Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Alun-Alun Bogor Perlu Perhatian Lebih agar Nggak Kumuh

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
22 Agustus 2024
A A
Alun-Alun Bogor Perlu Perhatian agar Nggak Kumuh

Alun-Alun Bogor Perlu Perhatian agar Nggak Kumuh (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pada 17 Desember 2021 lalu, Kota Bogor resmi punya alun-alun. Lokasinya persis bersebelahan dengan Stasiun Bogor. Sebagai warga Bogor, tentu saya menyambut niat baik Pemerintah Kota Bogor. Artinya, ruang terbuka hijau bertambah. Tempat yang dulunya dikenal sebagai Taman Topi, termasuk adanya Taman Ade Irma Suryani di dalamnya, akhirnya punya tampilan baru yang lebih segar.

Saat Alun-Alun Bogor jadi dan diresmikan, dalam bayangan saya, tempat ini pasti bakal ramai pengunjung. Bahkan tak akan pernah sepi. Apalagi letaknya cukup strategis dan bisa diakses dengan mudah.

Bayangkan saja, lokasinya dekat sekali dengan Stasiun Bogor. Pengunjung dari arah Cilebut, Bojonggede, Citayam, Depok, dan seterusnya, bisa dengan mudah datang ke Alun-Alun Bogor. Terminal pun tidak jauh dari sana. Transportasi pribadi dan umum bisa datang dari jalur mana pun.

Bayangan tersebut sampai dengan sekarang nyata terjadi. Alun-Alun Bogor selalu ramai di hari kerja biasa, apalagi akhir pekan. Lantaran nyaris tiap hari saya ke kantor naik KRL dan melewati alun-alun, saya melihat pemandangan pengunjung alun-alun yang melakukan berbagai aktivitas di sana. Ada yang duduk santai melihat-lihat sekitar, menikmati camilan, atau sekadar berfoto.

Tapi masalahnya, di balik ramainya pengunjung Alun-Alun Kota Bogor, ada efek laten yang—entah sudah diperhitungkan Pemkot atau belum—cukup menyebalkan.

Angkot yang ngetem sembarangan semakin banyak dan nggak teratur di sekitaran Alun-Alun Bogor

Bagi saya hal ini cukup ngawur. Angkot yang ngetem di sekitaran alun-alun begitu banyak sampai-sampai kayak terminal di tengah jalan. Di sekitar Stasiun Bogor, Jalan Paledang, kawasan Mayor Oking, dan Jalan Dewi Sartika yang semua lokasinya berdekatan dengan Pasar Bogor saja sudah sering dilanda macet, dan macetnya pun ruwet. Lha ini malah nambah titik kemacetan baru.

Sampai sekarang, angkot masih kerap ngetem di sana. Saya dan warga Bogor lainnya yang lalu-lalang di kawasan ini masih belum tahu, apakah persoalan ini bakal dibenahi atau dibiarkan begitu saja.

Sampah berserakan dan dibiarkan begitu saja

Mayoritas yang datang ke Alun-Alun Kota Bogor, terlepas apakah dia warga asli atau pendatang, sepertinya malas buang sampah pada tempatnya. Mereka malas menjaga kebersihan. Dan juga malas merawat fasilitas yang ada di alun-alun.

Baca Juga:

5 Alasan Orang Kabupaten Bogor Malas Bepergian ke Ibu Kotanya, Cibinong, dan Lebih Memilih ke Kota Bogor

Bogor, Kota yang Nanggung karena Sulit Dijangkau Transportasi Umum, Harus Mampir Jakarta Dulu!

Serius, deh, sampah pengunjung yang berserakan membuat alun-alun jadi kumuh. Kebanyakan adalah sampah plastik dari jajanan yang dibeli pengunjung.

