Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Alasan Saya Dulu Memilih Kuliah S1 di UIN Walisongo Semarang, Kampus yang Kerap Dianggap Medioker

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
23 September 2025
A A
Sulit Rasanya Membayangkan Semarang Tanpa UIN Walisongo (Unsplash)

Sulit Rasanya Membayangkan Semarang Tanpa UIN Walisongo (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Memilih kuliah di mana dan mengambil jurusan apa, adalah dua pertanyaan dasar ketika lulus dari bangku SMA. Sebab, hal itulah yang sedikit banyak akan berpengaruh pada karir seseorang di masa depan. Saya sendiri, ketika S1 memilih UIN Walisongo untuk berkuliah. Sebuah kampus yang cukup dikenal, meski bukan menjadi kampus pilihan utama bagi sebagian besar orang, khususnya di regional Jawa Tengah.

Kenapa begitu? Sebab, eksistensinya masih berada dalam bayang-banyang kampus negeri lain seperti Undip, Unnes, bahkan Unsoed yang ada di Purwokerto.

Saat ini, kalau diperhatikan, UIN Walisongo memang terlihat makin berkembang, setidaknya dari sisi gedung perkuliahannya yang makin modern. Yah gimana nggak makin modern, UKT-nya makin mahal. Tapi sayangnya, kualitasnya masih dianggap kalah dengan kampus lain yang ada di Jawa Tengah, bahkan di Semarang sekalipun. Entah itu kualitas pengajarannya, fasilitas akademiknya, atau hal lain yang sifatnya non akademik.

Meski begitu, saya punya beberapa alasan mengapa dulu saya memilih kampus yang satu ini.

Tentu saja, karena ditolak Undip

Alasan pertama saya memilih UIN Walisongo adalah karena saya ditolak Undip 2 kali, yaitu ketika mendaftar melalui jalur SNMPTN (jalur masuk melalui nilai) dan SBMPTN (melalui tes tertulis). Entah memang apes atau sayanya nggak oon, tapi hasil itu membuat saya agak stres dan khawatir apabila saya harus menunda kuliah saya.

Pasalnya saya selalu berprinsip bahwa sebagus-bagusnya kampus swasta, masih lebih baik kampus negeri. Jadi saya tak punya alternatif untuk mengalihkan pilihan saya di kampus swasta.

Saat itu, UIN Walisongo pun bukan jadi pilihan utama karena branding lulusannya yang kebanyakan jadi hakim, guru, atau tenaga profesional di bidang agama (ustadz). Sampai akhirnya salah satu kawan saya pun menawarkan kampus ini. Saya kemudian melakukan profiling dan akhirnya memilih kampus yang jasnya hijau terang kek pak rompi polisi itu.

Kampus negeri yang dekat dengan rumah

Ini keputusan yang sangat subjektif, tapi perlu saya akui kalau alasan kuat memilih UIN Walisongo ya karena jaraknya yang dekat dari rumah. Kuliah di kampus negeri yang dekat dengan rumah itu menurut saya salah satu privilese, sebab saya bisa pulang kapan pun ketika sedang pening dan ingin menenangkan diri. Persoalan ongkos pun seperti pengeluaran bensin pun bisa diminimalisir karena jaraknya yang dekat.

Baca Juga:

3 Alasan Maba Jangan Memasang Ekspektasi Ketinggian ke UIN Palembang, Takutnya Nanti Kecewa

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

Kalau ada urusan mendadak pun, nggak perlu khawatir jarak yang terlalu jauh. Karena bisa langsung pulang.

Setidaknya, jarak kampus ke rumah sekitar 30an KM, lebih dekat dari pada saya memaksa kuliah di Undip atau Unnes yang jaraknya bisa dua kali lipat karena berada di daerah Semarang bagian atas.

Ada jurusan yang diinginkan

Statusnya yang kampus negeri, kemudian dekat dengan rumah, ditambah dengan ada jurusan yang saya incar menjadi alasan yang memilih kampus UIN Walisongo Semarang. Setidaknya, pada saat itu, jurusan yang saya inginkan ini masih baru, sehingga nggak semua kampus membuka jurusan ini. Kalaupun ada, akreditasinya masih nggak jelas.

Misalnya Undip, pada saat itu, jurusan yang saya inginkan ada tapi akreditasinya belum ada. Sementara di UIN Akreditasinya sudah B. Sehingga secara kualitas akademik (pada saat itu), UIN memberikan kepastian.

Plot twist-nya, saya tidak kuliah di jurusan tersebut, malah diterima di jurusan lain. Tapi ya nggak apa-apa sih, soalnya masih satu rumpun dan akreditasinya setelah lulus sudah menjanjikan.

