat Galih, cukup tepat. #ViscaBarca

BACA JUGA Mesut Ozil, Mohon Maaf, Sudah Waktunya Kamu Pergi dan artikel menarik lainnya dari Muhammad Ridwansyah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version