Semarang kerap diingat dengan bahaya banjir rob atau sengat matahari yang bikin kulit gosong. Padahal di balik semua cemooh tersebut, tersembunyi keelokan yang luput dari mata awam. Daripada terus terjebak dalam narasi negatif, ada baiknya mengulik dulu sisi lain ibu kota Jawa Tengah ini. Sebab, Semarang bukan hanya soal lilitan masalahnya, melainkan juga tentang jiwa kotanya yang mampu membuat orang jatuh cinta.
#1 Semarang adalah miniatur Nusantara yang diperkaya acara festival budaya
Semarang berdiri karena keberagaman etnis yang mendiaminya. Jejak akulturasi budaya tampak jelas dalam lanskap kota. Terbukti, Kampung Pecinan dan Kampung Kauman yang merepresentasikan kultur tertentu, masih eksis hingga detik ini dan senantiasa berdampingan dengan tradisi Jawa serta Belanda.
Semangat pluralitas ini diperkuat dengan sering digelarnya festival budaya yang menjadi panggung perayaan kekayaan warisan leluhur. Misalnya saja Festival Dugderan yang diadakan guna menyambut Lebaran. Bahkan, baru-baru ini diselenggarakan Festival Seni Lintas Agama yang mengusung pawai ogoh-ogoh dengan peserta dari berbagai penganut keyakinan. Kehadiran acara rutin tersebut menegaskan bahwa Semarang lihai merawat dan melestarikan kemajemukannya.
#2 Potensi menjual nama kota yang masih terbuka luas
Peluang Kota Semarang dalam menjual daya tariknya sebagai destinasi wisata masih terbentang lebar. Bangunan peninggalan kolonial yang tersebar di berbagai sudut kota dengan arsitektur khas dapat difungsikan sebagai wisata sejarah sekaligus edukatif. Tak hanya itu, sisi mistis di berbagai titik juga bisa dikembangkan sebagai wisata supranatural yang menghembuskan aura masa lalu. Contohnya saja berkelana di berbagai hotel yang konon berhantu layaknya Hotel Siranda dan Hotel Sky Garden.
Ditambah lagi, kesempatan merealisasikan konsep “Venice Van Java” juga sangat menjanjikan. Hanya saja, memang perlu upaya pembersihan sederet sungai di Kota Atlas berikut perbaikan infrastruktur. Niscaya, Semarang kelak akan diberkahi daya tarik wisata air yang ikonik, meniru kesuksesan kota-kota dengan kanal yang indah. Dengan demikian andalan rekreasi Semarang bawah tidak akan terus bertumpu pada keberlimpahan kulinernya.
#3 Banyak spot rahasia untuk menikmati panorama
Bagi mereka yang gemar mencari sudut pandang berbeda, Semarang menyediakan sejumlah spot rahasia untuk menikmati keindahan panorama. Bukit Gombel, misalnya, menawarkan pemandangan matahari terbenam yang dramatis. Pada petang hari, visual tersebut disempurnakan oleh kerlip temaram lampu kota yang mulai menyala.
Selain itu, kawasan Pantai Marina ikut menyuguhkan senja di area pelabuhan yang menyimpan atmosfer unik. Pasalnya, kapal-kapal yang berlabuh akan membentuk siluet kontras di tengah semburat langit jingga. Tak ketinggalan, bangunan ikonik Lawang Sewu pun memiliki pesonanya tersendiri saat sore menghampiri. Meski tak banyak orang sadar, cahaya oranye matahari yang meredup menciptakan pemandangan yang epik di balik kemegahan bangunan seribu pintu itu.
#4 Masih ada ruang terbuka guna dinikmati cuma-cuma di tengah kota Semarang
Meski tersohor sebagai sentra perdagangan dan pusat pemerintahan provinsi, Semarang bagian bawah masih menyisakan ruang terbuka yang dapat dinikmati tanpa perlu merogoh kocek. Area-area ini bukan hanya sekadar lahan kosong, melainkan telah bertransformasi menjadi ruang publik multifungsi. Sebut saja Lapangan Pancasila Simpang Lima dan kawasan Tri Lomba Juang, yang setiap pagi dan sore ramai oleh warga yang berolahraga.
Pun, keberadaan taman-taman kota seperti Taman Indonesia Kaya dan Taman Srigunting memiliki peran vital sebagai oase penyejuk dan wadah bercengkrama antar warga. Bukan hanya menyodorkan keasrian, taman kota juga membantu menetralisir sebagian polusi udara di wilayah urban. Ruang hijau di kepadatan Kota Semarang membuktikan bahwa kota ini masih memerhatikan kebutuhan akan ruang komunal bagi masyarakatnya.
Menutup lembaran sisi terang Semarang, jelaslah bahwa kota ini menyimpan pesona yang jauh melampaui stereotip yang kadung melekat. Berbagai harta karun terpendam inilah yang seharusnya lebih sering digaungkan ketimbang isu miring yang merugikan. Dengan mengenali dan mengapresiasi sisi terangnya, diharapkan prasangka yang selama ini mungkin menghantui dapat terkikis sehingga membuka jalan bagi pandangan yang lebih objektif dan apresiatif terhadap Kota Lumpia.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mengandaikan Rupa Semarang Jika UNDIP Tidak Pernah Ada: Ambyar!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















