Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Serial

Angkringan the Series: Serial yang Sering Dibilang Mirip Midnight Diner, padahal Nggak

Butet RSM oleh Butet RSM
3 September 2021
A A
angkringan the series mojok

angkringan the series mojok

Share on FacebookShare on Twitter

“Sing wis lungo lalekno, sing durung teko entenono, sing wis ono syukurono.” 

Pitutur dalam bahasa Jawa yang diucapkan oleh Dedi (Dwi Sasono) pada Tono (Teuku Rifnu Wikana) di Angkringan the Series menjadi bagian dari dialog yang paling nyanthel dalam pikiran saya. Pada episode kedua (Campur Aduk STMJ) ini ekspektasi saya soal obrolan santai dan cair khas angkringan sungguhan lumayan terpenuhi. Saya rasa adegan ngobrol di episode tersebut terlihat cair dan luwes berkat masuknya dialog-dialog dengan logat medok khas Jawa.

Selebihnya, saya memandang serial produksi Lifelike Pictures yang secara eksklusif tayang di Mola TV ini sebagai serial slice of life yang punya visi idealis. Serial ini secara gamblang menunjukkan kisah-kisah minor yang ada di sekitar kita. Sayangnya, di beberapa episode suasana hangat yang dibangun lewat pencahayaan dan tampilan bijaksana Dedi, sang tokoh utama, terasa sia-sia karena cerita yang disajikan terasa berkejaran dengan durasi. Jadinya ya hangat, tapi kesusu, gitu.

Dalam serial tersebut dikisahkan bahwa Dedi adalah pria pengangguran yang ditinggalkan oleh istri yang tak tahan dengan kondisi serba kurang. Dedi hidup dalam penyesalan selama dua belas tahun sejak istrinya minggat. Ia digambarkan berubah menjadi sosok yang sangat bijaksana. Konflik yang pecah sebelum istrinya pergi menjadi adegan yang sering diulang sebagai lesatan ingatan di kepala Dedi, saat ia merasa relate dengan curhatan pelanggan angkringan atau peristiwa yang terjadi di angkringan.

Angkringan the Series memiliki enam episode, berdurasi antara 18 hingga 25 menit. Sangat singkat dan cocok sebagai serial yang penghangat hati. Namun, saking singkatnya, untuk episode pertama dengan pesan penting soal KDRT malah jadi blas ra mashok. Ibu Ratih (Dayu Wijanto) yang suaminya baru saja meninggal mampir untuk jajan kopi panas pertama kali sejak suaminya meninggal. Penonton seperti dipaksa untuk terkejut melihat perubahan ekspresi Ibu Ratih dari suasana berduka, loncat ke ekspresi marah, lalu dengan cepat loncat lagi ke ekspresi bahagia. Mekso banget, pikir saya.

Meski tidak suka dengan sajian pada episode pertama, saya tetap meneruskan menonton hingga episode keenam. Bukan karena ngefans dengan Dwi Sasono yang buat saya imejnya kadung melekat sebagai aktor komedi, namun karena saya ingin melihat seberapa mirip Angkringan the Series dengan Midnight Diner yang tayang di Netflix. Rasa penasaran untuk membandingkan keduanya ini tak lepas hasil kekepoan saya saat pertama kali melihat trailer Angkringan the Series di channel YouTube milik Lifelike Pictures.

Dalam kolom komentar di trailernya, saya perhatikan setiap komentar yang menanyakan tentang kemiripan antara Angkringan dengan Midnight Diner selalu di-skip. Tidak dibalas. Padahal komentar yang lain dibalas dengan ramah. Entah maksudnya untuk menghindari tubir atau memang sengaja memberi kesan misterius supaya Angkringan ditonton oleh para penggemar Midnight Diner, persis seperti yang saya lakukan.

Tak bisa ditampik bahwa Angkringan the Series seolah mengusung konsep yang sama dengan Midnight Diner. Keduanya jelas punya kesamaan berupa tokoh utama yang berkarakter kuat. Ditambah lagi kesamaan dalam hal romantisme hidangan, pesan moral, hingga detail tampilan seperti warna yang hangat hingga detail suara saat wajan bertemu dengan spatula dan saat air panas dituangkan dari ceret ke gelas. Namun, ternyata kesamaannya ya hanya sebatas itu, tidak lebih.

Baca Juga:

3 Hal yang Membuat Saya sebagai Penonton Kagum dengan Produksi Drama Korea Selatan selain Pemeran dan Alur Ceritanya

Serial Beef: Marah-marah Struktural yang Sureal

Dari enam episode, ada dua episode yang membuat saya harus meraih tisu untuk menghapus air mata. Adegan saat Budi (Morgan Oey) dipanggil dengan sebutan Bunda oleh Alya (Alleyra Fakhira) dan adegan saat Dedi bicara pada David bahwa setiap orang sebrengsek apa pun masa lalunya, berhak punya kesempatan kedua. Dua episode tersebut membuat saya berpikir bahwa memang sebaiknya tak membandingkan Midnight Diner dengan Angkringan the Series, keduanya punya keunggulan masing-masing.

Sayangnya, dalam Angkringan the Series, ada hal yang bikin saya berkernyit. Perkakas yang dipakai Dedi, nggak cocok dengan narasi bahwa Angkringan Arum Dalu sudah berdiri selama 12 tahun. Meski sepele, soal kekinclongan perkakas ini susah dilupakan, karena terlihat jelas di episode terakhir. Nasi goreng untuk David (Zack Lee) dibuat dengan spatula dan wajan silver yang kinclong.

Kekinclongan wajan, membuat saya memaklumi kalau dalam serial ini, perkara kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja, perkara hidup sebagai transpuan, dan perkara kekerasan dalam rumah tangga ditampilkan dengan seadanya. Andai serial ini diperpanjang, dimantapkan lagi naskahnya, dan kisah-kisah minor ditampilkan lagi dalam beberapa episode singkat mungkin apa yang ingin disampaikan sebagai pesan moral bisa lebih mengena bagi penonton. Yang jelas, serial ini jauh lebih baik dari sinetron Ikatan Cinta kesukaan ibu saya. Fix, no debat.

Sumber gambar: YouTube Lifelike Pictures

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 September 2021 oleh

Tags: angkringan the seriesMidnight Dinermolaserial
Butet RSM

Butet RSM

Butet RSM, ibu rumah tangga beranak tiga yang suka bercengkrama di medsos.

ArtikelTerkait

Andaikan Pemeran ‘How I Met Your Mother’ Hidup di Jakarta

7 Juni 2021
coki pardede breaking bad crystal meth mojok

Mari Bersepakat bahwa Breaking Bad Adalah Sebaik-baiknya Serial Televisi

24 November 2020
Panduan Menonton 'WandaVision' bagi Pemula terminal mojok.co

Panduan Menonton ‘WandaVision’ bagi Pemula

10 April 2021
The Last of Us: Beginilah Seharusnya Adaptasi Game Dibuat!

The Last of Us: Beginilah Seharusnya Adaptasi Game Dibuat!

21 Januari 2023
Sumber Gambar YouTube Cobra Kai

Cobra Kai, Serial Menarik Tanpa Jualan Nostalgia

11 September 2021
5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner terminal mojok.co

5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner

10 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.