Akhir-akhir ini sedang ramai perbincangan mengenai kualitas BBM Pertamina, tetapi dalam artikel ini saya bukan membahas tentang itu. Saya ingin menuliskan pengalaman yang membuat saya jengkel ketika mengisi BBM di SPBU Pertamina.
Kemungkinan besar jamaah Mojok lain pernah merasakan apa yang saya rasakan dan merasa bingung harus bagaimana. Sama, saya pun demikian. Ditambah lagi saya tinggal di Jawa Tengah di mana kebanyakan SPBU di sini milik Pertamina.
#1 Pelayanan petugas SPBU Pertamina yang buruk
Entah kenapa setiap saya mengisi BBM di SPBU Pertamina, kebanyakan pelayanannya buruk. Petugasnya jutek. Ini tidak hanya terjadi di satu atau dua SPBU, ya, tetapi di banyak tempat. Kebetulan saya sering pergi ke luar kota seperti Semarang, Wonosobo, Wonogiri, Jogja, Surabaya, Kediri, dll. Dan dalam perjalanan, selalu saja saya bertemu petugas yang jutek, cemberut, hingga terburu-buru melayani sampai mengakibatkan bensin tercecer dan mengenai tangki dan bodi motor.
Kalau sudah begitu tidak ada kata maaf dari petugas operator. Minimal memberihkan tumpahan bensin pun tidak. Mungkin hal ini terlihat sepele, tapi bikin pembeli seperti saya risih.
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, kebanyakan SPBU Pertamina yang saya jumpai pasti ada saja yang pelayanannya buruk. Apakah pihak pengelola tidak memberi arahan kepada petugas cara melayani pembeli dengan baik dan benar?
#2 Kurangnya komunikasi petugas
Kejadian tidak menyenangkan lainnya yang berulang kali saya alami adalah kurangnya komunikasi petugas kepada pembeli. Misalnya, saat salah satu jenis BBM habis, banyak SPBU Pertamina yang saya datangi tidak memberi pemberitahuan tertulis kepada pembeli. Tidak ada plang seperti tulisan “Pertalite Kosong” dan semacamnya.
Sialnya, sudah antre lama, saat giliran saya tiba barulah petugas mengatakan, “Pertalite kosong, Mas.” Astaga, kenapa tidak ada pemberitahuan. Saya jadi merasa seperti buang-buang waktu dan “dikerjain” sama petugas SPBU.
#3 Kompresor angin kebanyakan rusak
Selain mengisi bahan bakar, terkadang saya juga menyempatkan mengisi angin di SPBU Pertamina. Kebetulan biasanya tersedia kompresor angin yang terletak di pintu masuk atau keluar SPBU.
Akan tetapi kadang saya menjumpai kompresor yang rusak dan tidak kunjung diperbaiki. Okelah kalau rusaknya cuma beberapa hari masih bisa dipahami. Mungkin pihak pengelola sedang sibuk mengurusi hal lain. Tapi kadang kerusakan ini dibiarkan lama sekali.
Saya pernah punya pengalaman datang ke sebuah SPBU Pertamina di daerah A. Saat itu saya sekalian ingin mengisi angin, tapi ternyata kompresornya rusak sehingga niat saya pun batal. Sebulan kemudian saya datang ke sana, eh, kompresornya masih saja rusak. Akhirnya saya terpaksa mengisi angin nitrogen yang berbayar itu.
Padahal kalau dipikir-pikir, kompresor angin di SPBU cukup penting, lho. Sebab masih banyak orang yang memilih mengisi angin ban kendaraannya menggunakan kompresor yang disediakan. Lumayan kan gratis.
Itulah tiga hal yang membuat saya jengkel dari SPBU Pertamina. Semoga saja pengelola SPBU bisa membaca tulisan ini dan memperbaiki kekurangan. Kalau tidak, ya siap-siap saja pembeli beralih ke tempat lain. Minimal petugas bisa berkomunikasi dengan baik kepada pembeli, ramah, menyediakan fasilitas lengkap dengan kondisi baik. Kalau pelayanannya bagus kan pembeli juga puas.
Penulis: Imanuel Joseph Phanata
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Derita Operator SPBU: Gaji UMR dan Harus Nombok Duit kalau Ada Kekurangan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















