Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Buruh Tani Situbondo: Pekerjaan yang Sering Disepelekan, tapi Upahnya Bisa Bikin Iri Pegawai Kantoran

Firdaus Al Faqi oleh Firdaus Al Faqi
3 Juli 2025
A A
Buruh Tani Situbondo: Pekerjaan yang Sering Disepelekan, tapi Penghasilannya Bisa Bikin Iri Pegawai Kantoran Mojok.co

Buruh Tani Situbondo: Pekerjaan yang Sering Disepelekan, tapi Penghasilannya Bisa Bikin Iri Pegawai Kantoran (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Buruh tani Situbondo sering dipandang sebelah mata. Sebenarnya tidak hanya di Situbondo, di berbagai daerah, pekerjaan ini disepelekan. Buruh tani dianggap pekerjaan yang berat dengan penghasilan tidak seberapa. 

Akan tetapi, sejak sering kumpul dan ngobrol dengan buruh tani beberapa waktu belakangan, saya menyadari hal baru. Bekerja sebagai buruh tani di Situbondo ternyata mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Bahkan, mereka bisa mengejek orang-orang dengan gaji UMR Situbondo yang ada di kisaran Rp2,3 juta, terendah di Jawa Timur.

Sebenarnya, kurang elok rasanya membanding-bandingkan pendapatan pekerja satu dengan yang lain. Hanya saja, saya rasa perlu membagikan informasi ini agar para pencari kerja di Situbondo tercerahkan. 

Buruh tani Situbondo bekerja dengan sistem laotan

Di Situbondo, sistem kerja para buruh tani ini dikenal dengan laotan. Sistemnya, mereka banyak dibayar setiap 4 jam kerja. Dalam 4 jam kerja ini, mereka biasa dibayar Rp35 ribu hingga Rp40 ribu. Ini sudah jadi standar harga yang umum untuk buruh tani di Situbondo. 

“Kalau dikalikan 30 hari kan artinya kurang dari UMR?” mungkin beberapa dari kalian akan bertanya demikian. Bentar dulu. Buruh tani ini kebanyakan bekerja dulaot atau dua laotan. Artinya dalam sehari mereka bisa 8 jam kerja dan mempropleh upah antara Rp70 ribu hingga Rp80 ribu. 

Sekarang coba hitung dalam sebulan. Upah buruh tani bisa mencapai kurang lebih Rp2,1 juta hingga Rp2,4 juta. Ini sudah hampir menyentuh dan bahkan melebihi UMR Situbondo. 

Catatan penting. Buruh tani Situbondo, dan mungkin banyak daerah lain, punya kemampuan fisik yang kuat. Bayangkan saja, setiap hari mereka harus kuat bekerja di bawah sinar matahari selama berjam-jam. Selain itu, mereka harus kuat menggendong hasil panen yang bisa mencapai berkilo-kilo. Belum lagi tangki sprayer obat pertanian dengan kapasitas 16 – 20 liter yang  berat banget. 

Itu mengapa, untuk menjadi buruh tani yang bisa mengantongi upah setara UMR Situbondo, para pekerja perlu menyiapkan fisik yang kuat. 

Baca Juga:

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

Situbondo Nggak Harus Mirip dan Jadi Banyuwangi, Potensinya Ada di Jalannya Sendiri

Memungkinkan kerja dari jam 5 pagi sampai jam 5 sore

Meski ada yang memilih untuk kerja dua laotan, tak jarang ditemui buruh tani yang rajinnya kebangetan. Mereka bisa mulai kerja dari jam 5 pagi hingga jam 5 sore. Dengan istirahat yang mereka ambil untuk salat dhuhur dan ashar, anggep aja dalam sehari mereka bekerja kurang lebih 10 jam. Ada ekstra dua jam kerja dibanding buruh tani yang kerja dua laotan. Ekstra jam kerja artinya tambahan garapan dan ekstra pendapatan.

Buruh tani yang rajin seperti ini hasilnya melebihi yang hanya ambil dua laotan tadi. Anggap saja satu jam kerja dihargai Rp10 ribu. Ekstra 2 jam kerja berati ada tambahan sekitar Rp20 ribu. Dalam sehari, totalnya udah nyampe Rp100 ribuan. Sebulannya itung aja sendiri. 

