Air Terjun Sedudo Nganjuk, Air Terjun Tertinggi Se-Jawa Timur yang Kurang Diperhatikan

Air Terjun Sedudo Nganjuk, Air Terjun Tertinggi Se-Jawa Timur yang Kurang Diperhatikan

Air Terjun Sedudo Nganjuk, Air Terjun Tertinggi Se-Jawa Timur yang Kurang Diperhatikan (unsplash.com)

Bisa dibilang saya sangat minim wawasan soal daerah saya, Nganjuk. Bahkan jika ditanya soal wisata di Nganjuk, pasti saya akan mengatakan hal ini berulang, yakni wisata Air Terjun Sedudo dan Goa Margo Tresna (GMT). Dua tempat wisata yang saya ingat dan pernah saya kunjungi. Bahkan, saat ini saya sudah lupa tentang suasana GMT, sebab saya mengunjunginya waktu masih SD dulu.

Saya malah baru tahu rupa dan suasana wisata Air Terjun Sedudo Nganjuk sewaktu memasuki masa kuliah. Itu pun saya datang ke sana karena tugas. Namun saya turut maklum juga sebab lokasi dari wisata tersebut terbilang jauh dari tempat tinggal saya.

Mengingat pengalaman saya ke Sedudo, rasanya agak kecewa mengunjungi tempat wisata tersebut. Kekecewaan saya bukan tanpa alasan.

Akses wisata Air Terjun Sedudo Nganjuk kurang ramah

Sedudo yang mendapatkan julukan sebagai air terjun tertinggi di Jawa Timur ternyata memiliki tanjakan yang curam Pengalaman pertama saya menuju tempat wisata tersebut dipenuhi dengan zikir sepanjang jalan.

Bukan tanpa sebab, pemandangan jalanan yang curam membuat saya merasa waswas dan takut tak bisa pulang ke rumah dengan selamat. Jalannya sebenarnya sudah mulus, tapi tak semua kendaraan bermotor kuat menanjak di sini. Waktu itu saya dibonceng oleh seorang teman dan untungnya kami bisa naik sampai atas. Tapi saya juga melihat beberapa wisatawan yang motornya mogok di tengah jalan.

Saya kira nasib baik akan terus berlanjut. Nahas, setelah dari Air Terjun Sedudo dan sampai di rumah, motor teman saya langsung turun mesin. Teman saya juga bilang kalau dia nggak pindo maneh (nggak mau naik lagi) karena trauma motornya rusak.

Promosi wisata yang masih kurang

Sebelum memutuskan untuk mengunjungi Air Terjun Sedudo, saya sempat browsing mengenai wisata tersebut. Ternyata hasilnya anyep. Lagi-lagi saya hanya disuguhi informasi yang gitu-gitu saja. Mosok informasinya hanya tentang fakta air terjun tertinggi, siraman Sedudo, lokasi wisata, dan tarifnya saja. Saya merasa informasi yang disuguhkan gitu-gitu saja, jadi wajar kalau pengunjungnya juga segitu-gitu saja alias sedikit.

Saya kira, ini waktunya para pengelola wisata melek melakukan promosi. Jangan hanya mengandalkan acara tahunan, bisa-bisa nanti wisatawan juga kabur-kaburan. Sayang sekali kalau kekayaan alam Nganjuk yang satu ini nggak dimanfaatkan dengan baik.

Selanjutnya dalam penelusuran yang saya lakukan, media sosial tempat wisata ini juga isinya gitu-gitu saja. Kalau nggak menyoroti air terjunnya, ya menyoroti ritual-ritualnya. Kalau seperti ini terus wajar jika wisatawan semakin enggan berkunjung ke sini.

Tampilan tempat wisata yang membosankan

Kekecewaan saya berlanjut ketika melihat banyak sampah di sekitar jalanan tebing semak-semak. Memang terbilang cukup banyak pedagang makanan di Air Terjun Sedudo Nganjuk ini, tapi untuk kepedulian terhadap sampah tolonglah lebih diperhatikan lagi. Agaknya itu bikin saya sedikit bersedih, sebab ikon Nganjuk yang biasa saja ini seharusnya nggak cukup memalukan jika disuguhkan kepada wisatawan di sekitar Nganjuk,jikalau bersih.

Kekecewaan ini juga muncul akibat sejumlah video yang berseliweran di FYP saya. Video-video tersebut hanya memperlihatkan pemandangan Sedudo bagian bersih. Tapi memang begitulah cara media sosial bekerja. Ditampilkan yang baiknya saja biar menarik.

Tolonglah untuk pengelola tempat wisata agar menambah jumlah tempat sampai di Air Terjun Sedudo Nganjuk. Dan bagi wisatawan yang datang, mbok sing sadar diri untuk nggak membuang sampah sembarangan!

Lebih lanjut, yang bikin saya kecewa adalah karena nggak ada variasi hiburan di sini selain pemandangan air terjun dan para pedagang makanan. Dulu waktu saya masih kecil, kata mas saya dia pernah berenang di Sedudo. Tapi ketika saya berkunjung, peraturan itu berubah. Mungkin larangan berenang atau mandi di bawah air terjun mempertimbangkan faktor keselamatan juga, ya. Makanya saya bingung mau ngapain kalau berkunjung ke sana selain melihat air terjun.

Saya berharap Pemkab Nganjuk bisa lebih peka dengan keadaan ini agar Air Terjun Sedudo nggak selalu dikaitkan hal-hal berbau mistis saja. Misalnya sesekali mengadakan gelar karya di sana, bikin Sedudo Fashion Week atau apalah gitu yang menarik.

Meski kecewa, saya juga masih berani berharap dengan aset Kabupaten Nganjuk ini. Semoga kehadirannya bisa mendukung wilayah Nganjuk jadi lebih baik lagi.

Penulis: Desy Fitriana
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pengalaman Saya Tinggal di Pace, Kecamatan Paling Sunyi dan Mencekam di Nganjuk.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version