Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Balada Suka Duka Orang Ibu Kota yang Merantau ke Tanah Lampung

Muhammad Fariz Kurniawan oleh Muhammad Fariz Kurniawan
4 Januari 2021
A A
Balada Suka Duka Orang Ibu Kota yang Merantau ke Tanah Lampung terminal mojok.co

Balada Suka Duka Orang Ibu Kota yang Merantau ke Tanah Lampung terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau bisa dibilang keluarga kecil saya ini tergolong unik. Bagaimana tidak, di saat orang-orang daerah merantau ke ibu kota alias Jakarta, kami sebaliknya. Meninggalkan ingar bingar kota metropolitan menuju provinsi paling selatan di tanah Andalas, yakni Lampung.

Seperti yang sudah saya singgung pada tulisan sebelumnya, alasan saya dan keluarga merantau ke Lampung karena pekerjaan papa. Pada dekade 90-an, beliau mendapat penugasan sebagai PNS di Kota Bandar Lampung hingga masa purnabaktinya.

Saya sendiri hampir dua dekade tinggal di kota berjuluk Tapis Berseri tersebut. Dengan rentang waktu yang tidak sebentar tersebut, tentu ada banyak cerita yang tercipta dari nano-nano pengalaman hidup di Bandar Lampung.

#1 Tradisi mulang tiyuh alias mudik

Ketika lebaran atau libur sekolah tiba, keluarga saya akan berlibur alias mulang tiyuh ke Jakarta. Maklum, hampir semua keluarga besar saya bermukim di Jakarta. Sementara di Lampung, terutama Kota Bandar Lampung, tidak ada sanak famili yang bermukim.

Sebenarnya, keluarga pakde saya pernah bermukim di kota Bandar Lampung. Bahkan mereka sudah lebih dahulu tinggal di kota tersebut dibandingkan keluarga saya. Namun, keluarga pakde kemudian memutuskan untuk kembali ke Bijana, Jakarta, pada dekade 90-an.

Dalam setahun, kami bisa melakukan tradisi mudik ke Jakarta sampai 2-3 kali. Moda transportasi kapal selalu menjadi pilihan untuk menyebrangi Selat Sunda. Alasannya tentu karena tarifnya yang tak sampai gocap per kepala alias lumayan murah. Beda cerita kalau kapal yang digunakan berjenis eksekutif.

Waktu saya masih kecil dahulu, pernah ada layanan kapal cepat dari Pelabuhan Bakauheni ke Merak. Saya sendiri pernah beberapa kali menjajal jenis kapal ini. Walaupun waktu tempuhnya tak sampai satu jam, saya pribadi tak suka naik kapal cepat.

Dibandingkan dengan kapal feri, kapal cepat sendiri memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dan ramping. Alhasil, kapal jenis ini akan menghasilkan guncangan yang sangat kencang ketika membelah Selat Sunda. Kapal cepat adalah mimpi buruk karena membuat saya berkunang-kunang setelahnya (mirip-mirip sensasi jet lag kalau naik pesawat).

Baca Juga:

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Oleh karena hal tersebut, keluarga saya kemudian beralih ke alternatif lainnya, yakni kapal lambat atau yang biasa dikenal sebagai kapal feri atau ro-ro. Walaupun waktu tempuhnya bisa mencapai dua jam (kalau normal), guncangan yang ditimbulkan dari kapal yang membelah ombak dan angin masih bisa ditoleransi oleh badan.

Saya juga pernah menjajal transportasi lainnya, yakni pesawat. Walaupun lebih cepat sampai serta nyaman, keluarga saya sangat jarang naik pesawat. Kalau boleh jujur, saya hanya pernah naik pesawat sebanyak tiga kali dari Jakarta-Lampung dan sebaliknya.

#2 Siaran televisi

Sebelum memasuki tahun 2005, hiburan saya di rumah hanya sekitar tayangan televisi atau PS-1. Waktu itu channel seperti TPI (sekarang MNC TV), Trans TV, maupun TV7 (sekarang Trans 7) belum hadir di televisi saya dan tetangga sekitar. TPI sendiri sebenarnya pernah ada di televisi tapi sempat menghilang selama beberapa tahun.

Alhasil, hiburan saya di televisi hanya berkisar pada channel sekelas Indosiar, RCTI, atau SCTV. Untungnya, waktu itu terdapat banyak acara yang menghibur serta bervariatif. Plus, ada anime-anime keren yang menghibur seperti One Piece, Beyblade, Yu-Gi-Oh!, dan lainnya.

