Bahasa Medan yang Berkali-kali Bikin Saya Putar, eh, Pusing

bahasa medan Kata 'Apa' dalam Konteks Bahasa Medan Itu Sakti dan Serbaguna terminal mojok.co

Kata 'Apa' dalam Konteks Bahasa Medan Itu Sakti dan Serbaguna terminal mojok.co

Saya sudah menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Medan. Ia sudah tinggal di Medan sejak lahir hingga lulus SMA. Oleh karena itu, wajar saja jika ia sudah terbiasa dengan kultur di sana. Bagaimana caranya bersosialisasi satu sama lain, gaya bicara dengan logat yang khas, termasuk penggunaan bahasa Medan yang mungkin sudah sering kalian dengar, mungkin juga belum.

Pada awal mula pertemuan kami, saya harus beradaptasi dengan beberapa kosakata yang ia ucapkan ketika berbicara, karena memiliki makna berbeda dari kosakata bahasa Indonesia sesuai KBBI. Semacam gegar budaya tersendiri bagi saya.

Misalnya saja, penggunaan kata kereta untuk sepeda motor. Di Medan, orang-orang terbiasa menyebut sepeda motor dengan kereta. Awalnya terdengar rancu bagi saya. Saya pikir, kereta ini maksudnya KRL atau commuterline. Meski tidak sepenuhnya salah jika menyebut sepeda motor dengan kereta. Dalam KBBI, kereta memiliki makna ‘kendaraan yang beroda (biasanya ditarik oleh kuda)’.

Klean pikir sudah selesai dan berhenti di kata kereta?

Jawabannya, tentu saja belum. Meski saya sudah saling mengenal dengan istri total selama tujuh tahun, masih ada beberapa kosakata lain yang harus saya pahami, pelajari, dan dicerna lebih lanjut ketika istri juga keluarga besarnya sedang mengajak saya untuk berbincang agar tidak terjadi salah kaprah berkelanjutan.

Beberapa kosakata yang saya maksud, antara lain:

Bahasa Medan #1 “Cocok ko (kau) rasa?” = “Menurutmu bagaimana?”

Saya pikir, ketika ditanya, “Cocok ko rasa?” pertanyaan tersebut lebih merujuk kepada ketika saya mencicipi suatu makanan tertentu dan ditanya soal rasanya bagaimana. Enak atau tidak, sesuai selera atau tidak. Namun, dugaan saya salah. Ternyata, pertanyaan ini lebih merujuk kepada bertanya soal pendapat dan digunakan pada saat berdiskusi satu sama lain.

Mangkanya, saya sempat keliru dalam menjawab pertanyaan tersebut. Sebelum saya mengetahui maksudnya, saya malah menjawab, “Enak-enak aja, kok.”

Bahasa Medan #2 “Co’ (coba) ko apakan lah itu!” = “Tolong dicek/diperbaiki/dirapikan dulu itu!”

Kali pertama saya mendengar kalimat ini adalah pada saat kondisi rumah berantakan karena sebelumnya bermain mobil-mobilan dengan anak.

Dalam kondisi rumah yang berantakan, istri saya berkata, “Co’ ko apakan lah itu!” Sambil keheranan, dengan polosnya saya malah merespons, “Hah? Harus diapain? Emang kenapa?” Istri saya langsung meralat dan menjelaskan, “Maksudku, tolong dirapikan. Ini udah berantakan banget.”

Dan ternyata, kalimat ini bisa bermakna ganda. Selain dirapikan, bisa juga bermakna dicek atau diperbaiki. Menyesuaikan kondisi, gitu.

Bahasa Medan #3 “Maju kali!” = “Sombong/belagu/tengil/songong banget!”

Kata ini terucap ketika ada seseorang yang sikapnya kurang baik dan bikin nggak nyaman. Entah dari tatapan, ucapannya, juga sikapnya secara langsung.

Dan lagi-lagi, salah kaprah pun terjadi saat saya mendengar ungkapan ini. Karena yang saya tahu, maju itu ya bergerak ke depan. Tapi, punya makna lain dalam bahasa Medan. Tentu saja ini sebuah pengetahuan dalam berbahasa. Biar nggak salah kaprah dalam berkomunikasi. Hehehe.

Bahasa Medan #4 Galon minyak = pom bensin, pusing = putar (arah)

Untuk kata yang satu ini, situasinya saya bersama istri, juga mama mertua, sedang jalan-jalan menggunakan mobil pribadi. Karena bensin berkurang banyak, mama mertua meminta saya untuk menuju ke galon minyak terlebih dahulu.

Lah, lah, lah. Sambil nyetir, saya hanya melongo dan berkata, “Ha? Galon minyak itu maksudnya apa, Ma?” Mama mertua saya langsung memberi klarifikasi, “Maksud Mama ke pom bensin. Halah, Mama lupa kau bukan orang Medan. Ya udah, sekarang kita pusing dulu.”

Nah, kan. Belum selesai saya memahami satu kata, sudah muncul kata lain yang maknanya kurang familier bagi saya.

Dan sepertinya, sebelum saya bertanya maksudnya bagaimana, Mama mertua saya sudah mudeng bahwa saya kebingungan memahami ucapan tersebut. Itu kenapa, ia segera memberi klarifikasi. “Maksud Mama putar arah, Mama nggak lagi pusing, kok.”

Di sisi lain, rasanya seru juga bisa belajar penggunaan kosakata baru karena menyesuaikan bahasa yang baru pula. Setidaknya, jadi menambah wawasan dan pengetahuan saya tentang ragam bahasa yang digunakan di Indonesia. Saya cukup yakin, pengetahuan dan penggunaan bahasa ini akan bermanfaat.

Foto oleh Christian Advs Sltg via Wikimedia Commons

BACA JUGA Hal yang Perlu Anda Ketahui Jika Jatuh Cinta pada Perempuan Batak dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version