Arion Mall, Mal Kecil Legendaris Kebanggaan Warga Jakarta Timur

Arion Mall, Mal Kecil Legendaris Kebanggaan Warga Jakarta Timur Terminal Mojok

Arion Mall, Mal Kecil Legendaris Kebanggaan Warga Jakarta Timur (Wikimedia Commons)

Kalau ditanya ada berapa jumlah mal yang ada di Jakarta, sejujurnya saya nggak bisa menghitung, atau lebih tepatnya sih males. Lantaran hampir di setiap wilayah Jakarta ada mal. Mal-mal di Jakarta bentuknya beragam. Ada yang besar banget, ada yang sedang, ada juga yang tergolong kecil. Lalu target pengunjungnya pun dibedakan. Ada yang untuk kalangan atas, menengah ke atas, dan menengah ke bawah. Semua mal di Jakarta punya ciri khas dan tingkat kenyamanan masing-masing.

Meskipun tinggal di kota yang dikepung banyak mal sejak lahir, sejujurnya saya termasuk orang yang jarang sekali masuk ke mal. Ada tiga alasan saya terpaksa masuk mal. Pertama, untuk bertemu seseorang yang berkaitan dengan pekerjaan. Kedua, karena memang ada sesuatu yang ingin dibeli dan tokonya kebetulan ada di dalam mal. Dan ketiga, mau nonton. Maklum, 95% bioskop yang ada di Jakarta memang berada di dalam mal.

Jadi biasanya setelah urusan di mal selesai, saya akan langsung keluar. Jarang sekali meluangkan waktu untuk window shopping, muter-muter di dalam mal, atau lihat-lihat barang di etalase. Ini memang masalah selera, sih. Saya saja yang memang nggak demen nongkrong di mal.

Tapi bukan berarti saya nggak punya mal favorit, lho. Setidaknya, ada satu mal yang sudah saya akrabi sejak kecil, karena letaknya juga nggak jauh dari rumah. Mal ini nggak besar-besar banget, malah tergolong mungil bila dibandingkan mal-mal lain yang ada di Jakarta.

Namanya Arion Mall. Lokasinya berada di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur. Luas mal ini cuma 2000 meter persegi. Terdiri dari empat setengah lantai (karena lantai paling atasnya memang nggak full). Biarpun mungil, menurut saya mal ini tergolong lengkap untuk segala kebutuhan.

Mau cari pakaian? Ada Matahari Department Store yang menempati seluruh lantai 3 dan 4, atau bisa juga ke Pojok Busana di lantai dasar. Mau belanja kebutuhan sehari-hari? Tinggal pergi ke Superindo di lantai 2. Mau cari buku-buku atau alat tulis? Datang saja ke Toko Gunung Agung. Mau cari kacamata? Ada Optik Melawai, kok. Mau nonton film? Di lantai paling atas Arion Mall juga ada Cinema XXI. Lapar dan pengin makan setelah seharian keliling mal? Tenang, gerai restoran di sini komplet. Ada KFC, McD, Dunkin Donuts, HokBen, hingga Richesee. Dan masih banyak toko-toko lain yang memenuhi lantai dasar dan dua.

Sebagai warga Jakarta Timur, saya sih cukup senang dengan kehadiran mal ini. Sebab boleh dibilang, Arion Mall adalah mal pertama yang jadi kebanggaan warga Jakarta Timur. Maklum, dibanding wilayah Jakarta lainnya, Jakarta Timur sering dianggap paling “terbelakang” pembangunannya. Apalagi kalau bicara soal mal yang ada di sini.

Ketika Jakarta Pusat sudah punya Plaza Indonesia dan Atrium Plaza, Jakarta Barat sudah punya Citraland dan Gajah Mada Plaza, Jakarta Selatan punya Blok M Plaza dan Pondok Indah Mal, serta Jakarta Utara punya Kelapa Gading yang mana mal-mal itu ukurannya besar dan luas, Jakarta Timur sudah cukup bangga punya Arion Plaza—sebelum diganti namanya jadi Arion Mall.