“Tapi, kan, nggak setiap hari mereka dapet kerjaan?” Hmm. Setahu saya, buruh tani yang rajin kerja dari jam 5 pagi sampai jam 5 sore itu sering jadi orang kepercayaan para petani. Dia sering dipasrahi tanggung jawab untuk mengelola berkotak-kotak lahan milik petani yang seringnya mageran. 

Nah, dari lahan yang dikelola itu, dia mendapat dua sumber pendapatan. Pertama, aktivitas operasional seperti pemberian pupuk, tanam, pemberian obat, menyiangi rumput, hingga panen. Kedua, duit bagi haril dari petani yang memasrahkan sawahnya pada mereka. 

Upah bisa semakin besar kalau kerjanya cepat

Buruh tani yang punya jam terbang tinggi bisa mengerjakan lahan secara cepat. Ini memungkinkan sebab pekerjaan di sawah itu repetitif. Itu mengapa, sangat memungkinkan bagi buruh tani yang rajin untuk mengerjakan banyak hal dalam satu laotan. 

Kebetulan, si buruh tani yang rajin ini tetangga saya. Rumahnya jadi markas utama dari buruh-buruh tani yang sering diajaknya bekerja. Setiap malam, mereka membagikan-bagikan upah harian di rumah itu. Karena sering mengantar bayaran, saya kadang nggak sengaja mendengar  saat mereka menghitung penghasilan hariannya. “Tos seket ebu (Rp150 ribu)”, “Duratos (Rp200 ribu),” dan seterusnya. 

Sekarang, coba deh jumlahin. Anggep aja rata-rata upah harian si buruh yang rajin betul ini mencapai Rp150 ribuan. Dalam sebulan, bisa dapat sekitar Rp3,9 jutaan. Itu sudah dipotong oleh 4 hari libur kerja dalam sebulan lho. 

Lumayan kan? Angka itu mungkin bisa lebih tinggi dibanding mereka yang bekerja dalam ruang AC, berseragam, dan suka nyinyir dengan pekerjaan buruh tani. 

Jadi, kalau ada warga Situbondo yang bingung mau kerja apa, mending balik ke desa-desa dan coba “apply job” di industri yang bertanggung jawab untuk ketahanan pangan dan keberlanjutan umat manusia ini. Lumayan daripada harus ke-pressure target dan lembur yang nggak dibayar itu~

Penulis: Firdaus Al Faqi
Edit: Kenia Intan

BACA JUGA HRD yang Merasa Dirinya Superior dan Paling Berkuasa Menentukan Nasib Pekerja Memang Pantas Jadi Musuh Bersama 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Juli 2025 oleh

Tags: buruh taniBuruh Tani SitubondopertanianPetanisitubondo
Firdaus Al Faqi

Firdaus Al Faqi

Sejak lahir belum pernah pacaran~

ArtikelTerkait

4 Hal Tidak Biasa di Situbondo, tetapi Wajar di Bondowoso

4 Hal Tidak Biasa di Situbondo, tetapi Wajar di Bondowoso

3 Juni 2025
kaos petani di sawah

3 Jenis Kaos yang Sering Dipakai Petani ke Sawah

20 November 2021
Tidak Ada Hujan di Situbondo

Tidak Ada Hujan di Situbondo

29 Maret 2023
Jurusan Agribisnis: Didesain untuk Kita yang Kadar IPA-nya Rendah terminal mojok.co

Jurusan Agribisnis: Didesain untuk Kita yang Kadar IPA-nya Rendah

8 Januari 2021
mahasiswa pertanian vietnam bus sleeper mojok

5 Alasan Banyak Mahasiswa Pertanian Ogah Jadi Petani

6 Agustus 2021
5 Rekomendasi Channel YouTube buat Kamu yang Ingin Belajar Pertanian terminal mojok

5 Rekomendasi Channel YouTube buat Kamu yang Ingin Bertani

26 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.