Ada Tugu Kota Salak, tapi produksi salaknya masih kalah jauh dari daerah lain
Ada satu hal yang kerap digambarkan sebagai ikon Bangkalan Madura yakni Kota Salak. Bahkan, ikon ini didukung dengan berdirinya beberapa Tugu Kota Salak di Bangkalan Madura. Akan tetapi, kalau kita bandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Timur, julukan Kota Salak untuk Bangkalan Madura ini terlalu berlebihan. Sebab, ada banyak kabupaten/kota di Jawa Timur yang produksi salaknya lebih tinggi daripada Bangkalan Madura.
Pada 2023, Bangkalan Madura hanya memproduksi salak sebanyak 20 ribu kuintal. Coba bandingkan dengan kabupaten/kota lain. Misal, Jember dan Bojonegoro yang produksinya masing-masing sampai 200 ribu kuintal. Sementara Lumajang menyentuh 300 ribu kuintal. Bahkan, di tahun ini Malang bisa memanen hingga 2 juta kuintal.
Apalah produksi Bangkalan kalau dibandingkan dengan kabupaten/kota di Jawa Timur. Bangkalan hanya tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Madura.
Semua ini salah pemerintah Bangkalan
Saya tidak memungkiri, 3 tugu di atas aslinya bisa menggambarkan keunikan kabupaten tercinta. Hanya saja, ketiganya kini sudah tidak lagi menggambarkan kondisi Bangkalan Madura sebenarnya. Siapa yang salah? Jelas, pemerintah!
Kondisi pendidikan yang miris karena pemerintahnya tidak punya semangat bebas tributa pada rakyatnya. Bayangkan kalau semangat yang dimiliki Tugu Bebas Tributa ini jadi perhatian pemerintah, jangan ragu kalau Bangkalan Madura suatu saat akan jadi ikon kota pendidikan di Jawa Timur.
Lalu, tugu Adipura, tak menutup kemungkinan Bangkalan Madura bisa memerolehnya kembali jika pemerintahnya serius mengatasi permasalahan lingkungan. Kemudian, Tugu Kota Salak, ikonnya ini bisa tumbuh kembali jika pemerintah mampu melakukan pembinaan pada para petani salak dengan baik.
Itu hanya opini dan saran dari saya saja ya. Selanjutnya, saya tetap kembalikan pada kalian yang punya wewenang, kekuasaan, dan uang pajak yang kita bayar. Sungguh, Bangkalan Madura ini sangat kaya. Tinggal pejabat pemerintahnya saja mau atau tidak untuk kerja.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.