Saya pikir, perlu ada aturan sekaligus pengawasan yang tegas soal ini. Sebab, tempat sampah yang tersedia dianggap hanya pemanis dan nggak berfungsi dengan baik. Atau memang watak pengunjungnya saja yang malas jaga kebersihan. Entahlah. Tapi saya cukup yakin hal tersebut saling berhubungan. Makanya perlu dibuat peraturan sekaligus pengawasan yang ketat. Itu pun kalau pengin Alun-Alun Bogor tetap bersih dan asri.

Selain itu, bau pesing yang cukup menyengat di sekitar alun-alun juga mengganggu. Ini pihak pemkot nggak ada rencana menyediakan, memperbanyak, atau membangun toilet umum yang lebih layak kah? Setidaknya ada tempat penampungan yang bisa digunakan. Ini perlu menjadi perhatian pemerintah setempat.

Relokasi pedagang kaki lima agar lebih tertib

Ini bukan soal nggak peduli nasib pedagang. Tapi, saya pikir, peresmian Alun-Alun Kota Bogor seharusnya dibarengi dengan adanya area khusus (kalau bisa sih ditambah atau dibikin makin luas) bagi UMKM. Tujuannya biar pedagang punya tempat khusus dan nggak mengorbankan area sekitar. Sehingga area sekitar nggak jadi tambah kumuh, kotor, dan sebangsanya.

Jika ada penambahan area khusus untuk para pedagang atau UMKM, idealnya, segala sampah, limbah bekas makanan, setidaknya lebih mudah dikoordinir. Sebab, menurut saya, penertiban yang sewaktu-waktu dilakukan itu nggak efektif. Ujung-ujungnya mesti ada pedagang yang nakal dan balik lagi. Pedagang lain, tinggal ngikut. Hasilnya sudah bisa ditebak: ramai lagi, macet lagi, kumuh lagi.

Mau sampai kapan begini terus?

Saya cukup yakin, Alun-Alun Bogor dibuat dengan niatan baik. Soal penambahan ruang terbuka hijau, tempat bermain, spot berkumpul berbagi keriangan, dan masih banyak lagi. Yang saya amati, kekurangan tempat ini hanya satu, yakni kurangnya perhatian lebih untuk menjaga alun-alun agar tetap bersih, nyaman, dan sesuai dengan niat baik di awal pembuatannya.

Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Angkringan di Bogor: Berusaha Meniru Jogja, tapi Gagal Total, Tidak Ada Kehangatan!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Agustus 2024 oleh

Tags: alun-alunAlun-Alun Kota Bogorbogor
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Batas Usia Kerja Bunuh Masa Depan Pencari Kerja Usia 30 Tahun! (Unsplash)

Batas Usia Kerja Nyata Menyiksa Pencari Kerja dengan Usia di Atas 30 Tahun Seperti yang Saya Rasakan

19 Agustus 2024
Suryakencana Overrated, Ini 4 Destinasi Kuliner Lain yang Bisa Kamu Datangi di Bogor

Suryakencana Overrated, Ini 4 Destinasi Kuliner Lain yang Bisa Kamu Datangi di Bogor

15 April 2025
Jalan Sholeh Iskandar Bogor Dianaktirikan Pemkot, Kondisinya Parah

5 Aturan Tidak Tertulis Saat Mengendarai Motor di Bogor, Patuhi ketimbang Jadi Gila dan Tak Selamat di Jalan!

27 Juli 2025
Alun-Alun Pekalongan: Tempat Terbaik untuk Belanja Baju Lebaran, tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

Alun-Alun Pekalongan: Tempat Terbaik untuk Belanja Baju Lebaran, tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

3 April 2024
Nasi Goreng Liem : Tempat Tergila untuk Menikmati Nasi Goreng

Nasi Goreng Liem: Tempat Tergila untuk Menikmati Nasi Goreng

7 Oktober 2022
Orang Lemah Nggak Cocok Hidup di Bogor (Unsplash)

4 Jenis Orang yang Nggak Bakal Cocok Hidup dan Menetap di Bogor, Khususnya Orang Lemah Mental Apalagi Fisik

20 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.