Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengapa di Kampus Saya, Anak Jurusan Matematika Dilarang Gondrong sih?

Budi Prathama oleh Budi Prathama
31 Desember 2020
A A
Mengapa di Kampus Saya, Anak Jurusan Matematika Dilarang Gondrong sih? terminal mojok.co

Mengapa di Kampus Saya, Anak Jurusan Matematika Dilarang Gondrong sih? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika kita berambut gondrong mungkin itu tidak heran jika sering dilabeli negatif. Kadang kala, karakter gondrong dianggap sebagai orang yang suka melawan, suka berpenampilan tidak rapi, dan perbuatannya yang ngawur. Umumnya aggapan seperti itu muncul dari golongan masyarakat primitif yang telah terpengaruh dengan dogma lama. Tapi, herannya, anggapan seperti itu bukan hanya dari kalangan masyarakat primitif, melainkan juga datang dari dunia pendidikan yang notabene sebagai pendidik. Hal itulah yang terjadi dan saya rasakan berada di Jurusan Matematika kampus Universitas Sulawesi Barat, kami dilarang gondrong.

Dalam pengalaman saya, sering saya mendengar dari staf Fakultas maupun dosen Matematika bahwa mahasiswa Matematika haruslah berpenampilan rapi. Jurusan Matematika identik dengan mahasiswanya yang setia dan patuh pada aturan, penampilan yang harus rapi termasuk juga menata gaya rambut yang tidak boleh serampangan. Pokoknya dilarang gondrong.

Kenapa dituntut dari awal harus rapi? Katanya sih jurusan Matematika nantinya akan menjadi tenaga pengajar atau akan menjadi pekerja kantoran. Itulah salah satu sebab mengapa saat saya kuliah harus membiasakan dan dituntut dari awal agar bisa tampil rapi dengan gaya yang tak ubahnya sebagai pegawai kantoran.

Saya tidak tahu pasti apakah hal seperti ini juga terjadi di kampus lain. Padahal, kalau di kampus saya, jurusan-jurusan lain tidaklah berlaku aturan demikian. Justru mereka malah bebas-bebas saja. Aturan lain yang tak kalah lucu juga dengan mewajibkan mahasiswa Matematika untuk berpakaian hitam putih pada Senin dan Kamis. Katanya itu adalah kesepakatan dari fakultas, namun mahasiswanya tidak dilibatkan saat diputuskan aturan tersebut. Makin aneh.

Makanya saya biasa dibilangi dari teman-teman yang beda jurusan, “Mahasiswa kok pakai hitam putih seperti anak sekolahan saja.” Yah, mau bagaimana lagi memang begitu faktanya, tapi saya sih slow saja dan tidak ambil pusing juga kok.

Untuk persoalan rambut, terkadang para staf atau dosen membuat persyaratan bahwa mahasiswa laki-laki harus berambut pendek agar bisa ikut mata kuliah yang diampunya. Saya heran karena jurusan lain tidaklah demikian, coba lihat mahasiswa Teknik dan Fisip, tentu tidak asing bagi mereka kalau ada mahasiswa yang berambut gondrong, bahkan itu sudah diidentikan bagi mereka. Yah, saya rasa itu memang tidak pantas untuk dipersoalkan. Mau berambut gondrong atau botak, mau miring sana miring sini terserah, mau model lama atau model baru saya rasa tidak ada yang salah.

Berpenampilan menarik tidaklah bisa menjamin bahwa mahasiswa itu cerdas. Mahasiswa yang berambut gondrong tidak selamanya malas kerja tugas atau mengabaikan kegiatan akademisnya. Mahasiswa Jurusan Matematika juga manusia kok, kenapa malah dibeda-bedakan dengan yang lain dan dilarang gondrong juga ya?

Inilah yang membuat saya bertanya-tanya, kenapa dalam dunia pendidikan kampus persoalan berpakain dan berambut gondrong itu juga diatur. Saya rasa berambut gondrong adalah bentuk ekspresi dan itu sifatnya privasi. Jika ditinjau, itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kecerdasan seseorang. Kami yang berambut gondrong bukan berarti tidak patuh aturan, tapi kita lebih banyak mempertimbangkan mana aturan yang rasional.

