Apa Jadinya Kalau Skincare Ditanggung BPJS?

wajah buluk, Apa Jadinya Kalau Skincare Ditanggung BPJS?

Apa Jadinya Kalau Skincare Ditanggung BPJS?

Kalian tentu sudah nggak asing lagi sama skincare kan? Sekarang kayaknya skincare jadi kebutuhan pokok yang layak disandingkan dengan sandang, pangan, papan, dan pasangan. Nggak boleh dilewatkan, mutlak dibutuhkan. Bahkan skincare yang awalnya terlihat identik dengan kaum hawa ini justru sekarang juga banyak diminati para laki-laki.

Sebenarnya skincare ini apa sih? Kenapa perlu banget? Jika pertanyaan tersebut masih ada di pikiran kalian, silahkan baca tulisan saya sampai habis. Tapi, jika Anda sudah tahu tentang dunia per-skincare-an tetep harus baca juga, karena saya ingin membahas sisi lain dari ­skincare yang jarang terpikirkan oleh kita.

Skincare bisa juga kita artikan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat kulit khususnya wajah, dengan menggunakan produk-produk yang memiliki fungsi tertentu. Nah produk-produk ini yang kemudian akrab disebut dengan skincare. Skincare pun amat bervariasi, mulai dari produk cleanser, toner, serum-serum, hingga masker.

Bagi sebagian orang pasti menganggap skincare adalah hal yang remeh dan nggak penting, buat apa nemplokin produk-produk sebanyak itu ke muka, toh mukanya cuma satu. Nah, justru karena muka kita cuma satu, harus kita rawat dan diperhatikan. Salah satu cara merawat muka ya dengan menggunakan skincare.

Tanpa kita sadari, tren skincare yang booming di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini tidak lepas dari mengikuti kebiasaan orang korea yang menerapkan 10 steps skincare routine. Sehingga banyak wanita-wanita di Indonesia yang mengadopsi langkah-langkah skincare ini. Siapa sih yang nggak mau kulit mukanya mulus bak artis korea?

Sebagai perempuan, tentu saya nggak bisa lepas dari skincare. Segala produk yang kiranya sesuai dengan masalah-masalah di kulit saya, tidak ragu untuk saya coba, asalkan ulasannya bagus. Masalah cocok atau nggak urusan belakangan, yang penting saya nyoba dulu. Alhasil menumpuklah produk-produk skincare saya, mulai dari yang cocok banget, nggak ada efek, sampai produk yang justru menambah masalah baru di kulit dan dompet saya.

Jika kalian berpikir skincare mahal pasti hasilnya bagus, kalian salah besar. Saya pernah membeli produk serum untuk mencerahkan seharga 500 ribu dengan ukuran hanya 20 mL. Harga yang cukup mahal bagi mahasiswa seperti saya. Apa yang terjadi saat saya pakai? Sayang sekali saya nggak berubah menjadi Nia Ramadhani. Produk tersebut justru membuat wajah saya bruntusan. Kulit glowing tak saya dapat, hanya menguras dompet saja.

Setelah kejadian tersebut apakah saya kapok untuk membeli skincare? Tentu saja tidak. Saya justru semakin penasaran untuk terus bereksplorasi mencari produk-produk yang cocok dengan kulit (dan juga dompet) saya. Mulai dari produk-produk yang dapat dibeli di minimarket depan rumah hingga produk-produk yang dijual di mall-mall saya coba.

Dalam perjalanan saya mencari skincare idaman, saya pun masuk ke salah satu aplikasi yang fokus pada diskusi dan ulasan produk kecantikan, baik itu makeup maupun skincare. Pada aplikasi tersebut pengguna bisa mengupload foto-foto skincare dan makeup koleksinya, foto tentang masalah kulitnya, bahkan banyak juga yang menggunakannya sebagai lapak jualan makeup dan skincare.

