Tinggal di Bantarkawung Brebes perlu punya stok kesabaran segunung.
Minggu lalu saya menginap di rumah salah seorang sahabat yang berada di Bantarkawung, Brebes. Saya memutuskan bermalam karena keesokan paginya harus menghadiri sebuah acara resepsi pernikahan tidak jauh dari sana. Sebenarnya sudah beberapa kali saya melintasi kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap. Namun, baru kali ini saya benar-benar merasakan tinggal di sana.
Ketika mengunjungi tempat baru, saya terbiasa mengajak ngobrol warga setempat. Kebetulan di Bantarkawung Brebes ada paman kawan saya. Awalnya sih basa-basi saja menanyakan keluarga dan kegiatan sehari-hari. Lama-kelamaan paman kawan saya ini malah sambat seputar hidup di Bantarkawung. .
Berdasar obrolan itu, saya menyadari, hidup di kecamatan yang berada di sisi selatan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu tidaklah mudah. Sepertinya hidup di sini perlu banyak-banyak bersabar. Begini saya jelaskan.
Daftar Isi
#1 Jalan di Bantarkawung Brebes banyak yang rusak
Jalan menjadi salah satu aspek penting dalam mobilitas warga. Kalau jalan di suatu daerah rusak, maka biaya transportasinya akan semakin mahal. Begitu pula dengan biaya logistik akan semakin melangit. Berbicara mengenai akses, jalan yang menghubungkan Bantarkawung dengan kecamatan sebelah seperti Salem dan Bumiayu sebenarnya sudah bagus. Hanya saya, jalanan di dalam kecamatan sendiri yang perlu banyak perbaikan.
Kendala terbesar memang pada jalan desa yang berada di pelosok Bantarkawung. Kawan saya tinggal di salah satu desa yang jauh dari Jalan Raya Bantarkawung-Salem. Jaraknya dari jalan besar bisa 10 menit masuk ke dalam. Aksesnya sangat memprihatinkan. Kontur jalannya meliuk-liuk, menukik, dan menanjak.
Ketika menuju desa kawan saya, beberapa kali saya harus berhenti karena kondisi jalan becek. Iya, jalanannya becek karena belum diaspal. Hujan yang turun deras saat sore membuat tanah di pinggir jalan yang didominasi perbukitan menjadi basah. Saya sebenarnya was-was kalau terjadi longsor.
Seakan tidak cukup berbahaya, perjalanan menuju desa kawan saya dihiasi oleh pohon tinggi yang waktu-waktu bisa tumbang. Ditambah lagi, di jalan itu tidak ada penerangan jalan. Sudah akses jalan rusak, kontur jalan membuat jantung berdetak kencang, minim penerangan pula. Mantap, Lur!
#2 Jauh dari pusat kota
Paman kawan saya yang sejak dulu tinggal di Bantarkawung menuturkan, kondisi geografis kecamatan satu ini memang sulit. Letaknya berada di perbatasan Cilacap membuat Bantarkawung menjadi salah satu kecamatan yang paling jauh dari pusat kota Brebes. Untuk menuju Alun-Alun Brebes bisa membutuhkan waktu hingga 1 jam 40 menit dengan jarak tempuh 75 kilometer. Itu pun kalau tidak macet. Jika terjebak macet bisa sampai 2 jam, Lur!
Ada beberapa keperluan yang membuat warga di Bantarkawung enggan pergi ke pusat kota yang terkenal sebagai penghasil bawang merah tersebut. Salah satunya saat mengurus surat-surat seperti KK, KTP, akte Kelahiran dan SIM. Bayangkan saja, untuk sekedar mengurus surat izin mengendara di satlantas Brebes, mereka (warga Bantarkawung) harus menempuh perjalanan hingga 2 jam. Pokoknya harus totalitas dan sabar, Lur!
#3 Pemekaran menjadi kunci kemajuan dan peradaban
Pemekaran beberapa wilayah di Jawa Tengah sebenarnya sudah menjadi isu yang terus bergulir. Saya rasa isu ini memang harus terus diangkat ke publik agar menjadi perhatian pemerintah. Menurut saya, pemekaran menjadi faktor penting untuk mengejar ketertinggalan di sebuah daerah. Apalagi untuk daerah yang masih memiliki banyak pekerjaan rumah seperti Brebes.
Asal tahu saja, selain keteteran mengurus daerah-daerahnya, angka kemiskinan di Brebes tergolong yang paling tinggi. Kalau hanya mengandalkan peran pemerintah kabupaten, saya rasa perlu waktu yang lama untuk membenahi Kabupaten Brebes, khususnya Kecamatan Bantarkawung. Peran pemerintah provinsi dan pusat untuk melakukan pemekaran menjadi secercah harapan bagi masyarakat agar pembangunan dan kesejahteraan semakin merata.
Semua keluhan itu diamini oleh keluarga kawan saya yang tinggal di Bantarkawung. Itu mengapa, warga sebenarnya merindukan pemerataan pembangunan dengan apapun caranya. Mereka sudah bosan dianaktirikan dan nggak diurus. Sebagai bagian dari Kabupaten Brebes, mereka juga ingin diperhatikan dan jadi sejahtera seperti Brebes kota.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.