Baca Juga:

Menghindari Matematika, Alasan Terkonyol yang Pernah Aku Ucapkan Saat Memilih Jurusan KPI

Memahami Matematika Dasar Itu Wajib, Sekalipun Kalian Menganggap Matematika Nggak Berguna dalam Kehidupan Nyata

Dengan kondisi demikian, saya mendapatkan nasib buruk di fakultas yang dipandang hanya sebelah mata oleh staf dan juga dosen-dosen. Saya pernah tidak diperbolehkan untuk ikut final hanya gara-gara waktu itu saya tidak mencukur alias berambut gondrong. Alasanya simpel saja “Kalau tidak cukur rambut sesuai dengan panjang maksimal yang telah ditentukan, tidak boleh ikut final, tidak menerima alasan apapun, titik.” Alhasil, nilai saya pun eror meskipun sudah berkoar-koar dengan alasan yang begitu banyak.

Bagi saya, itu jelas-jelas merusak pendidikan kita, dengan tindakan diskriminasi dan juga pembodohan. Menilai orang hanya dari latar belakang atau penampilan, saya rasa itu kesalahan fatal. Penampilan tidak bisa menjamin apakah orang itu baik atau tidak, yang menentukan adalah tindakannya bukan penampilannya. Atau mungkin masih terbawa pengaruh Orde Baru, saat suara-suara orang gondrong sering dibungkam?

Kampanye zaman Orde Baru mengenai orang-orang gondrong itu berjalan secara terstruktur. Bukan hanya dalam dunia pendidikan, bahkan menjadi konsumsi publik bahwa orang gondrong adalah orang-orang pemberontak. Makanya tidak heran, jika sistem pendidikan kita hari ini masih ada rasa-rasa Orde Barunya, kadang kala pihak kampus bersikap otoriter dengan cara mainnya yang halus. Contoh kecilnya yang lain, biasa terjadi dosen dengan semaunya memberikan nilai bukan berdasarkan pada kemampuannya, tetapi karena faktor kedekatan dan kepatuhan pada dosen.

Padahal, para Matematikawan justru mereka rata-rata gondrong. Bayangkan, bagaimana gaya rambut Bapak Aljabar, gaya rambut Bapak Phytagoras, atau coba search di Google tokoh filsuf Matematika pasti banyak muncul foto filsuf Matematika yang gondrong.

Nah, herannya saya kenapa di era modern sekarang ini, justru Jurusan Matematika diidentikan harus rapi dan rambut dilarang gondrong untuk laki-laki. Padahal, mata kuliah yang diajarkan dosen itu adalah pemikiran atau teori dari orang-orang gondrong tersebut. Heran saya, makin aneh saja.

BACA JUGA Sebaiknya Bantuan Sosial dari Pemerintah Dihentikan Saja dan tulisan Budi Prathama lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Desember 2020 oleh

Tags: Cowok GondrongMatematika
Budi Prathama

Budi Prathama

Mahasiswa Universitas Sulawesi Barat. Terus berusaha menulis walaupun itu terkadang menyakitkan.

ArtikelTerkait

Matematika Itu Seharusnya SESAT (Unsplash)

Pembelajaran Matematika Seharusnya SESAT, Maksudnya Seru, Serius, Aplikatif, dan Transformatif

5 Desember 2023
Menerka Alasan Guru Matematika Nggak Pernah Bolos Mengajar

Menerka Alasan Guru Matematika Nggak Pernah Bolos Mengajar

4 Maret 2024
3 Kesalahpahaman tentang Kumon yang Harus Diluruskan. Les di Kumon Itu Nggak Menyeramkan, apalagi Traumatis (mojok.co)

3 Kesalahpahaman tentang Kumon yang Harus Diluruskan. Les di Kumon Itu Nggak Menyeramkan, apalagi Traumatis

5 Mei 2024
Memahami Matematika Dasar Itu Wajib, Sekalipun Kalian Menganggap Matematika Nggak Berguna dalam Kehidupan Nyata

Memahami Matematika Dasar Itu Wajib, Sekalipun Kalian Menganggap Matematika Nggak Berguna dalam Kehidupan Nyata

3 November 2024
5 Rekomendasi Aplikasi Belajar Matematika, Bikin Belajar Jadi Menyenangkan

5 Rekomendasi Aplikasi Belajar Matematika, Bikin Belajar Jadi Menyenangkan

19 Maret 2023
Pemburu Togel: Orang yang Nggak Tahu kalau Dirinya Tahu Ilmu Matematika, Semiotika, dan Hermeneutika terminal mojok.co

Pemburu Togel: Orang yang Nggak Tahu kalau Dirinya Tahu Ilmu Matematika, Semiotika, dan Hermeneutika

26 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.