Arab Saudi, Kiblat Baru Industri Kopi Dunia

Arab Saudi, Kiblat Baru Industri Kopi Dunia

Arab Saudi, Kiblat Baru Industri Kopi Dunia (Pixabay.com)

Budaya kopi Arab Saudi tak main-main kuatnya. Jadi kiblat kopi dunia pun, rasanya masuk akal

Kalau membahas mengenai negara mana yang paling identik dengan kopi, mayoritas dari kita pasti menjawab Italia. Nggak mengherankan, soalnya di negara itulah espresso tercipta. Sejak espresso muncul, menu-menu turunannya pun turut berdatangan. Ditambah susu, menjadi cafe latte atau cappucino. Tentara Amerika Serikat iseng nambahin air ke espresso karena nggak kuat pait, jadilah Americano.

Meski demikian, Italia boleh saja menjadi negara tempat lahirnya espresso. Akan tetapi orang-orang Arab di abad 15 adalah yang pertama kali menikmati kopi dalam wujud minuman. Sebelum itu, sejak kopi ditemukan pertama kali oleh penggembala di Ethiopia, kopi masih belum dinikmati sebagai minuman. Setelah orang-orang tau bahwa kopi bisa dijadikan minuman, maka tren meminum kopi pun melanda di seluruh dunia.

Budaya ngopi yang mendarah daging

Sejak penemuan kopi yang bisa diminum, orang-orang di Arab Saudi menjadikan kopi sebagai minuman sehari-hari. Untuk dinikmati sambil santai, dan menjaga agar tidak mengantuk saat beribadah malam. Untuk menjamu tamu yang berkunjung, atau untuk berbagai kepentingan lainnya. Seiring berjalannya waktu, kopi menjadi bagian penting dalam budaya Arab. Warung kopi, atau disebut maqha, banyak dijumpai di sana-sini.

Jangan dikira menu kopi yang disajikan adalah semacam espresso atau bahkan manual brew. Kopi disajikan dengan cara tradisional, yakni setelah digiling halus dicampur dengan kapulaga, lantas direbus dengan air sampai mendidih. Kopi juga tidak ditambahkan gula atau pemanis lainnya. Hanya ada kopi yang pekat dan aroma kapulaga yang eksotis.

Seiring berjalannya waktu, ketika gelombang kopi modern melanda di sepenjuru dunia, maka Arab Saudi juga tidak ingin ketinggalan. Kini banyak dijumpai coffee shop modern di sana-sini. Coffee shop adalah tempat utama untuk berhubungan sosial di Arab. Hal itu disebabkan karena tak ada bar atau club malam di sana. Keinginan nongkrong tinggi, serta nggak adanya bar atau club malam, hal itu menjadikan coffee shop sebagai primadona bagi banyak orang.

Arab Saudi dan sekitarnya menjadi target para barista pengejar karier

Peminat kopi yang makin tinggi, artinya makin banyak juga coffee shop yang bermunculan. Makin banyak coffee shop, maka kebutuhan akan barista juga meningkat. Menariknya adalah, tak jarang coffee shop di Arab Saudi dan negara-negara sekitarnya yang membuka lowongan barista di Indonesia. Coba tanyakan ke teman kalian yang barista. Pasti punya kenalan yang sekarang bekerja di coffee shop negeri-negeri Arab.

Gaji yang lebih tinggi dibandingkan di Indonesia, jelas membuat banyak barista pengejar karier berlomba-lomba untuk merantau ke negeri-negeri Arab. Kalau ada barista idealis yang pingin hidup dari passionnya itu, pasti ngincernya kerja di negara-negara Arab. Bukan Italia yang terkenal sebagai negara paling kopi. Untungnya di Arab banyak yang bisa bahasa Inggris, sehingga barista dari Indonesia yang punya mimpi untuk ngebar di sana, cukup bisa bahasa Inggris aja, nggak harus jago bahasa Arab.

Beberapa kenalanku juga sudah merantau ke negeri-negeri Arab dan betah jadi barista di sana. Ada yang diberangkatkan umroh oleh owner coffee shopnya juga malahan. Ya nggak heran sih, soalnya umroh kalau di sana ya tinggal naik ojol aja sampe.

Beberapa kenalanku yang jadi barista di sana juga mengakui bahwa budaya ngopi sangatlah tinggi. Ngopinya itu beneran ngopi, bukan kayak kita di Indonesia yang bilangnya mau ngopi, tapi pas di coffee shop pesennya es leci tea, atau malah nggak pesen sama sekali. Oleh karena itu, saat ngobrol dengan temen-temen yang ngebar di Arab Saudi, aku jadi mikir bahwa dengan tingginya budaya ngopi di sana, serta banyaknya peluang kerja dari luar negeri sebagai barista, kayaknya bentar lagi Arab Saudi bakal jadi kiblat baru industri kopi.