Arion Mall memang bisa dibilang termasuk mal lawas, atau mal generasi pertama di Jakarta, yang mulai diresmikan pada 1990. Tapi sejujurnya, karena namanya yang kurang terkenal, dulu masih banyak warga Jakarta yang belum tahu soal keberadaan mal ini. Saya ingat, ketika menyebut “Arion Plaza” ke saudara yang tinggal di luar wilayah Jakarta Timur, mereka sering bertanya “Arion Plaza itu di mana, sih?”

Padahal waktu itu Arion Plaza sudah jadi tempat nongkrong favorit anak muda dan pelajar Jakarta Timur, lho. Apalagi lokasinya juga berada di depan Stadion Rawamangun (Velodrome) yang sering dipakai untuk tempat atletik. Kenangan saya waktu zaman SMP dan SMA, sehabis mengikuti pelajaran olahraga atletik di Velodrome, ya wajib nongkrong dulu di Arion Plaza sama teman-teman walau cuma jajan es krim McD. Rasanya sudah keren betul.

Dan kalau dilihat sejarahnya, nama “Arion” sebelumnya lebih dikenal sebagai nama bus. PT Arion Paramita yang membangun Arion Mall awalnya memang perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Didirikan pada 10 Maret 1969, oleh seorang pengusaha bernama Mangaradja Haolanan Hutagalung, saat itu Arion Bus merupakan bus swasta pertama di Jakarta. Selain melayani transportasi umum, Arion Bus juga menawarkan jasa transportasi untuk carteran, antar jemput karyawan, dan pariwisata.

Seiring berjalannya waktu, ketika pendirinya mulai berpikir bahwa bisnis transportasi nggak seindah dulu, Arion pun mulai melakukan diversifikasi usaha. Mereka mulai membangun agen travel, money changer, gedung pertemuan, dan yang paling fenomenal adalah membangun pusat perbelanjaan di lahan yang tadinya dijadikan sebagai tempat pool bus Arion.

Ngomong-ngomong, ukuran Arion Mall yang sekarang ini sedikit lebih besar dari bangunan awal. Dulu di samping mal, ada bioskop yang terpisah dari bangunan mal, namanya Astor 21. Tapi pada 1993, bioskop itu dibongkar dan dijadikan area perluasan dari Arion Plaza. Sejak bangunannya diperluas sedikit itulah namanya mulai berganti jadi Arion Mall.

Dan setelah itu, memang nggak ada lagi perubahan pada bentuk bangunan Arion Mall. Dari dulu hingga sekarang ya segitu-gitu saja. Kalau dibandingkan dengan mal-mal lain yang belakangan dibangun di Jakarta, Arion Mall memang termasuk kecil sekali dan terlihat sederhana. Kita nggak perlu capek untuk menjelajahi setiap lantai mal.

Tapi justru dengan kesederhanaannya itu Arion Mall terasa lebih ramah buat semua kalangan. Nggak harus berdandan terlalu rapi. Cukup kaos oblong, celana sedengkul, dan bersandal jepit saja saya sudah merasa nyaman masuk ke dalam mal ini tanpa khawatir dengan tatapan nyinyir orang-orang.

Dan ketika banyak mal atau pusat perbelanjaan lain yang mulai sepi, kosong, kekurangan tenant dan pengunjungnya, Arion Mall sampai sekarang tetap ramai. Setiap sudut lantainya terisi, termasuk yang berada di bawah eskalator. Dan harga-harga barang di sini juga ramah di kantong. Jadi, meskipun saya termasuk orang yang jarang masuk ke mal, Arion Mall tetap jadi tempat yang punya banyak kenangan di hati.

Penulis: Fajar Fery Ferdiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Kelebihan yang Membuat Jakarta Timur Tidak Bisa Dipandang Sebelah Mata.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version