Bagi mereka yang hidup di akhir 90-an dan awal 2000-an, pasti nggak asing dengan mobil Opel Blazer. Mobil yang basisnya diambil dari Chevrolet S-10 ini jadi SUV andalan General Motors (GM) buat jualan SUV di pasar Indonesia pada masa itu. Sekaligus juga untuk menyaingi eksistensi SUV asal Jepang pada saat itu, Nissan Terrano.
Pada masanya, Opel Blazer (bersama dengan Nissan Terrano tentunya) punya posisi yang kurang lebih setara seperti Mitsubishi Pajero atau Toyota Fortuner sekarang. Opel Blazer posisinya adalah sebagai SUV gagah yang sering nongol di halaman rumah orang yang sukses duluan dibanding tetangganya.
Desainnya yang kotak khas mobil Amerika, bodinya yang besar, serta fitur-fitur canggih untuk zamannya membuat Opel Blazer jadi pilihan ideal buat mereka yang pengin tampil beda dari sedan-sedan biasa.
Mungkin banyak orang yang masih kebingungan antara Opel Blazer dan Chevrolet Blazer. Sebenarnya keduanya sama saja, cuma waktu tahun 2002, nama “Opel” pada Blazer diganti jadi “Chevrolet” karena kekeliruan strategi marketing. Walaupun begitu, Opel dan Chevrolet masih sama-sama di bawah naungan General Motors (GM).
SUV yang nyaman
Saya sendiri memiliki kedekatan emosional dengan Opel Blazer. Mobil itu sempat dimiliki oleh orang tua selama sekitar 4 tahun. Selama saya menaiki Opel Blazer, mobil itu sangat nyaman. Selain itu, bagasi belakangnya sangat luas yang bahkan masih nyaman jika ditempati oleh anak kecil. Jadi mobil satu ini bisa muat orang banyak terutama waktu berkeliling ke rumah saudara waktu hari raya Idulfitri.
Bagi saya, interior mobil ini masih terasa mewah buat standar sekarang. Di pintu jok belakang, ada dua asbak rokok yang menempel di pintunya. Berlanjut ke bagian depan, berhubung orang tua saya sempat memiliki Opel Blazer yang varian DOHC LT, maka di dekat AC depan terdapat nomor produksinya. Di atasnya dekat spion tengah, terdapat juga kompas penunjuk arah serta terdapat informasi mengenai suhu di luar, suhu di luar itu bisa menggunakan skala suhu Celcius atau Fahrenheit.
Keunikan dari mobil SUV ini yang membekas di ingatan saya adalah suara lampu sein-nya. Suara lampu sein hanya bisa didengar oleh pengemudi, sementara penumpangnya nggak, bahkan penumpang depan sekalipun nggak akan bisa mendengar suara lampu sein-nya.
Opel Blazer adalah kasur berjalan. Siapa pun yang pernah jadi penumpang di mobil ini, bisa dipastikan pernah mengalami ketiduran ketika sedang dalam perjalanan, terutama ketika sedang dalam perjalanan jauh seperti ke luar kota misalnya. Tapi berdasarkan pengalaman saya, yang paling rentan untuk ketiduran adalah penumpang yang duduk di jok belakang.
Opel Blazer, mobil tua yang (semoga) harganya nggak digoreng
Saat ini, Opel Blazer sudah tergolong motuba alias mobil tua bangka. Karena itulah mobil ini sekarang menjelma jadi mobil hobi layaknya motuba lain.
Untuk harga bekas mobil ini, bisa dibilang relatif murah dengan berada di sekitar 50 jutaan tergantung kondisi. Tentu ketika membeli Opel Blazer yang termasuk mobil tua, harus siap mengeluarkan uang lagi untuk menghadapi segala permasalahan yang ada pada mobil ini. Selain itu nggak semua bengkel mobil bisa menyelesaikan permasalahan di mobil ini. Biasanya yang kerap bermasalah itu adalah AC yang kurang dingin. Wajarlah, namanya juga mobil tua.
Berhubung Opel Blazer sudah menjelma jadi mobil hobi, biasanya pemilik dari mobil ini memilih untuk bergabung komunitas untuk mencari sparepart dan mendapatkan informasi mengenai bengkel spesialis. Selain juga tentu untuk bersilaturahmi dengan sesama pengguna mobil ini. Ya layaknya pengguna mobil tua lainnya lah.
Dan ya, semoga harga dari Opel Blazer tidak tergoreng seperti beberapa mobil tua lain. Karena saya sendiri memiliki kedekatan emosional dengan mobil ini, maka saya cuma bisa berharap semoga suatu saat nanti saya bisa memilikinya kembali.
Gimana? Tertarik untuk meminang mobil tua satu ini?
Penulis: Farhan Madinanta Adyatma
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















