Banyuwangi selalu luput dari berbagai survei terkait tempat pensiun terbaik. Berbagai survei selalu memasukkan Jogja dan daerah-daerah di sekitarnya ke dalam daftar. Di luar Pulau Jawa, paling mentok Ubud, Bali yang tercatat dalam daftar tersebut.
Banyuwangi nggak pernah dianggap sebagai daerah yang ideal untuk menghabiskan masa tua. Padahal menurut saya, Kota Gandrung ini sangat layak untuk dipertimbangkan. Bahkan, lebih baik daripada Jogja dan Bali yang penduduknya kian padat.
Daftar Isi
Tinggal di Banyuwangi nggak serumit di kota-kota besar
Tinggal di Banyuwangi tidak rumit seperti tinggal di kota-kota besar. Kalian tidak banyak dibayang-bayangi kemacetan. Angka kriminalitasnya pun tergolong rendah.
Bonus lain, daerah ini masih indah dan asri. Memang sih ada beberapa titik yang dikuasai pengeruk tambang. Namun, mayoritas daerah Banyuwangi masih layak huni. Semua itu dapat kalian nikmati dengan harga tanah yang terjangkau, tidak semahal harga tanah Jogja.
Biaya hidup di Banyuwangi murah
Biaya hidup di Banyuwangi masih terjangkau, tidak semahal Ubud, Bali. Murahnya biaya hidup diyakini karena UMR-nya yang rendah. Maka dari itu, saya merekomendasikan kota ini sebagai tempat pensiun dan pekerja remote saja. Kalau untuk mencari pekerjaan di Banyuwangi, saran saya mending nggak dulu, deh.
Saya beri sedikit gambaran betapa murahnya tinggal di Bumi Blambangan ini. Perkara makanan misal, kalian nggak usah bingung mau makan apa jika dompet kalian menipis, karena menu-menu lezat seperti, nasi pecel, nasi kuning, ayam suwir bisa kalian dapatkan hanya dengan Rp5.000 saja.
Kalau untuk tempat tinggal, memang agak susah mencari yang murah dan perlu riset yang ekstra untuk mendapatkannya. Namun, jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya, biaya sewa tempat tinggal di Banyuwangi jelas lebih murah. Bahkan, di area Banyuwangi Kota saja, dengan harga R300.000-Rp.500.000 per bulan sudah bisa mendapatkan kos yang memenuhi standar dilengkapi fasilitas kamar mandi dalam dan wifi.
Mudah kalau mau healing
Berbeda dengan kota-kota lain yang perlu menempuh perjalanan jauh untuk menikmati pemandangan asri. Di Banyuwangi, keluar dari rumah dan keliling menggunakan sepeda motor saja sudah menyenangkan. Pemandangan sepanjang jalan masih asri, banyak pepohonan, sawah, dan perbukitan yang memanjakan mata.
Kalau ingin menikmati pemandangan pantai Banyuwangi memang sedikit perlu perjuangan. Namun, ke kawasan-kawasan itu masih memungkinkan dikunjungi dalam waktu satu hari kok. Asalkan, kalian memiliki kendaraan pribadi.
Lingkungan yang toleran
Banyak orang yang mempertimbangkan kondisi lingkungan dan tetangga sebelum memilih hunian. Kalau kalian salah satu yang menganggapnya penting, Banyuwangi bisa menjadi pilihan. Warga di sini mayoritas sangat toleran entah dalam beragama maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Entah sudah berapa kali saya menuliskan dan membanggakan warga Banyuwangi yang toleran. Warganya menghormati ras dan agama. Di sini kalian tidak akan menemukan kejadian norak seperti penggerebekan rumah ibadah atau demo karena persoalan agama.
Sedikit gambaran, Banyuwangi terdapat 5 etnis yang hidup berdampingan yakni Suku Osing, Jawa, Madura, Cina dan Arab. Di sana banyak berdirinya kampung-kampung yang didirikan oleh para pendatang, seperti Kampung Bali yang ada di Desa Patoman, Kampung Maduran yang ada di Kecamatan Srono, dan beberapa Kawasan Pecinan. Semuanya hidup dengan damai berdampingan dengan warga setempat.
Di atas beberapa alasan yang menurut saya membuat Banyuwangi layak masuk dalam jajaran kota yang cocok untuk tempat pensiun. Mulai tertarik melirik Banyuwangi? Lebih baik mencari informasi sejak sekarang demi masa tua kalian.
Penulis: Rino Andreanto
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.