Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Bahasa Surabaya yang Perlu Diketahui biar Ngobrolmu Makin Ngegas

Tiara Uci oleh Tiara Uci
17 September 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Surabaya, kota pahlawan yang diisi oleh mayoritas masyarakat suku Jawa. Namun, mereka berbeda dengan Jawa pada umumnya yang intonasi suaranya kalem saat berbicara. Orang Jawa Surabaya tidak demikian. Kami adalah gerombolan manusia bondo nekat yang sering berkata, “Lek aku bonek, kon kate lapo?” (Kalau saya bonek, kamu mau apa?) dengan lantangnya. Tapi tenang, hanya ucapan saja kok yang terdengar keras, hatinya lembut. Bahasa Surabaya itu memang ngegas, tapi hati orangnya selembut kapas.

Bagi yang belum tahu, Surabaya itu panas sekali, loh. Kota ini menduduki peringkat ke tiga sebagai kota terpanas di Indonesia. Suhu siang harinya mencapai 37 derajat celcius kadang bisa lebih. Untuk memberi gambaran betapa panasnya, telur ayam di atas teflon yang ditaruh di bawah matahari langsung matang jadi telur mata sapi, tidak butuh kompor lagi. Mungkin, sebab itu pula manusia di kota ini suka ngegas kalau bicara. Eh, nyambung, nggak, ya?

Kembali ke soal bahasa, meski sama-sama bersuku Jawa, sebenarnya ada beberapa kosakata yang merupakan ciri khas kota tertentu yang tidak dimiliki oleh penutur Jawa di kota lainnya. Misalnya, “matoh” identik dengan kota Bojonegoro, “mboyak” yang identik dengan orang Ngawi, atau umpatan “asem” yang lebih ke Jawa Tengah. Orang Surabaya tidak mengumpat dengan kata “asem”. Apa itu “asem”? ngumpat, kok, rasa buah-buahan. Ngumpat itu yang sangar, “djiiancok!”, dengan “o” yang ditekan.

Untuk memudahkan kalian mengenali orang Surabaya, beberapa kosakata yang akan saya sebutkan di bawah bisa dijadikan acuan. Berikut bahasa Surabaya yang sebaiknya kita ketahui untuk menambah khazanah berbahasa sekaligus melestarikan bahasa lokal kita.

#1 Tetek mbengek

Jika diartikan terpisah, “tetek” adalah payudara perempuan. Sementara “bengek” itu semacam sesak nafas. Namun, artinya bukan payudara yang merasa sesak, loh, ya. Jauh melampui hal itu, “tetek mbengek” dalam bahasa Surabaya berarti semuanya tanpa terkecuali. Contoh penggunaan katanya seperti ini, “Awakmu melu liburan karo aku, yo. Aku sing tuku tiket sak tetek bengek e.” (Kamu ikut liburan sama saya, ya. Saya yang membeli tiket dan semua keperluan liburannya).

Kata lain yang mirip dengan “tetek mbengek” adalah “sak taek dayak”. “Sak” artinya wadah, “taek” itu artinya kotoran, dan “dayak” itu suku Dayak. Tapi, arti “sak taek dayak” bukan tempat kotoran suku dayak, “Sak taek dayak” di Surabaya diartikan semuanya dalam jumlah yang banyak. Untuk mempermudah dipahami, saya beri contoh kalimatnya, “Aku wingi gowo jajan sak taek dayak.” (Saya kemarin membawa jajan dalam jumlah banyak sekali).

#2 Pateng pecotot

Meskipun sudah mulai jarang terdengar, tapi frasa “pateng pecotot” pernah sangat membumi di Surabaya. Arti “pateng pecotot” adalah berhamburan keluar. Namun, kata “pateng pecotot” digunakan untuk merujuk pada tubuh seseorang, tidak bisa digunakan pada hal lain. Meskipun artinya berhamburan keluar, tidak lazim mengatakan, “Semongko iku pateng pecotot,” ketika melihat semangka yang berhamburan di jalan.

Kalimat yang sesuai untuk kata “pateng pecotot” misalnya begini, “Ojok gawe klambi keciliken, wetengmu ketok pateng pecotot.” (Jangan memakai baju kekecilan, perut kamu terlihat berhamburan keluar). Maksudnya, lemak-lemak di perutnya kelihatan.

Baca Juga:

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

Cak, Cik, Cok: Cara Sederhana Arek Surabaya Membedakan Level Umpatan dari Bunyi Vokal

#3 Nggapleki

Di Surabaya, kita menyebut orang yang menjengkelkan bukan dengan sebutan jahat, tapi “nggapleki”. Kata ini tidak hanya digunakan untuk menyebutkan orang, tapi bisa juga digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sangat menjengkelkan.

