Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Menyoal Sistem Zonasi Sekolah: Apa Jadinya Jika Zonasi Diterapkan di Aspek Kehidupan yang Lain?

Abdulloh Suyuti oleh Abdulloh Suyuti
22 Juni 2019
A A
sistem zonasi

sistem zonasi

Share on FacebookShare on Twitter

Tahun lalu, pada bulan yang sama, saya mengikuti seleksi penerimaan beasiswa yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Dalam tahapan seleksinya, salah satunya dengan format Leaderless Group Discussion (LGD). Pada forum diskusi itu, saya dan 9 peserta lain berdiskusi membahas sebuah topik yang diberikan sesaat sebelum LGD dimulai. Waktu itu topiknya adalah “pro-kontra sistem zonasi sekolah”. Setahun berlalu, rupanya topik yang pernah menjadi bahan diskusi dulu kini kembali mencuat, bahkan menjadi isu nasional selain sengketa Pilpres di persidangan Mahkamah Konstitusi.

Masalah pokoknya saya rasa bersumber dari Permendikbud No.51/2018 tentang penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2019/2020. Yang mana dalam peraturan tersebut, seleksi calon peserta didik dilakukan dengan memprioritaskan jarak tempat tinggal terdekat ke sekolah dalam zonasi yang ditetapkan. Sistem seleksi PPDB zonasi dilakukan dengan cara pemeringkatan, yang teknisnya bisa jadi berbeda-beda di setiap provinsi.

Akan tetapi pada umumnya, prioritas utama dalam pemeringkatan untuk sistem zonasi ini adalah dihitung dari jarak tempat tinggal ke sekolah, baru kemudian mempertimbangkan faktor lain seperti nilai Ujian Nasional, prestasi akademis maupun non akademis—bahkan mempertimbangkan juga siapa yang lebih dulu mendaftar. Dengan sistem ini maka prioritas siswa yang diterima di sekolah negeri adalah siswa yang jarak tempat tinggalnya terdekat dengan sekolah. Akibatnya siswa yang pandai bisa saja tersingkir dari persaingan karena letak rumahnya yang lebih jauh.

Seperti yang sudah-sudah, adanya kebijakan baru selalu memunculkan pro dan kontra. Jangankan kebijakan baru, statement apapun di negeri +62 ini selalu saja bisa memunculkan pro dan kontra. Sudah terbiasa seperti itu, seolah masyarakat kita tidak pernah mencapai kata mufakat dalam suatu urusan.

Banyak yang pro dengan sistem baru ini. Tapi rasa-rasanya yang kontra pun tak kalah banyak. Terbukti dengan ramainya gelombang protes di lini masa dan demo di berbagai daerah. Para siswa dan wali murid mengeluhkan tentang sistem zonasi ini yang dirasa tidak adil. Sebab di banyak daerah memang belum siap jika diterapkan sistem ini.

Di beberapa daerah, jumlah sebaran sekolah negeri juga belum merata, beberapa sekolah hanya menumpuk di pusat kota—seperti SMA negeri di Surabaya misalnya. Dan sebaliknya, beberapa wilayah jumlah sekolahnya terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali.

Selain itu, mutu pendidikan antara satu sekolah dengan yang lain belum sama. Memang salah satu tujuan sistem zonasi ini adalah untuk memeratakan mutu pendidikan dan menghilangkan status sekolah favorit. Tapi saya rasa tidak semudah itu, Ferguso!

Gelar “sekolah favorit” sulit dihapus. Jangankan dihapus, berpindah gelar dari satu sekolah ke sekolah lain saja tidak mudah. Ya mau gimana lagi, sudah tertanam dalam alam bawah sadar kita bahwa jika ingin masa depan yang lebih cerah, bersekolahlah di sekolah favorit!

Baca Juga:

5 Kebiasaan Feodal di Sekolah yang Tidak Disadari dan Harus Segera Dibasmi

Guru Kencing Berdiri, Murid Disuruh Jaga Reputasi: Kenapa kalau Ada Kasus di Sekolah, Bukannya Diselesaikan, tapi Murid Dibungkam demi Reputasi?

Ditambah lagi dengan pandangan bahwa lapangan kerja akan membuka pintunya lebih luas pada lulusan Perguruan Tinggi yang terakreditasi A. Lalu Perguruan Tinggi favorit akan mengutamakan lulusan sekolah favorit juga dalam proses penerimaannya. Begitu seterusnya, hingga jadilah mata rantai yang sulit diputus.

