Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

Ferika Sandra oleh Ferika Sandra
22 Desember 2025
A A
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi warga Banyuwangi, Desa Sumberagung di Kecamatan Pesanggaran menjadi magnet berburu cuan. Bukan tanpa alasan, di sana terdapat Tambang Emas Tumpang Pitu yang konon memiliki cadangan emas terbesar di Pulau Jawa. 

Tidak heran banyak kalau perantauan yang mengadu nasib di sana. Namun, alih-alih memberi manfaat, tambang ini justru menjadi ancaman bagi mata pencaharian warga sekitar.

Fyi, masyarakat Desa Sumberagung yang berada di pesisir Selatan Banyuwangi banyak menggantungkan hidup dari pertanian dan perikanan tangkap. Dua sektor yang sebelum perusahan tambang datang seakan menjadi urat nadi kehidupan warga pesisir pantai. 

Namun, setelah tambang datang, perlahan namun pasti, kerusakan terlihat. Mulai air pantai yang tercemar material blasting yang dilakukan saat memecah batuan gunung untuk di tambang. Hingga lahan pertanian yang terdampak lumpur saat musim penghujan tiba karena gunung sudah digundul.

Niat baik perusahan yang dikira akan membuat warga sejahtera justru berakhir menyedihkan. Ada banyak hal yang luput dari perhatian pemangku kebijakan sehingga warga hanya menjadi penonton rusaknya alam sekitar tanpa menikmati hasil yang dijanjikan.

Warga asli Desa Sumberagung tak selalu bisa jadi karyawan tambang

Di awal eksplorasi, ada klausul yang disepakati mengenai persentase warga lokal yang bisa bekerja di sana. Namun faktanya, jauh dari kenyataan. 

Data di lapangan tidak sedikit pemuda Desa Sumberagung memilih merantau ke Bali karena peluang kerja di desa sendiri terganti orang lain. Ya tidak salah, Tambang Tumpang Pitu yang merupakan perusahaan multinasional memang membuka peluang bagi pekerja lain sesuai kualifikasi perseroan meski dari luar Banyuwangi.

Ini membuat peluang warga asli tereduksi. Ibarat anak ayam mati di lumbung padi, para warga Desa Sumberagung lebih memilih peruntukan lain. Salah satunya merantau ke daerah lain. Semacam anomali memang. 

Baca Juga:

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

Di satu sisi tambang memberikan rezeki bagi perantauan dari luar Banyuwangi. Namun, di sisi lain, justru membuat warga asli tersingkir. Setelah adanya tambang, banyak peluang di Desa Sumberagung mulai hilang. Termasuk pertanian dan perikanan tangkap. Akhirnya warga desa yang harus tersingkir dari tanahnya sendiri untuk pergi ke tempat lain.

Muncul konflik berkepanjangan di Desa Sumberagung dan Banyuwangi yang seakan tanpa solusi

Waspada jika kalian kalian melintas dari Jajag, Gambiran menuju Desa Sumberagung, Pesanggaran ketika malam. Di jalur ini, truk tonase besar akan banyak melintas meski jalurnya tidak sesuai kelas jalan. 

Biasanya, jamnya diatur untuk kendaraan keluar dulu dari area tambang di pukul 10 malam. Lalu, menjelang dini hari, iring-iringan truk dari SPBU Petahunan, Jajag, Gambiran akan konvoi hingga masuk areal tambang.

Tidak jarang konflik terjadi ketika konvoi berlangsung. Ada banyak hal yang jadi pemicunya. 

Mulai penolakan warga Desa Sumberagung, Banyuwangi, karena truk yang melintas tidak sesuai kelas jalannya. Hingga seringnya jalan yang dilalui mengalami kerusakan namun respons perbaikan berlangsung lambat. 

Perbaikan dari pihak tambang hanya berupa tambal sulam tanpa menyelesaikan masalah inti. Sudah tidak terhitung berapa banyak insiden imbas jalan berlubang. Lagi-lagi pengguna jalan yang dirugikan.

