Bandara Selaparang Lombok: Dulu Landasan Pacu Pesawat, Kini Disulap Jadi Sirkuit Balap Motocross

Bandara Selaparang Lombok: Dulu Landasan Pacu Pesawat, Kini Disulap Jadi Sirkuit Balap Motocross

Bandara Selaparang Lombok: Dulu Landasan Pacu Pesawat, Kini Disulap Jadi Sirkuit Balap Motocross (Unsplash.com)

Sejak saya kecil, sekitar akhir era 1990-an hingga memasuki awal 2010-an, hari-hari saya di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selalu diwarnai kebisingan deru mesin pesawat yang terbang di atas langit kota. Saat itu Kota Mataram masih memiliki bandara di tengah kota, namanya Bandara Selaparang. Kini di dalam lokasi bandara itu telah disulap menjadi sirkuit ajang balapan motocross paling bergengsi di dunia: Motocross Grand Prix (MXGP).

Bandara Selaparang berhenti beroperasi sebagai bandara komersil pada tahun 2011. Semua penerbangan beralih ke Bandara Internasional Lombok (BIL) yang kini berganti nama menjadi Bandara Internasional Zainul Abdul Majid (BIZAM).

Setelah semua penerbangan dialihkan ke bandara internasional itu, langit Kota Mataram menjadi hening. Tak ada lagi bising pesawat di atas langit yang mudah memancing anak-anak berteriak meminta uang sambil menengadah ke atas langit.

Bandara Selaparang kemudian pensiun dan lebih dikenal sebagai eks-Bandara Selaparang. Keheningan menjalari bandara yang terletak di Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram itu. Ia terbengkalai, dan hanya sesekali saja digunakan untuk beberapa acara.

Beberapa tahun belakangan ketika pandemi Covid-19 mereda, Bandara Selaparang lebih sering digunakan sebagai tempat konser musik. Sehari-harinya Bandara Selaparang lebih banyak dijadikan arena olahraga atau bersantai “tak resmi” oleh penduduk sekitar.

Saya menyebut “tak resmi”, karena saya pernah sekali melompati pagar pendek di satu sisi eks bandara itu untuk bersepeda di bekas landasan pacu. Namun saya malah ditegur satpam dan diminta segera keluar dari arena eks bandara itu. Sial betul.

Terpilih sebagai lokasi sirkuit motocross

Nah, ketika MXGP di Sirkuit Samota, Pulau Sumbawa, pada tahun 2022 lalu dianggap sukses besar, Indonesia dihadiahi dengan berhak menggelar dua seri MXGP pada tahun 2023 ini. Provinsi NTB sendiri patut membusungkan dada karena dua seri MXGP pada tahun 2023 ini digelar di provinsi dengan dua pulau besar: Lombok dan Sumbawa.

Pemprov NTB sebagai panitia lokal mencari-cari lokasi yang tepat untuk membangun sirkuit MXGP sejak tahun 2022 lalu. Penentuan Bandara Selaparang sebagai lokasi MXGP Seri Lombok penuh pertimbangan. Apalagi ada beberapa sirkuit motocross di Lombok yang sudah ada sebelumnya. Namun karena akses dan lokasinya yang dianggap kurang strategis, akhirnya Pemprov NTB memilih eks Bandara Selaparang sebagai lokasi sirkuit MXGP seri Lombok.

Pilihan yang sangat tepat tentu saja mengingat Bandara Selaparang terletak di tengah Kota Mataram. Di dekatnya banyak hotel berbintang, akses menuju ke sana juga sangat lapang dan mudah dijangkau.

MXGP di Sirkuit Samota telah digelar pada 24 dan 25 Juni 2023. Pada 1 dan 2 Juli 2023 besok giliran MXGP Seri Lombok di Sirkuit Selaparang bakal dihelat. Sirkuit MXGP Selaparang sudah rampung. Pembangunan sirkuit sepanjang 1,6 kilometer dengan 16 tikungan ini tidak merusak struktur bekas landasan pacu pesawat. Seri dunia MXGP berada di bawah naungan Federation Internationale de Motocyclisme (FIM), sama seperti MotoGP.

Sebagai warga Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) saya patut berbangga karena provinsi ini terus menerus jadi tuan rumah kejuaraan balap motor kelas dunia. Setelah sukses menjadi tuan rumah World Superbike (WSBK)—iya, yang katanya rugi itu—dan MotoGP, Lombok kembali menjadi tuan rumah ajang balapan motocross paling bergengsi di dunia. Ya patutlah NTB disebut provinsi pusat motor sport.

Pernah jadi bandara utama di NTB

Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, Bandara Selaparang pernah menjadi bandara utama di NTB sebelum digantikan oleh Bandara Internasional Lombok (BIL) yang kini berganti nama menjadi Bandara Internasional Zainul Abdul Madjid (BIZAM). Jika dicek dari situs Wikipedia, Bandar Udara Selaparang berawal dari Pangkalan TNI Angkatan Udara Rembiga yang hadir pada tahun 1959. Kemudian pada 1959 diresmikan menjadi Bandara Selaparang oleh Angkasa Pura.

Setelah puluhan tahun menjadi bandara utama, penerbangan ke Lombok kemudian dipindah dari Bandara Selaparang ke BIZAM di Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Pemindahan itu dilakukan untuk mengakomodir penerbangan internasional. Apalagi Lombok dan NTB secara umum terus berkembang menjadi salah satu destinasi pariwisata yang menjanjikan bagi negara ini.

Warga Mataram kini tidak lagi terganggu oleh deru mesin pesawat. Hari-hari kami benar-benar “terbebas” dari suara pesawat. Pesawat tidak lagi melewati langit Mataram. Mungkin Mataram bukan “trayek” pesawat lagi. Atau pesawat melewati langit Mataram, tapi tidak terbang rendah sehingga warga Mataram tidak bisa mendengar suara pesawat yang lewat.

Terkadang memang ada kerinduan kembali “diganggu” suara mesin pesawat. Tapi jika harus memilih, saya memilih tidak perlu repot-repot menyiapkan telinga mendengar suara bising pesawat.

Berharap ada kegiatan lain yang meramaikan Bandara Selaparang

Sejujurnya saya belum pernah naik atau turun pesawat di Bandara Selaparang lantaran semua penerbangan keburu dipindah. Namun, kenangan akan bandara ini terus melekat di benak saya sebagai warga Mataram dan tercatat sebagai sejarah.

Kekosongan aktivitas di Bandara Selaparang yang terjadi bertahun-tahun setidaknya akan berakhir setelah resmi dibangun Sirkuit MXGP Selaparang di sana. Sirkuit MXGP Selaparang memang hanya bakal menjamu para pembalap motor penggaruk tanah sekali setahun, namun setidaknya ada aktivitas “resmi” di sana. Sebagai warga Mataram, tentu saya berharap ada kegiatan lain yang bakal terus meramaikan eks Bandara Selaparang.

Bandara yang dulunya ramai oleh penumpang dan deru pesawat bakal digantikan oleh deru mesin motor penggaruk tanah beradu kecepatan. Suaranya mungkin sama-sama bising, tapi yang penting kawasan yang luas itu jangan sampai terbengkalai lagi. Ketimbang jadi tempat “jin buang anak” lebih baik disulap jadi tempat balapan, kan?

Penulis: Atanasius Rony Fernandez
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Meluruskan Salah Kaprah Arti Nama Pulau Lombok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version