Memang ada wacana untuk memindahkan depo ini ke Stasiun Malang Kotalama. Jika terlaksana, stasiun ini bakal mempunyai sembilan jalur eksisting, atau enam sampai tujuh jalur aktif. Namun, jika ditata ulang dengan menambahkan peron baru agar kedua sisi rel kebagian peron dan melebarkan peron lama agar muat banyak penumpang. Jika rel dan peron dirombak total, pelayanannya pasti akan efektif seperti Stasiun Surabaya Gubeng.
Tetap ada rasa syukur untuk Stasiun Malang
Terlepas dari itu, saya bersyukur dengan adanya pintu timur di Stasiun Malang. Dari segi kenyamanan, kawasan ini sudah punya itu. Penataan parkir sangat teratur meski kena tarif dengan durasi tertentu.
Kawasan komersial sangat memanjakan penumpang yang ingin membeli bekal atau makan di tempat. Tersedia juga face recognition yang memudahkan proses check ini. Tidak perlu buka KAI Access dan KTP lagi, apalagi cetak tiket.
Ke depannya, ada harapan bagi PT KAI dan Pemkot Malang untuk memaksimalkan pelayanan keberangkatan dan kedatangan kereta api sesuai kelasnya. Tujuannya supaya tidak menumpuk dan ruwet, mengingat okupansinya sangat tinggi di stasiun dengan klasifikasi Stasiun Besar Tipe A ini.
Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Stasiun Gubeng, Stasiun Terbesar yang Mencerminkan Karakter Orang Surabaya