Ekosistem hancur, ekonomi rakyat tersungkur

Seperti yang sudah saya singgung di awal, eksplorasi besar-besaran yang dilakukan Tambang Emas Tumpang Pitu membuat sektor pertanian dan perikanan tangkap Desa Sumberagung tersungkur. Gambaran ekosistem yang hancur ini pernah ditampilkan secara nyata oleh Dandhy Laksono dkk saat melakukan “Ekspedisi Indonesia Baru”. 

Lewat video berjudul “Tujuh Bukit” yang diunggah satu tahun lalu di kanal YouTube Indonesia Baru seakan mengajak penonton untuk melihat kerusakan yang terjadi setelah eksplorasi bagi akamsi Desa Sumberagung, Banyuwangi.

Implikasi kerusakannya tidak hanya pada alam yang sudah mulai hancur. Bahkan jika dilihat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pancer di Selatan lokasi tambang. Tampak bukit yang dulu menjulang tinggi kini sudah separuhnya terpotong. 

Bahkan di beberapa video yang beredar proses blasting yang dilakukan membuat material batu dan tanah mencemari pantai selatan yang merupakan rumah pencari nafkah bagi para nelayan Banyuwangi. 

Jadi tidak heran kalau nelayan semakin jauh memilih lokasi tangkapan ikan. Tidak hanya itu saja imbas pencemaran beberapa wisata di selatan Banyuwangi juga terancam akibat kerusakan lingkungan.

Ya begitulah dinamika yang dialami warga Desa Sumberagung di Kabupaten Banyuwangi. Daerah yang dulunya disebut gemah ripah loh jinawi kini harus berakhir menjadi ironi. Utamanya bagi warga asli, ingin kerja di tambang tapi tidak dibutuhkan. 

Tetap dengan mata pencaharian awal semuanya sudah mulai menunjukkan kerusakan. Apesnya, pemangku kebijakan di Pemda Banyuwangi seakan tutup mata dan enggan memberikan solusi nyata. Dan alam serta warga akan selalu jadi tumbal.

Penulis: Ferika Sandra

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Tambang Emas Tumpang Pitu, Mimpi Buruk yang akan Menghantui Warga Banyuwangi di Masa Depan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Desember 2025 oleh

Tags: BanyuwangiDesa Sumberagungkabupaten banyuwangitambang emastambang emas tumpang pitutumpang pitu
Ferika Sandra

Ferika Sandra

Seorang pustakawan dari Kota Malang yang mencoba menulis untuk menertibkan pikiran. Gemar dengan isu-isu literasi dan kebudayaan.

ArtikelTerkait

Kalau Ajian Jaran Goyang Beneran Ampuh, Nggak Ada Jomblo di Banyuwangi

Kalau Ajian Jaran Goyang Beneran Ampuh, Nggak Ada Jomblo di Banyuwangi

27 Juni 2023
Wisata Banyuwangi Siap Melesat Seperti Bali, Meninggalkan Jember

Wisata Banyuwangi Siap Melesat Seperti Bali, Meninggalkan Jember

19 Maret 2023
4 Lokasi Wisata Banyuwangi yang Paling Cocok untuk Pacaran Low Budget Terminal Mojok

4 Lokasi Wisata Banyuwangi yang Paling Cocok untuk Pacaran Low Budget

29 Maret 2022
KA Sri Tanjung Memang Murah, tapi Soal Kenyamanan Sepanjang Jogja-Banyuwangi, Bus Mila Sejahtera Juaranya

Mila Sejahtera Banyuwangi-Jogja: Bus Ekonomi Paling Efektif dan Efisien, Juga Nggak Ugal-ugalan!

27 Agustus 2025
5 Fakta Dandang Kalibaru, Perabot Rumah Tangga Paling Dicari dari Banyuwangi Terminal Mojok

5 Fakta Dandang Kalibaru, Perabot Rumah Tangga Paling Dicari dari Banyuwangi

28 November 2022
Sudah Saatnya Jalur Kereta Benculuk-Banyuwangi Aktif Kembali Mojok.co

Sudah Saatnya Jalur Kereta Benculuk-Banyuwangi Aktif Kembali

19 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.