Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua

Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua Mojok.co

Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua (unsplash.com)

Beberapa Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta sudah menjadi kemampuan bahasa Inggris sebagai syarat lulus kuliah atau meraih gelar sarjana. Tes bahasa Inggris biasanya tersedia di kampus dengan harga yang beragam. Ada juga kampus yang membebaskan mahasiswanya untuk melakukan tes pada tempat lain dengan standar tertentu. Yang jelas, harus lulus dengan skala angka yang sudah ditetapkan. Kalau nilainya kurang ya harus ngulang.

Hal ini juga saya temukan di salah satu universitas yang jadi jujukan calon mahasiswa di Surabaya yakni Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Di Unesa, tes bahasa Inggris atau biasa dikenal dengan TEP (Test of English Proficiency) yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa menjadi syarat mahasiswa untuk mendaftar yudisium. Hanya dengan mengantongi pendaftaran yudisium seorang mahasiswa bisa wisuda. Dengan kata lain, mereka yang tidak lolos TEP ya tidak bisa ikut wisuda. 

Tes kemampuan bahasa Inggris di Unesa

Standar nilai dari TEP Unesa saat ini, bagi nonprodi Bahasa Inggris adalah 427. Sementara prodi Bahasa Inggris, baik pendidikan maupun sastra, dipatok minimal nilai 527. Sebenarnya di awal semester sebagai mahasiswa baru, Unesa sudah menyediakan satu kali tes gratis. Namun, nyatanya, nggak semua mahasiswa bisa sukses dalam satu kali percobaan TEP, apalagi buat mereka yang bahasa inggrisnya pas-pasan. Cuma bisa yes no atau hanya sekadar paham tapi kalau ngomong kaku maksimal.

Kalau bicara kesulitan, pastinya tes TEP ini bisa dipelajari. Asal ada niat dan usaha, pasti bisa lolos dengan usaha sendiri tanpa campur tangan joki. Namun, beda cerita kalau kalian harus menghadapi tes ini di antara revisi skripsi dan waktu tempuh studi yang sudah mepet. Kemampuan bahasa Inggris sebagai syarat lulus jadi terasa memberatkan apalagi untuk mahasiswa tua.  

Tes berbayar beban bagi mahasiswa semester atas dengan ekonomi pas-pasan

TEP yang digelar Pusat Bahasa Unesa tidak bisa cuma-cuma dilakukan oleh mahasiswa. Ada harga yang harus dibayar sebesar Rp75.000 sebelum melakukan tes dan Rp40.000 untuk pencetakan sertifikat TEP. Jumlah ini tentunya nggak sedikit untuk anak kos yang kirimannya suka macet. Iya kalau langsung lolos, kalau gagal pasti boncos. 

Bayangan mengulang tes TEP berkali-kali untuk bisa diatas standar kelulusan menjadi ketakutan dan kecemasan para mahasiswa angkatan tua. Sudah banyak keluar uang untuk mengurus skripsi dan pemberkasan sekarang ditambah tes TEP yang belum tuntas.

Baca halaman selanjutnya: Tidak semua mahasiswa …

Tidak semua mahasiswa bisa bahasa Inggris

Mahasiswa di Unesa datang dari berbagai latar belakang. Tidak semua mahasiswa fasih berbahasa Inggris. Mungkin beberapa di antara mereka memang punya kecerdasan dalam berbahasa sehingga lebih mudah belajar bahasa asing. Mungkin juga, beberapa di antara mereka punya akses untuk kursus. Namun, tidak sedikit yang tidak memiliki dua hal itu. 

Itu mengapa di mata beberapa mahasiswa, TEP setara dengan sidang skripsi. Begitu bikin deg-degan karena rawan gagal. Bahkan tidak sedikit yang sampai mengulang beberapa kali. 

Tidak ada waktu

Mahasiswa tua mengeluhkan tes kemampuan bahasa Inggris karena tidak punya waktu. Bisa dipahami sih, sebagai mahasiswa atas yang dikejar waktu lulus, energi sepenuhnya mereka fokuskan untuk mengerjakan skripsi dan revisinya. Rasanya sangat sayang kalau waktu beberapa jam digunakan untuk hal-hal di luar skripsi. Untuk belajar dan tes bahasa Inggris, misalnya. 

Terlepas dari sulitnya menuntaskan tes bahasa Inggris ditengah gempuran skripsi, menjadi jujur dan sportif adalah hal yang utama. Seperti kata orang-orang yang mendadak bijak bahwa ‘jangan kotori 4 tahun usahamu‘ dengan kecurangan. Sesulit-sulitnya tes bahasa Inggris untuk syarat lulus kuliah pasti bisa terlewati kalau dihadapi. Kalau dibiarkan saja ya nggak akan jadi apa-apa. Paling-paling, tambah semester dan jadi donatur kampus lagi. 

Penulis: Hiline Wijayanti
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 5 Ide Usaha yang Cocok untuk Mahasiswa: Modal Minim, Nggak Ganggu Jadwal Kuliah, Cuan Lumayan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version