Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

3 Macam Kekerasan Ekonomi dalam Hubungan Asmara

Alvi Awwaliya oleh Alvi Awwaliya
30 Juli 2020
A A
aib kekerasan seksual kekerasan ekonomi dalam hubungan

aib kekerasan seksual kekerasan ekonomi dalam hubungan

Share on FacebookShare on Twitter

Kemarin saya dicurhati seorang teman lama. Panggil saja Mbak. Si mbak ini baru saja putus dengan pacarnya karena sudah tidak tahan. Ia sumpek, setiap ingin membeli barang, ia harus izin dulu. Pacarnya juga terus menuntut si Mbak keluar dari pekerjaannya tanpa alasan jelas. Saya mendukung keputusan si Mbak untuk memutuskan hubungan dengan si pacar. Keputusan ini membuatnya terlepas dari kekerasan ekonomi yang selama ini ada dalam hubungannya.

Pengertian kekerasan ekonomi itu sendiri adalah keadaan mengontrol kemampuan pasangan untuk mendapatkan, menggunakan, dan mempertahankan sumber daya, sampai mengancam keadaan ekonomi serta potensi seseorang untuk mandiri. Kekerasan ekonomi termasuk salah satu bentuk kekerasan nonfisik yang jarang dibahas dibandingkan kekerasan dalam hubungan lainnya. Padahal, tidak sedikit kasus perceraian dan KDRT berawal dari sini. Sebagian besar korban kekerasan ekonomi adalah perempuan. Namun, laki-laki juga bisa mengalaminya.

Ada tiga bentuk kekerasan ekonomi yang musti diketahui. Jaga-jaga jika pasangan sudah menunjukkan salah satunya satunya, kita bisa langsung mundur alon-alon. Eh, tapi naudzubillah deh, jangan sampai.

Kekerasan ekonomi dalam hubungan #1 Kontrol ekonomi

Hal ini terjadi ketika pasangan membuat korban tidak memiliki akses atas keuangannya sendiri atau keuangan mereka berdua.

Ia juga akan menghalangi korban mengambil keputusan terkait masalah finansial. Misalnya mantan pacar si Mbak yang selalu berkata, “Sayang, kamu kalau mau beli apa-apa harus ngomong aku dulu ya.”

Eits, jangan tertipu kalimat sayangnya. Ini contoh kecil taktik untuk melacak penggunaan uang korban. Lah wong, kita sudah dikaruniai akal untuk berpikir mana barang yang perlu dibeli dan tidak. Kok harus lolos seleksinya dia dulu? Toh, uangnya juga milik kita sendiri.

Selain itu, contoh kontrol ekonomi juga bisa berupa menahan atau menyembunyikan uang bersama. Berbohong soal aset yang dimiliki bersama dan mencegah pasangan agar tak memiliki akses ke rekening bank. Bahkan bisa jadi sampai pembatasan pada kebutuhan dasar seperti pakaian dan makanan. Duh, ngeri, Lur.

Kekerasan ekonomi dalam hubungan #2 Sabotase pekerjaan

Sudah jelas, perilaku ini mencegah pasangan untuk mendapatkan atau mempertahankan pekerjaannya. Seperti mantan pacar si Mbak, ia secara aktif meminta si Mbak untuk keluar dari pekerjaannya.

Baca Juga:

Menghitung Penghasilan Minimal Setelah Menikah Versi 2025, Punya Gaji 7 Juta Baru Bisa Hidup Nyaman!

3 Ide Pacaran Unik yang Hanya Ada di Bantul, Dijamin Nggak akan Terlupa

Tidak hanya melarang, taktik sabotase pekerjaan ini bisa berbentuk ancaman melukai fisik korban jika tetap pergi bekerja. Merusak kendaraan atau alat yang biasa digunakan bekerja. Atau bahkan melecehkan saat di tempat kerja. Hadeeeh, ribet dan terkesan menghalalkan segala cara, ya. Padahal, memiliki pekerjaan adalah hak setiap manusia.

