Byōsoku 5 Centimeter Adalah Anime yang Paling Bikin Sakit Hati

Byōsoku 5 Centimeter Adalah Anime yang Paling Bikin Sakit Hati terminal mojok.co

Byōsoku 5 Centimeter Adalah Anime yang Paling Bikin Sakit Hati terminal mojok.co

Ada yang sudah pernah nonton anime Byōsoku 5 Centimeter?

Tulisan saya ini terinspirasi dari tulisan Mas Esfransdo yang bilang kalau “Grave of the Fireflies (Hotaru no Haka) Adalah Anime Paling Bikin Sakit Hati”. Setelah membaca tulisan Mas Esfransdo tersebut, saya inisiatif menonton anime tersebut. Terlebih, ada begitu banyak meme Grave of the Fireflies yang selama bertahun-tahun saya lihat di internet dan berbagai platform media sosial lainnya.

Bagi saya, anime ini memang begitu menyedihkan. Fokus cerita anime ini adalah dua kakak beradik bernama Seita (14 tahun) dan Setsuko (4 tahun) yang kehilangan kedua orang tuanya saat Perang Dunia II berlangsung. Saat itu ibu mereka meninggal dunia akibat luka bakar yang diterima setelah terkena bom serangan Sekutu. Sedangkan ayah mereka yang merupakan Angkatan Laut Jepang, gugur saat membela negaranya dalam Perang Dunia II. Mereka terpaksa tinggal bersama bibi mereka.

Sebetulnya mereka bisa tinggal bersama bibi mereka sampai mereka cukup dewasa untuk meninggalkan rumah bibi mereka. Namun, karena tidak tahan disindir sebagai orang malas yang kerjanya hanya makan dan tidur, akhirnya Seita mengajak adiknya Setsuko untuk meninggalkan rumah bibi mereka dan tinggal di sebuah goa dekat sungai. Padahal mereka tidak punya uang sepeser pun. Mereka tinggal di goa tersebut dengan bermodalkan kompor, beras, dan sejumlah bahan makanan lainnya yang cukup membuat mereka bertahan hidup untuk beberapa hari saja.

Anime ini memang tidak jelek. Ghibli Studio telah sempurna menggambarkan Perang Dunia II sebagai sebuah peristiwa sejarah yang mengerikan. Jutaan orang yang kelaparan, ribuan jenazah manusia tergeletak setelah dibom Sekutu, dan nilai-nilai kemanusiaan yang telah luntur akibat Perang Dunia II di mana semua orang betul-betul berusaha menyelamatkan diri sendiri agar bisa hidup dari gempuran bom Sekutu tanpa mempedulikan orang lain. Terlebih, anime ini dibuat tahun 1988, 4 tahun sebelum saya lahir.

Namun menurut saya, anime ini terlalu diglorifikasikan sebagai anime paling sedih yang pernah dibuat oleh umat manusia. Pasalnya menurut saya, ini murni kesalahan Seita yang dengan begitu egoisnya memilih untuk meninggalkan rumah bibi mereka hanya karena dikatai sebagai orang malas yang kerjanya makan dan rebahan doang. Padahal, kalau dia minta maaf pada bibinya dan berusaha bantu-bantu di rumah bibinya dengan mencuci piring, menyapu, dan mengepel rumah, Setsuko tidak akan mati kelaparan dan kekurangan gizi. Sementara Seiko juga tidak akan jadi gelandangan dan sama-sama mati akibat kelaparan dan kekurangan gizi.

Kalau bagi saya, anime paling bikin sakit hati adalah Byōsoku 5 Centimeter (5 Centimeter per Second). Berbeda dengan karya Makoto Shinkai lainnya seperti Kimi no Nawa (Your Name) dan Tenki no Ko (Weathering with You) yang mengusung cerita cinta dibalut cerita fantasi. 5 Centimeter per Second adalah kisah cinta yang sangat realistis dan saya pikir hampir semua orang pernah mengalami kisah serupa.

Fase pertama anime ini menceritakan Tohni Takaki dan Akari Shinohara, dua anak sekolah yang saling mencintai dan kemudian terpaksa menjalani hubungan jarak jauh karena Akari terpaksa pindah sekolah. Sebagai dua remaja yang sedang dimabuk cinta, mereka berdua memutuskan untuk ketemuan.

