Mana yang lebih sakti, Djoko Tjandra atau Jokowi?
Jagat persilatan negara Indonesia belakangan terguncang dengan kembalinya seorang pendekar sakti yang selama ini hilang dari peredaran. Ia bukan Joko Tarub yang terkenal mengambil selendang seorang bidadari.
Pendekar sakti satu ini bernama Djoko “Joker” Tjandra. Ia adalah buronan kasus korupsi yang divonis bersalah dan dijatuhi hukuman 2 tahun penjara oleh Mahkamah Agung sejak 2009. Ia mengambil uang negara untuk memperkaya dirinya. Selendang bidadari mah nggak level, maap.
Seakan kebakaran kumis (karena tidak berjenggot), Jaksa Agung Burhanuddin ST merasa sakit hati level dewa saat mendengar kabar berkeliarannya Djoko Tjandra di Indonesia selama 3 bulan ini.
“Bisa-bisanya, 10 tahun tak bertemu, datang-datang kok nggak ngasih kabar,” mungkin demikian yang dalam benak Pak Jaksa. Bandingkan dengan kamu yang ditinggal pacar 10 tahun trus waktu dia balik, dia nggak ngabari. Sakit hati ga? Apalagi kalau udah gitu trus kita diberi gelar penjaga jodoh orang. Jleb!
Jika selama ini orang-orang hanya mendengar kesaktian Djoko Tjandra berdasarkan kata orang, sekarang kita menjadi saksi betapa sakti mandragunanya sang pendekar. Mau tau saktinya Djoko Tjandra? Baca saja secuplik pernyataan pengacara blio:
“Pak Djoko Tjandra masuk Indonesia tanggal 8 Juni tidak ada pencegahan. Sedangkan untuk bisa ke Pengadilan Negeri ini kan, baris depannya pemerintah banyak banget. Ada dari Imigrasi, ada kepolisian, itu semua dilewati sebelum sampai sini.” Kerasa nggak saktinya?
Imigrasi yang biasanya getol mencekal hape black market terlihat lunglai tak berdaya. Kepolisian yang sangat cepat mengejar orang nggak pakai helm di jalan raya kok bisa-bisanya diem-diem bae?
Djoko Tjandra bisa mendaftar Peninjauan Kembali di Pengadilan tanpa halangan sama sekali. Kok bisa? Ya bisalah, sakti og.
Itu baru satu contoh.
Contoh kesaktian Djoko Tjandra selanjutnya terlihat saat pendekar kelahiran 1950 itu merekam e-KTPnya (ternyata ia warga negara yang baik). Proses perekaman yang biasanya memakan waktu cukup lama (apalagi kalau lagi kehabisan blangko), bisa diselesaikannya dalam waktu 1 jam saja. Gimana? Sakti bukan?
Saya yakin Djoko pasti tidak pernah merasakan saat harus menyelesaikan urusan administrasi memakai suket (surat keterangan, bukan rumput) yang terlipat-lipat kusam hampir robek, gara-gara e-KTPnya belum jadi.
Belum lagi kalau menghitung kelihaian Djoko Tjandra menghilang dari radar interpol selama 10 tahun ini. Menurut kabar burung, ia bisa melenggang bebas antarnegara, Papua Nugini, Malaysia, Singapura, dan tempat lainnya. Mungkinkah Djoko sudah menguasai Shunshin no jutsu ala Shishui Uchiha?
Kembalinya Djoko Tjandra memang membuat banyak orang keder sekaligus geregetan. Namun rakyat Indonesia tidak perlu takut. Di padepokan Istana, kita punya jagoan bernama Joko juga, lengkapnya Joko Widodo. Ia sudah mendapat amanah untuk menjaga negeri ini sejak 2014.
Kesaktiannya tidak usah dipertanyakan. Mulai dari ilmu sakti, jurus sakti, sampai kartu sakti semua dimiliki blio. Tak heran, ia dijuluki “Panglima Tertinggi” di Indonesia.
Tentunya sebagai panglima tertinggi, ia menjadikan hukum sebagai penjaga marwah bangsa. Wong blio memiliki seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk menangkap pendekar nakal dan bengal pengganggu negara ini. Ia juga pastinya memegang kendali atas setiap punggawa di bawahnya. Itulah digdaya sang pendekar Istana. Tak perlu diragukan jagoan kita ini.
Kelihaian Djoko Tjandra lolos dari berbagai jerat hukum menjadi sinyal perlawanannya terhadap kedigdayaan Joko Widodo. Hal ini tentu dapat mengancam keberlangsungan sekaligus kewarasan negara ini.
Ya, belakangan kita memang sedang banyak diuji tentang kewarasan. Seperti kartu prakerja yang digadang-gadang dapat menjadi solusi bagi pencari kerja. Eh, malah jadi masalah. Atau yang terbaru adalah kalung antivirus ajaib minyak kayu putih (cap lang? atau cap badak?) yang dianggap bisa membunuh virus Corona. Eh, belakangan namanya malah diubah jadi jamu. Ujian kewarasan bertambah saat buronan interpol bisa berjalan-jalan dengan bebas di negeri ini. Masih waras?
Tapa laku batin yang saya yakin biasa dijalankan pendekar Joko Widodo seharusnya ditiru oleh para pembantunya. Tapa laku batin dengan mendengar hati nurani akan dapat menjaga pikiran manusia tetap waras. Jangan hanya mau dapat fasilitas padepokan doang bos! Mosok selalu telat nyadar kalau pas ada masalah. Kok yo kebiasaan.
Mau tidak mau, adu sakti Djoko Tjandra vs Joko Widodo pasti terjadi. Seharusnya pertandingan ini berakhir dengan kemenangan mudah buat Jokowi. Jelas, dong.
Yang kita khawatirkan adalah kalau ternyata Djoko Tjandra punya ilmu pamungkas yang hanya bisa dikuasai segelintir orang di negeri ini. Ilmu itu bernama kebal hukum.
Sumber Gambar: Wikimedia Commons.