Kita bisa menggunakan kata “nggapleki” dengan kalimat, “Arek iku ancene nggapleki, kok.” (Orang itu memang menjengkelkan, kok). Atau bisa juga digunakan untuk kalimat seperti ini, “Aku mang isuk ngerjakno ujian Matematika nggak konsentrasi blas. Nggapleki ancene.” (Saya tadi pagi mengerjakan ujian Matematika tidak bisa konsentrasi sama sekali. Memang menjengkelkan).

Kata “nggapleki” sangat identik dengan bahasa Surabaya. Saya jarang sekali menemukan orang Bojonegoro mengatakan “nggapleki”. Mereka umumnya menggunakan kata “megelno” untuk menyebut kata menjengkelkan. “Megelno” berasal dari kata pegel (capek), jadi megelno artinya membuat capak atau menjengkelkan, kata ini juga lebih umum digunakan oleh mayoritas penutur Jawa di daerah lain.

#4 Babah

“Babah”, ya, bukan “abah”. “Babah” artinya biar atau masa bodoh. Kalau “abah” artinya bapak. “Babah” juga identik dengan orang Surabaya karena orang Jawa biasanya mengatakan “sakkarep” untuk menyebut biar/masa bodoh.

Misalnya nih, ketika ditanya, “Sampean mau dirasani tonggo ngarep, loh.” (Kamu tadi digosipin sama tetangga depan rumah, loh). Orang Surabaya akan menjawab, “Babahno.” (Terserah, masa bodoh).

#5 Iwak

Dalam bahasa Jawa, “iwak” artinya ikan. Tapi entah mengapa, di Surabaya dan sepertinya di beberapa kabupaten yang terletak di Jawa Timur, “iwak” artinya tidak hanya ikan, tapi juga lauk. Dalam bahasa Jawa pada umumnya, kita menyebut kata lauk dengan “lawuh”. Di Jatim, ini berubah menjadi “iwak”, apa pun lauknya. Meskipun bukan ikan, tetap akan kita sebut dengan kata “iwak”.

#6 Embong

Orang Jawa pada umumnya akan menggunakan kata “ratan” untuk menyebut jalan raya. Tapi, arek Suroboyo menyebut “embong”. Tidak pernah ada orang di Surabaya mengatakan, “Ndek ratan ono opo kok rame?” (Di jalan ada apa kok ramai?) Umumnya, orang Surabaya akan mengatakan, “Ndek embong ono opo, kok, rame?” (Di jalan ada apa kok ramai?)

Kalau ada orang mengaku dari Surabaya tapi mengatakan kata “ratan” untuk jalan raya, bukannya “embong”. Sepertinya dia Surabaya blasteran Lamongan, blesteran Bojonegoro, atau blesteran Jawa bagian lainnya.

#7 Mene

Selain “arek” dan “kon”, “mene” juga identik dengan Surabaya. Saya pernah berkunjung ke Jogja yang notabene berbahasa Jawa, ada orang yang tidak tahu arti kata “mene”. Orang Surabaya mengatakan “mene” untuk mengatakan besok, orang Jogja mengatakan “sesuk” untuk menyebut besok.

#8 Njekethek

Meskipun ada kata “ketek” yang dalam bahasa Jawa artinya monyet. Namun, “njeketek” tidak diartikan sebagai monyet. Arti “njeketek” yang sebenarnya adalah sesuatu yang remeh. Saya berikan contoh kalimatnya biar mudah.

“Sepeda motorku wingi tak bongkari mesin e soale mati, njeketek bensin e sing entek.” (sepeda motor saya kemarin saya bongkar karena tidak bisa dinyalakan, ternyata bensinnya saja yang habis).

Sebenarnya, masih banyak kosakata lain yang sangat identik dengan orang Surabaya dan jarang ditemukan pada penutur Jawa lainnya. Barangkali pembaca Terminal Mojok berkenan, silakan ditambahkan di kolom komentar beserta artinya, ya. Biar kita bisa saling menambah keberagaman dialek lokal.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 September 2021 oleh

Tags: Bahasa Surabayabahasa suroboyoan
Tiara Uci

Tiara Uci

Alumnus Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Project Manager perusahaan konstruksi di Surabaya. Suka membaca dan minum kopi.

ArtikelTerkait

Panduan Singkat Menggunakan "Ta" ala Jawa Suroboyoan

Ojo ngasal, Rek. Ini Panduan Singkat Menggunakan “Ta” ala Jawa Suroboyoan yang Benar

1 Juli 2023
Cak, Cik, Cok: Cara Sederhana Arek Surabaya Membedakan Level Umpatan dari Bunyi Vokal

Cak, Cik, Cok: Cara Sederhana Arek Surabaya Membedakan Level Umpatan dari Bunyi Vokal

13 September 2024
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Bahasa Jawa Surabaya yang Sulit Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia (Unsplash)

10 Bahasa Jawa Suroboyoan yang Paling Unik dan Sulit Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Para Perantau di Surabaya Wajib Tahu!

12 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.