Sejak masuk ke aplikasi itu dan membaca curhatan para pengguna tentang pentingnya produk skincare untuk merawat kulit, saya tersadar bahwa skincare bisa menjadi kebutuhan yang utama bagi beberapa orang yang sejajar dengan sandang, pangan dan papan. Karena memang tidak dapat dimungkiri, saya dan kalian hidup di zaman di mana penampilan itu menjadi poin utama.

Coba lihat di berbagai info lowongan pekerjaan, pasti banyak yang menyebutkan “berpenampilan menarik” sebagai syarat. Bagi saya yang memiliki wajah pas-pasan dan berjerawat ini tentu akan merasa insecure, apakah saya masuk dalam kategori penampilan yang menarik? Maka hal itu menjadi lumrah apabila orang berlomba-lomba menggunakan skincare dan makeup untuk mencapai kriteria “penampilan menarik”.

Pasti kalian setuju bahwa mahalnya harga skincare terkadang menjadi momok dalam perjalanan mencari skincare, bahkan anggaran untuk per-skincare-an pun dapat mengalahkan pos anggaran yang lain. Hal yang sering membuat pusing bagi kita, terutama saya yang belum memiliki penghasilan tetap dan hanya bergantung pada uang saku dari ayah bunda. Skincare pun bukan hanya membuat wajah tampak glowing dan sehat tapi juga membuat kita miskin dan kere. Wajah glowing tapi dompet kering huhu 🙁

Indonesia termasuk dalam daftar pasar terbesar produk skincare dunia. Artinya penduduk Indonesia banyak yang menggunakan skincare. Dengan begitu banyaknya peminat skincare dan harga skincare yang tidak murah, kenapa pemerintah tidak berinisiatif memasukkan skincare ke dalam daftar pelayanan yang ditanggung BPJS?

Pasti banyak dari kalian yang setuju dengan saya bahwa ABPS (Anggaran Belanja Produk Skincare) pasti memiliki porsi yang cukup besar dan tidak main-main, apalagi seperti yang saya sebutkan tadi bahwa ada serum ukuran 20mL seharga 500 ribu. Itu hanya serum, bagaimana dengan produk-produk lain yang harganya juga terbilang tidak murah?

Dengan memasukkan skincare ke dalam pelayanan BPJS, tentu akan meringankan beban para kaum hawa yang tiap akhir bulan selalu was-was jika skincarenya mau habis. Hal tersebut juga dapat memperkecil APBS bulanan kita, dan dapat mengalihkan anggaran untuk kebutuhan lain yang lebih penting, seperti cicilan tas branded misalnya.

Mungkin hal ini bisa menjadi salah satu alternatif mengatasi defisitnya dana BPJS. Masyarakat yang awalnya tidak tertarik mendaftar BPJS, jadi semangat untuk mendaftar dan membayar iuran bulanan serta mendapatkan manfaat sesuai dengan kelas demi mendapatkan skincare yang sesuai dengan masalah kulitnya, tanpa pusing-pusing memikirkan bagaimana jika skincare habis sebelum tanggal gajian.

Hal lain yang dapat membuat lega apabila skincare ditanggung BPJS adalah, kita tidak perlu lagi pusing memikirkan ongkos kirim domestik yang kian hari kian mahal dan untuk skincare yang berasal dari luar negeri, kita tidak perlu dibuat kejang saat akan membayar bea cukai yang naik.

Apabila kelak (entah kapan) skincare masuk ditanggung BPJS, dan semua orang wajib ikut serta, tentu saya akan sangat bersyukur dan gembira, karena dapat melihat masyarakat Indonesia memiliki kulit glowing nan percaya diri tanpa rasa insecure hehe. Namun untuk saat ini, cukuplah memakai skincare seadanya, sambil mengandai-andai dulu.

BACA JUGA Sebaik-baik Perawatan Wajah Adalah Cukup Cuci Muka atau tulisan Sri Pramiraswari Hayuning Ishtara lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version