Budaya UIN Walisongo yang nggak hedon

Setidaknya sejak pertama kali masuk kuliah hingga lulus, saya mendapati bahwa UIN Walisongo punya budaya egaliter, kesederhanaan, dan santri yang kental. Hal itu memang sebelumnya saya dengar dari saudara dan teman yang berkuliah di sana terlebih dahulu. Dan semua itu bukan informasi yang dibuat-buat, melainkan memang seperti itulah yang saya rasakan.

Hampir tidak ada mahasiswa yang naik mobil ke kampus, mahasiswinya banyak yang menggunakan rok seperti gambaran di pondok. Nongkrongnya di angkringan murahan dan nggak di kafe. Masuk ke Mcd Atau KFC pake sendal jepit atau sarung adalah biasa.

Gak ada yang merasa paling kaya, paling pintar, atau paling punya kuasa. Jadi semua terkesan egaliter. Paling kalau ada yang merasa lebih dari yang lain, ya hanya segelintir orang. Biasanya merasa paling aktivis atau organisator. Tapi semua itu dibarengi dengan solidaritas ke sesama. Karena pada akhirnya ketika dalam situasi sulit, mereka tetap mau membantu, sekadar ngajak makan bersama dalam satu nampan.

Tapi belakangan, budaya seperti itu kayaknya udah mulai luntur. Sebab kalau diperhatikan, saat ini, sudah banyak kafe, resto, dan segala tempat nongkrong elit yang memenuhi area sekitar kampus. Ya setidaknya hal itu bisa sedikit memberi kesimpulan bahwa hedonisme di UIN mulai menguat.

Biaya hidup di area UIN Walisongo yang terjangkau

Pada saat itu, biaya hidup di area Ngaliyan terbilang terjangkau. Soal makan, menu nasi pecel, gorengan, dan es teh bisa diperoleh hanya dengan biaya Rp5000. Atau makan kayak soto yang di harga Rp7-10 ribu tergantung porsinya. Angkringan murah dan enak pun masih banyak, sehingga memberikan banyak alternatif makanan murah saat malah memasak.

Selain itu, fasilitas laundry 3k/kg pada saat itu masih ada. Jadi kalau nggak sempet nyuci, opsi laundry pun bisa jadi pilihan tanpa khawatir boncos. Dan biaya kebutuhan pendukung lain yang juga terjangkau sehingga membuat seorang mahasiswa sedikit lebih tenang.

Itulah beberapa alasan saya mengapa memilih kampus satu ini. Tentu semua alasan di atas berdasarkan preferensi saya 5 sampai 10 tahun yang lalu. Saat ini, mungkin semua alasan tersebut sudah nggak terlalu relevan. Sebab, UIN Walisongo boleh jadi bukan kampus yang dulu saya kenal. Banyak yang berubah, banyak yang berganti, dan semuanya tidak selalu mengarah pada kemajuan, ada yang justru menjadi kemunduran.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA UIN Walisongo Semarang: Universitas Terbaik di Jawa Tengah Dilihat dari Letak dan Cabang Kampusnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 September 2025 oleh

Tags: alamat UIN Walisongo Semarangbudaya kampus UINSemarangUINUIN Walisongo Semarang
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

5 Kuliner Semarang yang Sebaiknya Jangan Dibawa Pulang, Lebih Nikmat Disantap di Tempat (Mojok.co)

5 Kuliner Semarang yang Sebaiknya Jangan Dibawa Pulang, Lebih Nikmat Disantap di Tempat

4 Desember 2024
Kepala Manyung Bu Fat, Kuliner Pedas Semarang yang Wajib Dicoba

Maaf-maaf Saja, bagi Saya, Semarang Lebih Superior ketimbang Jogja dan Bandung

24 Juni 2023
Tanjakan Trangkil, Tanjakan Paling Menyeramkan Se-Semarang apalagi kalau Dilewati Malam Hari Mojok.co

Tanjakan Trangkil, Tanjakan Paling Menyeramkan Se-Semarang, apalagi kalau Dilewati Malam Hari

19 Juli 2024

4 Camilan Semarang selain Lumpia yang Jarang Dilirik Wisatawan, Sekali Coba Bisa Ketagihan

28 Juli 2025
4 Aturan Tidak Tertulis supaya Nyaman Tinggal di Semarang

Semarang Jarang Masuk Daftar Kota yang Romantis, padahal Punya Banyak Modal untuk Jadi Kota (Paling) Romantis

1 Februari 2025
4 Anggapan Keliru Terkait UIN Khas Jember yang Bikin Ngelus Dada uin jember

Keunikan UIN Jember: Papan Nama Kampus yang Jadi Tempat Pentas, Spot Mancing yang Ikannya Manja, dan Kafe yang Lebih Estetik ketimbang Kampusnya

5 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.