Fenomena kekeliruan Ibu-ibu pengendara sepeda motor barangkali sudah lazim kita temui. Kekeliruan ini bisa kita lihat di seluruh wilayah. Di perkotaan hingga pedesaan, dengan mudah kita menemui ibu-ibu pengendara sepeda motor yang pasang lampu sein ke kanan namun malah berbelok ke kiri atau sebaliknya.
Fenomena perilaku tak tertib dalam berkendara sebenernya bukan cuma milik ibu-ibu saja, loh! Bapak-bapak juga perlu mendapat perhatian ini! Khususnya, ehem… Bapak-bapak yang sudah “sepuh”. Pengalaman mengajari saya untuk memilih menghindari jenis pengendara yang satu ini.
Hal yang pertama dan cukup mengganggu adalah, bapak-bapak “sepuh” ini biasanya akan melaju dengan kecepatan yang sangat “tanggung”, tidak cepat namun juga tidak bisa dikatakan lambat. Hal ini menyulitkan saya yang saat berkendara persis di belakangnya. Ingin hati menyalip namun selalu gagal menemukan celah, tapi tetap mengekor di belakangnya juga bukan hal mudah.
Perilaku ajaib lainnya yang sering terjadi adalah bapak-bapak biasanya sering mendadak berhenti untuk menyapa kenalannya atau bahkan bercengkerama, ini sangat sering terjadi terutama bila berada di jalan raya yang dekat dengan area pemukiman.
Selain tak memberikan lampu sein, lokasi berhentinya pun persis di jalan sehingga jika tak benar-benar waspada, pengendara yang berada dibelakangnya bisa celaka… Coba deh kamu berkendara saat jam-jam pulang sholat jumat, lalu melintas di jalanan yang tak jauh dari masjid, kamu akan dengan mudah menemukan hal semacam ini.
Hal ajaib lainnya adalah, bukan hanya mendadak berhenti di jalan, bapak-bapak tipe ini ketika bertemu kenalannya, sering kali mengobrol sepanjang jalan dengan posisi motor mereka beriringan alias… menghalangi jalan. Mau kamu tegur dengan isyarat lampu atau klakson? Weee jangan harap! Yang ada, mereka akan dengan secara kompak balik memarahi kamu. WQWQ.
Contoh lain dari perilaku ajaib para bapak pengendara motor adalah tidak memerhatikan jalan karena sibuk menghisap rokok. Kadang sampai tak memerhatikan bahwa kita yang berada di depannya sudah memberikan tanda lampu sein sebelum berbelok.
Saya sendiri terhitung telah dua kali mengalami kecelakaan kecil akibat perilaku ajaib pengendara motor golongan bapak-bapak “sepuh” ini. Kejadian yang pertama terjadi saat saya mengendarai mobil dan hendak berbelok ke arah kiri, lampu sein telah saya nyalakan namun sebuah motor malah menubruk sisi kiri mobil. Penyebabnya? Si bapak pengendara motor sedang membetulkan api rokoknya yang hampir mati.
Kejadian kedua terjadi saat saya ingin menyalip seorang bapak yang melaju dengan kecepatan yang “tanggung” dan membingungkan, karena tak kunjung mendapatkan celah untuk menyalip saya akhirnya memberikan isyarat klakson, namun tak terduga respon yang saya dapat adalah omelan dan bentakan dari si bapak tersebut.
Jika ibu-ibu memiliki masalah dalam berkendara karena rasa takut dan rasa berhati-hati yang berlebihan, sebaliknya, para bapak-bapak terutama yang “sepuh” ini memiliki masalah dalam berkendara karena rasa berani yang berlebihan. Superioritas bapak-bapak dalam berkendara adalah masalah utamanya, kita pengendara yang baginya masih muda adalah selalu pihak yang salah dan dianggap lemah. Pokoknya apa pun perilakunya, kita yang salah. Padahal di jalanan, semua orang punya hak yang sama, hak untuk sama-sama selamat.
Sebenarnya tidak bijak juga mengeneralisir hal-hal seperti ini, karena sangat mungkin tidak semua ibu-ibu atau bapak-bapak berperilaku ajaib begitu saat berkendara. Namun tidak ada salahnya untuk menaruh kewaspadaan yang cukup tinggi bila bertemu dengan dua golongan pengendara motor ini. Bukankah lebih baik mencegah ketimbang mengobati? (*)
BACA JUGA Untuk Perempuan Berjilbab Besar yang Bonceng Sepeda Motor: Lampu Sein Belakang Itu Bukan Aurat, Jadi Tak Perlu Ditutupi atau tulisan Syifa Ratnani Faradhiba Jane lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.