Asuransi Tidak Sebrengsek yang Ada di Pikiran Kalian

Asuransi Tidak Sebrengsek yang Ada di Pikiran Kalian

Asuransi Tidak Sebrengsek yang Ada di Pikiran Kalian (Pixabay.com)

Tiga bulan lalu saya memutuskan resign dari perusahaan saya yang fokus di bidang percetakan dan penerbitan. Bulan ini saya diterima di salah satu perusahaan asuransi yang berlokasi di Bank CIMB Niaga Solo. Dua minggu saya dijejeli materi produk dan tutorial “menjilat” nasabah agar berminat membeli produk perusahaan saya.

Seminggu bekerja, nyatanya saya kesusahan meyakinkan nasabah membeli produk yang saya tawarkan. Setelah cek di media dan grup Facebook, rupanya masih banyak pandangan sinis mengenai asuransi. Mengenai kasus penipuan agen agar banyak closingan, nasabah tidak bisa mengajukan klaim, dan persepsi bahwa asuransi itu sama dengan tabungan dan investasi.

Asuransi memang masih jadi momok gegara banyak kasus negatif yang menimpa banyak nasabah. Angka penipuan yang fantastis bikin orang makin ragu dan menganggap asuransi adalah scam.

Meski kecurangan perusahaan tidak bisa dibantah, tapi menurut saya ada cara pandang yang salah (juga tidak adil) terhadap asuransi. Terlebih yang menyamakannya dengan investasi. Duh.

Jadi begini ya. Kebutuhan mendasar manusia itu menabung yang duitnya bisa dicairkan kapan pun. Kemudian bagi yang ingin mengembangkan nilai uang ikut investasi. Setelah itu untuk melindungi aset (tabungan dan investasi) ikut asuransi. Mindsetnya harusnya seperti itu.

Asuransi itu sebenarnya baik sebagai perlindungan masyarakat. Buktinya di Korea dan Jepang, berbagai produk asuransi banyak diminati. Mulai dari asuransi jiwa, kesehatan, penyakit kritis, aset atau warisan, hingga pendidikan anak. Namun mengingat rendahnya pemahaman seputar asuransi yang ada kata ASU di dalamnya, konsep proteksi menjadi asing bagi masyarakat.

Orang bayar BPJS aja pada ngerasa rugi karena nggak sakit, gimana mau paham proteksi.

Kasus penipuan 

Saking penasarannya, saya telusuri alasan nasabah yang merasa tertipu membeli produk asuransi. Saya masuk grup Facebook dan melihat isi postingan dan komentar pengguna. Kemudian saya analisis bahwa kasus penipuan terjadi karena yang dibeli produk unit link yang di dalam polis dijelaskan tidak ada jaminan nilai tunai.

Sedikit penjelasan mengenai produk asuransi terdiri dari dua jenis, yakni unit link dan tradisional. Kalau unit link itu ada kaitan dengan investasi. Nah, porsi investasi ini yang tidak bisa dijamin. Kemungkinannya, agen menjelaskan manfaat jaminan nilai tunai pada nilai investasi. Hasilnya, banyak nasabah yang merasa tertipu.

Sementara produk tradisional ada jaminan tunai seperti prinsip menabung. Namun kalau bicara asuransi, ya jelas tidak bisa diambil sewaktu-waktu, tergantung kesepakatan polis. Misal merasa klaim tidak bisa dicairkan, bisa menggunakan legalitas polis yang diawasi oleh OJK. Jadi mustahil perusahaan tidak mampu mengembalikan premi atau UP (uang pertanggungan) nasabah. Kecuali kasus perusahaan yang profil RBC (Risk Based Capital)-nya di bawah 120% sesuai standar yang ditetapkan pemerintah.

Jadi bagi nasabah yang ditawari asuransi, saya sarankan untuk memastikan RBC perusahaan, jenis produk, dan ketentuan pengecualian dalam polis. Cari agen yang jujur dan amanah, seperti saya misalnya. Jadi orientasinya bukan seberapa banyak closingan yang diperoleh, melainkan kebutuhan nasabah bisa dipenuhi. Nasabah senang, agen dapat bonus, perusahaan untung. Istilah kerennya win-win solution. 

Asuransi untuk orang miskin

Manusia yang ditakdirkan miskin (dari sudut finansial) juga berhak membeli produk asuransi, meski kebutuhan tabungan lebih penting. Namun perlu dipahami bahwa konsep asuransi adalah perlindungan, bukan menambah kekayaan. Manusia tidak tahu risiko di masa depan.

Nah, inilah pentingnya asuransi. Misal ada kejadian tak menyenangkan, setidaknya tidak menyita aset hingga tak bersisa.

Bagi orang miskin, bisa memilih produk kesehatan atau jiwa dengan jenis tradisional dan premi rendah. Menyisikan sebagian pendapatan yang bisa mendapat jaminan preminya dikembalikan, plus mendapat proteksi selama polis aktif. Tentu setiap asuransi dari perusahaan punya berbagai jenis produk yang punya premi dan manfaat yang berbeda-beda. Pilih risiko yang rendah, tapi bisa mendapat proteksi yang menguntungkan.

Asuransi tidak semengerikan kasus penipuan di luar sana. Tapi ya, perlu ada (((sinergi))) antara agen dan orang awam agar bisa saling mengerti. Proteksi masa depan mungkin jadi konsep yang absurd untuk orang yang hidupnya untuk masa kini. Tapi, perlindungan masa depan tak pernah ada salahnya.

Misal ternyata masa depan baik-baik saja, bukankah itu juga jadi keuntungan?

Penulis: Joko Yuliyanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Susahnya Jadi Agen Asuransi, Jadi Musuh Masyarakat karena Dianggap Penipu dan Gila Komisi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version