Nahas, pada hari yang dijanjikan, badai salju membuat semua kereta yang ditumpangi Takaki  terlambat. Takaki langsung kehilangan harapan untuk bertemu Akari selain karena kereta yang terlambat, dia juga tidak punya uang untuk membeli makan malam. Akan tetapi, ia nekat untuk tetap melanjutkan perjalanan, dan Takaki terkejud melihat Akari yang masih menunggunya dengan setia di Stasiun Iwafune. Malam itu mereka meluangkan waktu bersama-sama, saling berciuman untuk pertama kalinya di bawah pohon sakura, dan menghabiskan malam sambil ngobrol-ngobrol. Saat itu, Takaki sadar bahwa mereka berdua tidak akan dapat bersama lagi karena jarak yang memisahkan mereka.

Fase kedua anime ini menceritakan Takaki remaja yang tidak pernah bisa lepas dari bayangan Akari. Mereka tetap saling berkirim surat dan sms-an. Namun, rutinitas itu perlahan pudar karena “Ngapain sih hubungan cuma saling kirim surat dan sms-an tapi nggak pernah ketemu?”, yang ada pada pikiran Takaki dan Akari. Hebatnya lagi, fase kedua ini dikisahkan dari sudut pandang siswi SMA bernama Kanae yang menyukai Takaki, tapi dia sadar bahwa pikiran Takaki selalu terfokus pada Akari.

Fase ketiga anime Byōsoku 5 Centimeter betul-betul menguras emosi dan bikin saya frustasi, yakni fase dewasa Takaki. Takaki telah bekerja menjadi seorang programmer di Tokyo. Akari sedang dalam tahap mempersiapkan pernikahannya, dan Kanae hanya muncul sekilas saja tanpa dialog apa pun. Cerita terus berlanjut sampai suatu ketika, Takaki sedang berjalan melintasi rel kereta api dan berpapasan dengan seorang wanita yang kelihatannya seperti Akari. Ia berpaling belakang, demikian pula dengan Akari, tetapi kereta api muncul dan menghalangi pandangan mereka.

Cerita bergulir ke belakang. Takaki masih merindukan Akari sehingga pacarnya yang kini merasa seperti terabaikan. Rindunya kepada Akari dan tekanan pekerjaan membuat Takaki meninggalkan pekerjaannya. Sementara itu, Akari yang sedang mengemasi barang-barang lamanya tiba-tiba menemukan sebuah surat bersampul merah muda yang ia tujukan untuk Takaki. Selanjutnya Akari dan Takaki ditampilkan mengucapkan dialog secara bergantian dan saling menyambung, mengenai mimpi akan pertemuan terakhir mereka saat badai salju turun.

Fase ketiga ini juga ditutup dengan sangat sempurna dengan lagu berjudul “One More Time, One More Chance” yang dibawakan oleh Masayoshi Yamazaki. Lirik yang penuh makna serta melodi yang indah dipadukan dengan adegan flashback dari potongan kehidupan Takaki dan Akari dengan sangat baik. Mereka sama-sama sepakat bahwa mereka saling mencintai satu sama lain, tapi memutuskan untuk tidak bersama karena kehidupan yang memaksa mereka begitu.

Bahkan Takaki dan Akari tidak susah-susah untuk menyapa satu sama lain meskipun mereka tahu mereka telah berpapasan beberapa kali di Kota Tokyo. Mereka mungkin takut kalau mereka saling menyapa, akan semakin menyanyat hati mereka masing-masing.

Dan sudah jelas, bagi saya anime Byōsoku 5 Centimeter ini jauh lebih baik karena lebih relate bagi saya dan jutaan orang di dunia ini. Pasalnya, saya dan jutaan orang lainnya di dunia ini pernah merasakan apa yang Takaki dan Akari rasakan dibandingkan apa yang Seita dan Setsuko rasakan.

Sesusah-susahnya hidup saya saat pandemi Covid-19, tidak ada apa-apanya dengan yang mereka berdua rasakan. Lagipula, di Grave of the Fireflies, semuanya murni salah Seita sih yang begitu bodoh dan egois sehingga menyebabkan mereka berdua kekurangan gizi dan kelaparan. Kalau bisa, sih, saya juga pengen nonjok Seita karena kebodohan dan keegoisannya tersebut saking kesalnya.

Sumber Gambar: YouTube Onikinou

BACA JUGA Tokyo Revengers Itu Jauh Lebih Kompleks dari Crows, Lebih Bercita Rasa dari Naruto dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version