Barulah pada sekitar tahun 2005-an, ketiga stasiun televisi yang saya sebutkan sebelumnya hadir di layar kaca. Langsung saja saya merasa senang. Apalagi mereka memiliki beberapa acara atau program keren. Ada TPI dengan Rahasia Ilahi, Trans Tv dengan Bajaj Bajuri, dan TV7 dengan program-program petualangannya.

#3 Varian produk mi instan Gaga

Walaupun pusat perbelanjaan modern di Bandar Lampung tak sebanyak di Jakarta, ada satu keunggulan yang saya temukan ketika berbelanja di salah satu minimarket di Kota Tapis Berseri ini. Pada dekade 2010-an, saya masih bisa menemui varian produk mi instan Gaga seperti Mie Gepeng.

Saya juga bisa menemukan varian lain produk Gaga di tempat tersebut. Namanya adalah Mie Goreng Extra Pedas yang memiliki background bungkus berwarna putih. Biar pun rasanya tak jauh beda dengan produk Mie Goreng Jalapeno, saya tetap akan membeli produk ini jika tersedia.

Di waktu yang sama, saya belum pernah bertemu dengan kedua varian produk Gaga tersebut selama berbelanja di Jakarta. Padahal produk ini merupakan favorit saya. Selain halal, kedua produk tersebut memiliki komposisi pedas yang pas di lidah saya.

#4 Layanan transportasi

Walaupun Jakarta itu terasa menyebalkan karena kemacetannya, ada sisi positif yang sebenarnya bisa didapatkan dari kehidupan di ibu kota. Layanan transportasi umum di Jakarta pada umumnya hampir selalu ada setiap saat, bahkan ketika malam mulai semakin larut menuju dini hari.

Sementara di Bandar Lampung, menemukan angkot di malam hari menjadi tantangan tersendiri. Angkot-angkot yang melintasi daerah rumah saya, yakni rute Way Halim-Tanjung Karang, sudah mulai “masuk kandang” (pulang) pada saat menjelang Magrib. Jarang ada angkot rute tersebut yang mau mengantar penumpang ke daerah maupun arah Tanjung Karang.

Tak heran bila keluarga saya sangat jarang bepergian pada saat malam tiba. Apalagi kami tak punya kendaraan pribadi hingga saat ini. Faktor ini juga yang secara tak langsung membentuk karakter saya menjadi anak rumahan.

Beruntung, layanan transportasi online kini telah hadir di Bandar Lampung. Dengan demikian, saya dan keluarga tidak akan terlalu dipusingkan ketika harus bepergian di malam hari. Tinggal klik aplikasinya, tungguin deh driver-nya datang untuk menjemput.

Bandar Lampung tak ubahnya seperti rumah kedua saya selain Jakarta. Mayoritas teman-teman saya bermukim di kota tersebut meskipun sebagian sudah ada yang merantau ke Jakarta seperti saya. Bagi saya, Bandar Lampung is a piece of my heart.

BACA JUGA Berkenalan dengan Slang Word-nya Orang Lampung dan tulisan Muhammad Fariz Kurniawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Januari 2021 oleh

Tags: ibu kotalampungmerantau
Muhammad Fariz Kurniawan

Muhammad Fariz Kurniawan

Saya merupakan penulis pemula. Saya hobi menggambar di mana saja.

ArtikelTerkait

3 Hal yang Perlu Dipahami Orang Bojonegoro yang Hendak Merantau ke Kediri agar Mudah Beradaptasi

3 Hal yang Perlu Dipahami Orang Bojonegoro yang Hendak Merantau ke Kediri agar Mudah Beradaptasi

11 September 2023
merantau

Kampung PNS dan Pudarnya Pesona Merantau

21 Agustus 2019
Lalu Lintas Medan Terlalu Barbar untuk Perantau Asal Surabaya seperti Saya Mojok.co

Lalu Lintas Medan Terlalu Barbar untuk Perantau Asal Surabaya seperti Saya

12 September 2025
Mengadu Nasib di Jakarta Itu Berat, Lebih Baik Jangan kalau Belum Siap Mojok.co

Mengadu Nasib di Jakarta Itu Berat, Lebih Baik Jangan kalau Belum Siap

12 November 2023
Bertahun-tahun Merantau di Kediri Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Cocok Hidup di Daerah Ini Mojok.co surabaya

Bertahun-tahun Merantau di Kediri Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bisa Cocok Hidup di Daerah Ini

19 Juni 2024
7 Kegelisahan Anak Rantau yang Numpang di Rumah Sederhana Milik Saudara (Unsplash)

7 Kegelisahan Menumpang di Rumah Sederhana Milik Saudara

5 Desember 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.