Pemerintah Arab Saudi serius mengenai kopi

Salah satu hal yang makin membuat yakin kalau Arab Saudi bakal menjadi kiblat baru Industri kopi adalah karena Pemerintah Arab Saudi mulai serius menjadikan kopi sebagai elemen penting dalam warisan budaya. Pada 2022 lalu, Pemerintah Arab Saudi mendeklarasikan tahun itu sebagai Tahun Kopi Saudi. Cukup terlambat rasanya, mengingat kopi sudah menjadi bagian budaya Arab selama ratusan tahun, dan baru diseriusi tahun lalu. 

Tujuan dari deklarasi itu adalah untuk merayakan kopi sebagai produk Budaya Arab Saudi dan menonjolkan hubungan antara kopi dan identitas nasional. Selain itu, pemerintah Arab Saudi juga secara resmi mengganti nama kopi arabica menjadi kopi Saudi. Dengan begitu, saat memesan kopi di coffee shop, khususnya di Arab, tak lagi ada penyebutan arabica, melainkan kopi Saudi. Perubahan yang mungkin terdengar aneh karena belum familiar. Bakal sangat hebat apabila ke depannya, penyebutan kopi arabica di seluruh dunia diganti menjadi kopi Saudi. Dengan begitu, bakal makin valid kalau Arab Saudi menjadi kiblat baru bagi industri kopi, bukan? Bukan!

Banyak negara lain yang lebih kopi 

Hanya karena trend kopi di Arab Saudi naik pesat, atau karena pemerintahnya serius menangani kopi, atau bahkan karena kopi Arabica diubah menjadi Kopi Saudi, apakah secara otomatis Arab Saudi menjadi kiblat kopi? Tunggu dulu. Mari lihat negara-negara lain yang juga kopi banget selain Arab Saudi dan Italia.

Berdasarkan data dari worldpopulationreview.com, Finlandia menduduki peringkat pertama dalam hal konsumsi kopi per orangnya. Disusul Norwegia, Islandia, Denmark, dan seterusnya. Tak ada Arab Saudi di sepuluh teratas.

Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dalam konsumsi kopi terbanyak secara keseluruhan. Kalau Finlandia itu nomor satu di jumlah orang yang minum kopi paling banyak, kalau Amerika Serikat itu yang paling banyak mengkonsumsi kopi dari total kopi yang dikonsumsi secara keseluruhan. Pada daftar sepuluh besar juga nggak ada Arab Saudi.

Brazil, menempati urutan pertama negara pemroduksi kopi terbesar di dunia. Nggak ada lawan kalo yang satu ini. Arab Saudi masih ketinggalan jauh. Bahkan jauh di bawah Indonesia. Dengan semua fakta ini, berarti masih sangat jauh untuk Arab Saudi menjadi kiblat industri kopi di seluruh dunia, kan?

Nggak jadi kiblat kopi dunia juga nggak apa-apa

Akan tetapi, meski nggak masuk ke dalam daftar teratas negara-negara si paling kopi, harus diakui kalau kopi-kopi di Arab Saudi itu banyak yang unik. Saat menu kopi masa kini cuma gitu-gitu aja, ada banyak menu kopi yang nggak umum ditemui di sana. Sebut saja Iced Saffron Latte. Siapa yang membayangkan rempah-rempah kayak Saffron yang tergolong mahal bisa dijadikan campuran untuk Cafe Latte?

Kalo yang mau bikin, cukup beli aja Saffron, terus rendem di air yang nggak terlalu banyak, terus campur SKM, terus campur fresh milk, terus campur es, terus campur espresso. Aku pernah bikin dan rasanya beneran nggak main-main. Bagi yang penasaran beli Saffronnya di mana, cek aja di… hiya… bagian ini bisa masukin brand kalau mau endorse. Hahahahaha.

Selain Iced Saffron Latte, masih banyak juga menu kopi yang dikombinasikan dengan rempah-rempah lainnya. Di Indonesia nggak umum, tetapi di Arab Saudi sudah sangat umum. Aneh juga ya, Indonesia kaya akan rempah, tapi malah varian kopi rempah nggak sebanyak di Arab Saudi. Gini aja deh, Arab Saudi jangan jadi kiblat kopi dunia dulu, tapi kiblat rempah dunia. Nah Indonesia aja yang jadi kiblat kopi dunia masa kini. Kayaknya lebih pas kalo gitu. Win-win solution kan?

Penulis: Riyanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Barista Jogja: Antara Seksi, Romantis, dan Upah Kelewat Rendah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version