Kalau biasanya bakpia berisi kacang hijau dan dipanggang, Bakpia Kukus Tugu Jogja hadir dengan varian rasa yang unik.
Saya ini orang Jogja yang lahir dan besar di Jogja, di mana bakpia sudah menjadi oleh-oleh wajib bagi setiap pelancong yang mampir. Nah, ngomongin bakpia, kita pasti langsung terbayang Bakpia Pathok yang nama-namanya pakai angka-angka segudang itu. Mulai dari 25, 45, 75, 145, sampai yang bikin kepala muter kayak nyari kode WiFi di angkringan.
Tetapi kali ini saya mau cerita tentang bakpia yang agak nyeleneh, nggak ikut-ikutan pakai angka yang bikin bingung itu. Namanya Bakpia Kukus Tugu Jogja. Ia bukan juara dunia bakpia, bukan pula yang paling legendaris. Yah, bisa dibilang medioker dalam dunia bakpia Jogja. Tapi saya yakin bakpia satu ini punya tempat tersendiri di hati banyak orang, termasuk saya, khususnya yang bosan dengan bakpia panggang yang itu-itu saja.
Bakpia kukus, bukan sekadar variasi
Pertama kali saya mendengar “bakpia kukus”, saya sempat berpikir, apa iya bakpia dikukus? Bukannya bakpia itu dipanggang supaya kulitnya renyah dan agak kecokelatan? Nah, ternyata Bakpia Kukus Tugu Jogja ini memang berbeda. Ia datang dengan konsep yang agak lembut, empuk, dan moist. Nggak ada kerak-kerak kering yang biasa bikin mulut agak kering seperti kalau kita makan bakpia panggang.
Kulit bakpia kukus ini lebih tebal dan terasa kenyal. Jadi buat orang-orang yang kurang suka tekstur renyah dan agak keras, bakpia ini adalah pilihan yang pas. Apalagi buat anak muda sekarang yang sering bawa bekal dan camilan di tas. Kulit bakpia kukus yang nggak gampang hancur ini jadi kelebihan tersendiri.
Bakpia Kukus Tugu Jogja varian rasa matcha, si diplomasi rasa
Kalau bicara rasa, Bakpia Kukus Tugu Jogja nggak mau kalah. Selain rasa klasik seperti kacang hijau dan cokelat, mereka punya varian rasa matcha. Ini yang bikin saya geleng-geleng kepala sekaligus senyum-senyum sendiri. Sekarang segala makanan dan minuman kalau sudah dibubuhi label matcha rasanya langsung naik kelas, kayak jadi anak gaul dadakan yang tiba-tiba bisa bahasa Inggris.
Varian matcha ini bukan sekadar tren, tapi juga sebagai bentuk penghormatan Jogja kepada hubungan persahabatan dan budaya dengan Jepang, terutama Kyoto yang terkenal dengan teh hijau berkualitas. Jadi selain bikin lidah bergoyang, varian matcha ini membawa pesan diplomasi budaya yang manis, kayak senyum warga Jogja yang selalu ramah (((kalau tanggal muda))).
Bakpia tanpa angka itu simpel tapi keren
Nah, ini dia yang bikin Bakpia Kukus Tugu Jogja beda dari yang lain. Mereka nggak pakai angka. Di tengah gempuran Bakpia Pathok yang semuanya kayak punya kode rahasia, bakpia satu ini memilih jalur simpel dan elegan, cukup “Tugu Jogja”.
Pemilihan nama ini jadi semacam statement bahwa mereka nggak perlu bersaing lewat angka karena mereka tahu siapa dirinya dan siapa audiensnya. Persis kayak anak baru yang santai banget datang ke pesta, tapi ternyata bawa playlist lagu yang langsung bikin semua orang joget. Jadi jangan salah, meskipun “medioker”, mereka punya kepercayaan diri yang tinggi.
Bakpia Kukus Tugu Jogja medioker? Justru itu kelebihannya!
Kalau bicara medioker, mungkin banyak yang berpikir ini negatif. Tapi saya mau bilang kalau medioker bukan berarti gagal. Medioker bisa berarti ada ruang untuk berkembang, ada keunikan yang belum tentu bisa ditiru. Bakpia Kukus Tugu Jogja bukan juara dunia. Bukan pula bintang lapangan utama. Tetapa ia juara di hati banyak orang yang menginginkan sesuatu yang berbeda.
Mereka memperkaya khazanah kuliner Jogja dengan memberikan alternatif yang fresh dan nggak membosankan. Di tengah persaingan bakpia yang kadang seragam, keberadaan Bakpia Kukus Tugu Jogja jadi seperti oase yang menyegarkan.
Bukan sekadar oleh-oleh, tapi budaya
Kalau kamu main ke Jogja dan pengin oleh-oleh yang beda, bukan sekadar ikut tren angka-angka yang sudah terlalu mainstream, coba deh bawa pulang Bakpia Kukus Tugu Jogja. Ia membawa cita rasa baru, kayak bakpia rasa matcha ini contohnya. Ia juga menciptakan cara baru menikmati bakpia dan tentu saja nilai tambah buat kebudayaan kuliner Jogja.
Saya nggak bermaksud menjelek-jelekkan Bakpia Pathok dan kawan-kawannya, tetapi demi warna-warni budaya kuliner Jogja, mari kita sambut Bakpia Kukus Tugu Jogja dengan tangan terbuka dan mulut siap ngemil.
Nuwun sewu Bakpia Pathok angka-angka, minggir dulu ya
Sekali lagi, artikel ini saya tulis bukan untuk menjatuhkan klan Bakpia Pathok angka-angka, ya. Mereka jelas lebih terkenal, lebih punya sejarah, dan punya kejayaan yang nggak bisa diganggu gugat. Namun izinkan Bakpia Kukus Tugu Jogja hadir untuk menambahkan keragaman oleh-oleh khas Jogja.
Buat Bakpia Kukus Tugu Jogja, saya kasih jempol pada kalian. Karena berani tampil beda dan tetap menjaga citra Jogja. Jadi, selamat mencoba, dan selamat menikmati rasa yang tak selalu harus juara dunia, tapi juara di lidah dan hati.
Penulis: Janu Wisnanto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Kasta Tertinggi Bakpia Jogja yang Pantas Dijadikan Oleh-Oleh.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