Sebenarnya, dalam forum diskusi LGD tahun lalu, saya dan tim sempat sepakat satu suara, yakni setuju dengan kebijakan sistem zonasi sekolah tersebut. Tapi tentu dengan catatan, hal-hal yang menyertainya harus sudah siap. Kualitas pendidikan berikut sarana dan prasarananya harus sudah merata, serta tersebar dalam jumlah cukup di setiap daerah. Mutunya merata dulu baru sistem zonasi diterapkan, bukan sebaliknya, dibuat sistem zonasi supaya merata. Terkesan dipaksakan nggak sih?

Saya sih husnudzon, sistem zonasi ini akan banyak bermanfaat apabila diterapkan pada waktu yang tepat. Pada waktu di mana mutu sekolah sudah merata dan tidak ada kesenjangan status sekolah unggulan dan non unggulan. Bayangkan jika tiap siswa, mulai tingkat SD, SMP, hingga SMA, semuanya bersekolah dekat tempat tinggal. Tentu ini akan mengurangi kemacetan jalanan—karena tidak perlu lama-lama berada di jalan. Kan dekat, jadi cepat sampai.

Manfaat lainnya yaitu lebih hemat biaya. Karena jarak tempuh yang lebih pendek, otomatis biaya transportasi yang dikeluarkan juga lebih murah. Beberapa mungkin dapat ditempuh dengan jalan kaki. Juga tidak perlu biaya kos karena sekolahnya dekat rumah. Uang jajan pun tak perlu banyak-banyak, sebab kalau istirahat bisa pulang dan makan dirumah.

Tapi saya jadi berpikir, andaikan saja sistem zonasi tersebut tak hanya berlaku untuk sekolah, tapi di segala aspek kehidupan yang lainnya. Bayangkan jika KUA mengadopsi sistem zonasi. Calon suami istri harus berasal dari zona yang sama atau berdekatan. Tentu kebijakan ini akan menghasilkan banyak manfaat. Seperti biaya pernikahan yang lebih murah sebab tak perlu jauh-jauh mengantar pengantin, acara walimah dan resepsi pun bisa jadi satu tempat. Dan yang paling penting, angka kemacetan ketika mudik lebaran bisa berkurang karena mudiknya cuma jarak dekat.

Bayangkan juga jika orang bekerja juga harus pada zona yang sama dengan tempat tinggalnya. Tentu tak akan ada lagi yang namanya perantau di negeri ini. Tak perlu LDR dengan keluarga, dan tak perlu memusingkan biaya untuk pulang kampung. Dijamin deh tak akan terpengaruh dengan harga tiket pesawat mahal dan tarif tol yang menguras saldo e-money.

Eh tapi apa iya memungkinkan memilih jodoh hanya dibatasi dalam satu zona saja, kisanak? Kalau ternyata dalam zona saya yang jomblo tinggal saya saja bagaimana?

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: masuk sekolahpendidikan indonesiasistem zonasiSiswa
Abdulloh Suyuti

Abdulloh Suyuti

ArtikelTerkait

toilet MOJOK.CO

5 Niat Tersembunyi Siswa Ketika Minta Izin ke Toilet

5 Juli 2020
4 Peraturan Aneh di Sekolah dan Panduan Memahaminya terminal mojok

4 Peraturan Sekolah yang Terdengar Ngadi-ngadi dan Panduan Memahaminya

24 Agustus 2021
Hal-hal yang Butuh Banyak Uang di Sekolah selain Wisuda dan Perlu Dibenahi

Hal-hal yang Butuh Banyak Uang di Sekolah selain Wisuda dan Perlu Dibenahi

8 Juli 2023
Harus Ada Aturan Wajib Baca Buku untuk Guru. Segera! Kalau Nggak, Pendidikan Kita Jalan di Tempat

Harus Ada Aturan Wajib Baca Buku untuk Guru. Segera! Kalau Nggak, Pendidikan Kita Jalan di Tempat

9 April 2024
Bahasa Indonesia, Mata Pelajaran yang Jadi Musuh para Siswa Terminal Mojok

Bahasa Indonesia, Mata Pelajaran yang Jadi Musuh para Siswa

11 November 2022
rasis

Rasis: Akibat dari Sekolah yang Belum Tuntas

20 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.