Kekerasan ekonomi dalam hubungan #3 Eksploitasi ekonomi

Ini berarti perilaku yang dilakukan untuk menghancurkan daya finansial milik korban. Bahasa mudahnya, cuma mau menguras uang pasangan.

Contohnya, misal pasangan menolak secara terus-menerus untuk membayar tagihan bersama. Taktik selanjutnya bisa berwujud membuat tagihan atau cicilan dengan menggunakan nama korban sehingga korban terpaksa melunasinya. Atau mungkin menggunakan uang bersama untuk kepuasan pribadi dan hal-hal tidak produktif, misal berjudi.

Soal tipe yang ini, saya tidak menemukan pada hubungan si Mbak dan mantan pacar. Tapi, dari tiga bentuk kekerasan ekonomi, dua di antaranya terdapat pada hubungan si Mbak.

Sebagai orang yang sedang menjalami hubungan, sudah tentu saya waswas jadi korbannya. Sampai akhirnya, saya menyimpulkan beberapa cara memproteksi diri dari kekerasan ekonomi.

Pertama, kita bisa mengamankan informasi pribadi, seperti kata sandi yang digunakan untuk akses ke rekening dan kartu kredit. Jangan dibagikan kepada siapa pun.

Jika pasanganmu tetap memaksa ya lebih baik langsung ditalak. Percayalah, ini bibit kekerasan ekonomi. Tetapi, kalau telanjur berbagi akses rekening atau kartu kredit, kita bisa berusaha untuk mendapatkan laporan kartu kredit atau tabungan. Laporan ini dapat memberitahukan jika ada aktivitas tidak dikenal. Kita bisa langsung meminta bank untuk membekukan akun sehingga tidak ada yang bisa membuka pinjaman atau cicilan atas nama akun kita.

Kedua, jangan menandatangani pinjaman atau kontrak keuangan dengan pelaku. Kalau memang kita tidak tahu secara jelas mekanisme pinjaman, lebih baik tidak perlu. Pelaku kekerasan ekonomi adalah orang-orang yang pandai memanipulasi.

Ketiga, jika ternyata memang antisipasi ini masih tidak berhasil. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah menghemat uang dan pergi mencari bantuan. Kita bisa mulai dengan mencari tahu bagaimana aturan hukum yang mengatur tentang pekerjaan, hak-hal soal pekerjaan, dll. Setelah itu, korban bisa melaporkan pada lembaga seperti LBH terdekat, Komnas Perempuan, dan pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak.

Yha, semoga saja kita semua terhindar dari peluang untuk jadi pelaku maupun korban kekerasan ekonomi pada pasangan. Al-Fatihaaah.

BACA JUGA Penjelasan Sederhana Kenapa Siulan Bisa Dianggap Pelecehan Seksual dan tulisan Alvi Awwaliya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Juli 2020 oleh

Tags: hubungankekerasan ekonomimenikahPacaran
Alvi Awwaliya

Alvi Awwaliya

ArtikelTerkait

ditolak

Jika Belum Ditolak, Jangan Pernah Mengatakan Dia Tidak Mencintaimu

1 Oktober 2019
Membedah Isi Kepala Manusia yang Hobi Menggantungkan Hubungan Asmara terminal mojok.co

Membedah Isi Kepala Manusia yang Hobi Menggantungkan Hubungan Asmara

28 Februari 2021
lamaran

Setelah Lamaran Malah Muncul Keraguan, Pernahkah?

27 Mei 2019
Kaos Couple Adalah Tren Fashion yang Paling Nggateli terminal mojok.co

Kaos Couple Adalah Tren Fashion yang Paling Nggateli

12 Desember 2020
pura pura bego, orang ndableg

Pura-Pura Bego sebagai Strategi PDKT

8 April 2020
Kalian Marah Teman Kalian Jadian sama Mantan Pacar? Ra Mashok! pernikahan beda agama

Melupakan Masa Lalu dengan Mantan Itu Hil yang Mustahal

25 Februari 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.