Banjir dan Kenangan-Kenangan yang Hanyut Bersamanya

banjir

banjir

Setiap tahun, rumah nenek saya, yang terletak di bagian selatan Jawa Tengah, selalu kedatangan banjir. Musibah yang satu ini memang sangat merugikan secara materi. Sepuluh lima belas barang hanyut. Perabotan rusak. Tembok berlumut. Apalagi bila air begitu tinggi. Korban jiwa atau luka-luka sulit untuk dihindari.

Hal yang pernah saya alami dulu jelas belum masuk dalam kategori banjir bandang. Bahkan, belum bisa dikategorikan sebagai musibah besar yang membutuhkan bantuan. Saya membayangkan, bagaimana besarnya penderitaan orang yang terkena banjir bandang, seperti mereka yang berada di Konawe, Sulawesi Tenggara, beberapa waktu lalu.

Rumah hancur, semua barang hilang, nyawa-nyawa melayang. Penyakit menjalar dari air yang kotor dan menyebabkan masalah baru. Apalagi, korban anak-anak yang juga turut merasakan kepedihan dan memiliki sistem imun yang masih lebih lemah daripada orang dewasa.

Tentu, yang bisa kita lakukan adalah menyalurkan bantuan kepada para korban banjir. Mencoba untuk memulihkan kehidupan mereka. Namun, saat pulih nanti, dan ketika mereka sudah bisa hidup layak, kehidupan tak akan sama seperti dulu lagi. Karena banjir, tidak hanya sekadar menghanyutkan benda-benda. Ia kejam, karena mampu menyapu habis banyak kenangan dalam waktu yang singkat.

Inilah salah satu alasan mengapa banjir bisa jadi begitu menakutkan. Masalahnya, tidak semua hal bisa digantikan dengan mudah. Kamu bisa punya tempat tidur baru, kamu mungkin bisa punya buku harian baru. Namun, beberapa hal yang dulu kamu miliki –meminjam istilah Marie Kondo sang penata rumah ternama- spark joy, alias mengeluarkan aroma kebahagiaan.

Bagaimana bisa sebuah benda dikategorikan punya seruak aroma kebahagiaan? Tentu, ini subjektif bagi masing-masing orang. Tidak bisa disamakan dan bergantung pada sistem ingatan di dalam otak. Bagi ibu saya, misalnya, ada satu perhiasan yang tidak akan dia jual sampai kapan pun. Alasannya, karena perhiasan itu adalah perhiasan yang dulu selalu dikenakan almarhumah ibunya –bahkan saat berada dalam kesulitan, perhiasan itu tidak pernah dijual.

Ada pula orang yang menganggap bahwa baju-bajunya, mengeluarkan aroma ini, karena itu adalah baju-baju yang pernah dia kenakan bersama mantan kekasihnya. Bahkan, kita temui banyak kasus, di mana penduduk enggan menerima keputusan gusuran rumah—dengan ganti rugi sebesar apapun—karena rumahnya sparks joy. Memiliki aroma kebahagiaan dan menyimpan kenangan.

Banyak manusia modern yang menertawakan konsep ini, bahkan saat keluar pertama kalinya dari mulut Marie Kondo sendiri. Lebay banget sih, sok sentimental! Kira-kira begitu yang mereka katakan.

Dalam beberapa kasus, mungkin kita memang harus menyisihkan sisi sentimental dan berusaha untuk realistis. Misalnya, saat akan merantau untuk kehidupan yang lebih baik, saat akan menikah, saat tumbuh dewasa, atau yang sering kejadian, saat harus move-on. Ya move-on dari pacar, ya move-on dari nasib buruk seperti banjir.

Namun, kita tidak bisa meniadakan perasaan yang satu ini. Tentu saja, kita manusia. Yang membuat kita menjadi manusia adalah, karena kita mampu untuk berimajinasi. Imajinasi itu bukan hanya tentang bagaimana membuat inovasi terbarukan, lho. Namun, imajinasi itu adalah tentang bagaimana kita mampu memaknai banyak hal. Dengan pemaknaan yang mendalam itulah, maka lahir kebaikan, nilai-nilai, dan norma sosial di tengah komunitas manusia.

Bayangkan bila kita hanya mampu untuk berbuat dan berpikir sesuai konsekuensi yang logis. Tentu saja mungkin tidak ada pernikahan. Tidak ada kasih sayang. Tidak ada lagu-lagu manis. Tidak ada film menarik. Ah, hidup macam apa itu? Mungkin hidup yang mapan, tetapi kosong dan membosankan.

Lalu, apa hubungannya dengan banjir dan musibah-musibah lain? Bantuan fisik tentu adalah hal pertama yang berguna bagi mereka. Sandang, pangan, papan, uang. Namun, jangan lupa bahwa mereka juga membutuhkan bantuan konsultasi psikologi. Kehilangan hal-hal berharga adalah sesuatu yang amat memberikan rasa pedih. Sampai kapan pun, ini mungkin tak bisa digantikan.

Yang mampu dilakukan hanyalah bagaimana untuk menambal rasa kehilangan atas berbagai kenangan itu, dengan cerita-cerita baru yang penuh dengan optimisme, dan tentu saja, punya seruak kebahagiaan yang sama besar atau lebih besar daripada yang lama.

Exit mobile version