Trenggalek dan Surabaya tidak begitu jauh, sama-sama masih di Jawa Timur. Dua daerah ini dipisahkan jarak 175 km atau sekitar 3,5 jam ditempuh menggunakan kendaraan. Itu mengapa, saya pikir Trenggalek dan Surabaya tidak akan jauh berbeda sekalipun Surabaya adalah Ibukota Jawa Timur.
Ternyata saya salah besar. Saat merantau dari Trenggalek ke Surabaya awal tahun ini, ternyata saya harus belajar dan penyesuaian ulang. Hal-hal yang tidak pernah saya sangka sebelumnya. Trenggalek memberi saya suasana yang pelan, teratur, dan bisa ditebak. Sementara Surabaya begitu berbeda.
Surabaya begitu cepat. Ini saya rasakan sejak hari pertama saya menginjakan kaki di Kota Pahlawan. Jalanan jauh lebih ramai, orang-orang bergerak lebih cepat, dan keputusan-keputusan kecil dalam keseharian harus dibuat lebih sigap. Perbedaan inilah yang membuat saya sadar bahwa banyak hal yang terlihat biasa di Surabaya tidak mungkin saya jumpai di Trenggalek.
#1 Transportasi umum Surabaya lebih lengkap dibanding Trenggalek
Surabaya punya banyak pilihan transportasi umum yang memudahkan. Ada Suroboyo Bus, Trans Semanggi, sampai Commuter Line untuk kawasan sekitar. Jadwalnya lebih bisa diandalkan dan aksesnya juga luas. Mobilitas jadi terasa lebih teratur. Bepergian menggunakan transportasi umum jadi hal biasa.
Di Trenggalek, pilihan transportasi umum masih terbatas. Angkutan lokal ada, tetapi jumlah armada dan trayeknya tidak sebanyak kota besar. Warga lebih mengandalkan kendaraan pribadi untuk kegiatan harian. Perbedaannya sederhana, tapi cukup terasa ketika sudah terbiasa dengan fasilitas kota besar.
#2 Di Surabaya, mal adalah kunci
Surabaya punya banyak mal besar. Orang-orang ke sana untuk belanja, mencari hiburan, makan, dan bertemu kawan. Pokoknya semua hal bisa dilakukan dan dipenuhi di mal. Itu mengapa, berbondong-bondong orang Surabaya pergi ke mal di akhir pekan atau tiap ada kesempatan.
Di Trenggalek tidak seperti itu. Pertama, di Kota Alen-Alen ini tidak ada banyak mal. Untuk berbelanja, warganya lebih sering ke pasar atau warung. Sementara untuk kebutuhan hiburan, kuliner, dan lain-lain dilakukan secara terpisah. Tidak ada ruang besar yang menawarkan berbagai aktivitas sekaligus seperti di Surabaya.
#3 Aktivitas kota yang berjalan sampai larut malam
Di Surabaya, mencari makan atau sekadar membeli sesuatu pada malam hari adalah hal yang biasa. Sebab, banyak warung atau toko buka hingga larut malam. Bahkan, ada yang mencapai 24 jam. Malam hari masih ada kehidupan.
Hal ini tidak akan ditemukan di Trenggalek. Kota Alen-alen ini sudah terlelap memasuki jam 9 atau 10 malam. Sebagian besar warung atau toko sudah tutup di saat itu. Jadi, jangan harap malam yang hidup di sana.
#4 Pilihan kuliner dan kafe Surabaya yang beragam
Surabaya menyediakan banyak pilihan makanan, dari masakan rumahan sampai kuliner internasional. Kafe pun hadir dengan variasi konsep dan menu. Bukan hanya tempat minum kopi, tapi juga sering menjadi tempat bekerja atau sekadar beristirahat sejenak.
Di Trenggalek, pilihannya lebih sederhana. Makanan khas lokal lebih mendominasi dan kafe-kafe hadir dengan suasana yang lebih santai. Fokusnya bukan gaya hidup, melainkan tempat berkumpul dan ngobrol.
#5 Suara dan ritme kota yang lebih padat
Surabaya memiliki suasana kota besar yang begitu kental. Lalu lintas yang padat, suara kendaraan, dan aktivitas yang berjalan hampir sepanjang hari. Pokoknya sangat beda dengan Trenggalek. Tapi, lama-lama terbiasa juga, meski kadang tetap terasa ramai.
Trenggalek menawarkan kebalikannya. Suaranya lebih tenang, udara lebih segar, dan pemandangan lebih banyak diisi area hijau. Perubahan suasana ini biasanya baru terasa jelas ketika saya pulang kampung.
Surabaya dan Trenggalek punya karakter yang berbeda, dan keduanya memberi pengalaman yang tidak bisa saling menggantikan. Surabaya memberi peluang dan akses yang lebih luas. Sementara Trenggalek memberi ketenangan yang selalu saya rindukan.
Pengalaman pernah tinggal di dua tempat ini membuat saya belajar menyesuaikan diri dengan ritme yang berbeda-beda. Dan, justru itu yang akhirnya memberi saya perspektif baru tentang rumah dan tempat beraktivitas.
Penulis: Muhammad Syifa Zamzami
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Hal yang Sering Disalahpahami dari Kabupaten Trenggalek.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















