Gusti Aditya: Arsenal sudah seperti panti asuhan
Katanya, jika manusia telah memenuhi seluruh tugasnya di bumi, ia akan menyingkir dari hiruk-pikuk duniawi. Dan Liverpool, pasca huru-hara pesta tiada jeda, kehilangan sentuhan magisnya. Tapi nggak masalah, tugas pelatih dan pemain untuk memutus puasa gelar selama 3 dekade sudah usai. Saatnya menepi dan memberi sedekah kepada rombongan medioker, salah satunya, Arsenal.
Lha gimana nggak medioker, strategi yang dimiliki Arsenal adalah 4-3-3, insyaallah, dan wallahu a’lam. Sudah, begitu saja. Mau dibilang parkir bus, kok, ya nggak pas. Mungkin cocoknya dibilang Arsenal itu parkir Carry 1000 pick up bekas, karatan lagi. Udah diparkir sedemikian rupa, masih kena 24 serangan ke gawang.
Mau bilang jago bertahan nggak pas, jago serangan balik juga sama sekali bukan. Doa tim-tim teraniaya macam Arsenal ini saya akui manjur banget. Insyaallah numpuk pemain, nggak kebobolan. Insyaallah, coba-coba pressing, eh dapat 2 blunder Liverpool.
Saya yakin, analis sepak bola paling mumpuni di luar sana juga malas menganalisa cara bermain Arsenal. Kalau nggak karena iman yang, saya akui, kuat, skuat asuhan Mikel Arteta ini nggak kebobolan karena masang kodam di tiang gawang. Kemungkinan ketiga, gawang Arsenal udah dikencingin sama dukun London.
Bayangkan saja, ketika melawan skuat muda Liverpool di Piala FA, Arsenal bisa kebobolan 5 kali lalu kalah di babak penalti. Lha ini, proses nalar secara materialisme tidak bisa, tapi ditakar menggunakan logika mistika baru mashok. Insyaallah, bertahan saja numpuk pemain. Biarin bolong-bolong kayak cawet bekas, sing penting yakin.
Jadi besok, organisasi atau lembaga, kalau buka puasa bisa juga mengunjungi Arsenal. Nggak cuma ke panti asuhan biar dapat pahala dari doa anak yatim piatu. Liverpool sudah menunjukkan caranya, berbagi poin ke anak-anak menderita bernama Arsenal. Biar jadi doa yang baik untuk Liverpool demi musim depan.
@arsenalskitchen: Liverpool, juara yang memalukan
Saya sudah mengakui di lewat Twitter kalau kemenangan atas Liverpool ini bukan kemenangan yang menyenangkan. Pada titik tertentu, yang ditulis Gusti Aditya ada benarnya. Arsenal nanggung di semua aspek. Ya cuma insyaallah saja modal Meriam London ini, dan alhamdulillah, tidak kemasukan lebih dari 1 gol.
Yang justru mengusik saya adalah kejadian-kejadian selepas pertandingan. Tidak ada fans yang Arsenal yang tidak mengakui juaranya Liverpool musim ini. Pun kekalahan pagi ini bukan jadi bukti kalau mereka sebetulnya jelek, kok. Sepak bola memang begini, kadang yang “bejo” ngalahin yang pinter.
Selepas pertandingan, Alisson yang blunder komentar seperti ini:
“Kami bertandingan untuk menjadi juara. Itu adalah tujuan utama kami. Tidak ada yang bisa mengambil sinar pesona kami setelah menjadi juara.” Jurgen Klopp menimpali: “Saya tidak berkomentar negatif dari sesuatu yang positif, yaitu menjadi juara dengan sangat cepat. Para pemain begitu luar biasa musim ini dan tidak ada yang bisa meragukan mereka.”
Tiba-tiba, keduanya begitu ndakik-ndakik. Bahkan malah kelihatan insecure. Saya tahu, kok, Alisson dan Vrigil van Dijk membuat peluang lebih banyak untuk Arsenal ketimbang pemain Arsenal sendiri. Blunder, kan, sudah bagian dari sepak bola. Nggak ada yang meragukan juaranya Liverpool. Malah pada bingung sendiri. Insecure.
Saya juga tahu kalau setelah resmi juara, mereka kehilangan begitu banyak poin. Meraih juara Liga Inggris itu nggak gampang, tapi mereka bisa melakukannya. Namun, mempertahankan performa ketika berusaha meraih juara itu pekerjaan yang lebih sulit dan Liverpool gagal melakukannya.
So, sepanjang 2019/2020 ini, Liverpool sudah gagal: di Desember gagal quadruple, di Februari gagal invincible kayak Arsenal, Maret gagal treble dan back to back Liga Champions, Juli kehilangan rekor kandang dan gagal tembus 100 poin. Lho, kalau bukan specialist in failure, apa dong namanya? Cie, sama kayak Arsenal.
Setelah segala kesombongan itu, Liverpool gagal mempertahankan performa seorang juara. No offense ya, kamu itu juara yang payah. Kalah lagi sama tim terburuk Arsenal dalam 20 tahun terakhir.
Sumber gambar: Wikimedia Commons.
BACA JUGA Nostalgia Rental PS 2 yang Diabadikan dalam Tiap Gimnya dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.