Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Mempertanyakan Tarawih Beramplop di Sumenep, Sebuah Usaha Meramaikan Masjid atau “Memelihara” Kemiskinan?

Aqil Husein Almanuri oleh Aqil Husein Almanuri
5 Maret 2025
A A
Mempertanyakan Tarawih Beramplop di Sumenep, Sebuah Usaha Meramaikan Masjid atau "Memelihara" Kemiskinan?

Mempertanyakan Tarawih Beramplop di Sumenep, Sebuah Usaha Meramaikan Masjid atau "Memelihara" Kemiskinan?

Share on FacebookShare on Twitter

Adakah tarawih yang digelar dengan desak-desakan sampai dikawal aparat? Dipenuhi antusias warga sampai segitu membludaknya? Ya, ini terjadi di Sumenep, Kabupaten saya sendiri. Bahkan, orang-orang rela datang lebih awal untuk mengambil posisi strategis dan menghindari massa yang lebih banyak.

Bukan hanya warga lokal, mereka bahkan datang dari berbagai penjuru desa yang terbilang cukup jauh. Coba kamu cek sendiri fenomena ini di platform manapun, sudah viral kok.

Sebagai warga Sumenep, saya melihatnya sendiri. Satu akses jalan raya, Jalan Kartini, yang menjadi batas Kelurahan Kepanjin dan Pangarangan diblokade. Jalan ini menjadi tempat para jamaah tarawih, bisa dipastikan saking penuhnya jamaah yang ada di dalam masjid. Saya yang baru dari Kota menuju rumah pada malam itu terpaksa putar balik dan memilih alternatif lain.

Fenomena ini terjadi tak hanya sekarang, momen tersebut sudah biasa setiap tahun. Beberapa masjid di Sumenep menjadi sasaran warga hingga sesak. Saya yakin, warga Sumenep pasti tahu motifnya apa.

Tarawih dapat uang di Sumenep

Hal ini tidak terjadi secara alamiah, bukan hanya karena kesalehan atau kedekatan spiritual masyarakat Sumenep di bulan suci, nggak. Ini terjadi karena aktivitas rutin bagi-bagi uang oleh salah seorang politisi partai yang namanya cukup masyhur dalam dunia politik nasional. Tak perlu saya sebut, kalian pasti sudah tahu.

Beliau (politisi ini) memang dikenal punya kekayaan melimpah. Kata laporan LKHPN, kekayaannya mencapai 100 Miliar lebih untuk Tahun 2023, yang terdiri dari aset tanah, bangunan, dan benda bergerak. Setiap tahun, seperti momen tarawih seperti sekarang, beliau dikenal sering bagi-bagi uang kepada jamaah. Apalagi pada momen-momen politik.

Kegiatan ini punya jadwal resmi. Beberapa hari sebelum masuk bulan puasa, saya melihat jadwal dan nama mesjid yang akan dijadikan tempat bagi-bagi uang bertebaran di medsos.

Tak hanya satu titik, kegiatan ini menyasar beberapa lokasi di Sumenep. Menurut kabar terbaru, uang yang dibagikan adalah sejumlah Rp300 ribu, 3 kali lebih besar dari tahun sebelum-sebelumnya. Setahu saya sih segitu, nominal ini bisa lebih kecil atau malah lebih besar.

Baca Juga:

6 Syarat yang Harus Dipenuhi Madura sebelum Bermimpi Menjadi Provinsi Sendiri

Tugu Keris dan Terminal Sumenep Proyek Buang-buang Uang: Sudah Tak Menarik, Kualitasnya Jelek pula

Jumlah yang fantastis, bukan? Bayangkan, jika nominal itu benar dan dilaksanakan selama satu bulan penuh. Total yang didapat hanya dengan tarawih di tempat tersebut dalam sebulan bisa berkali-kali lipat dari UMR Sumenep yang hanya 2,4 juta. Kalau dikumpulkan, bisa lah untuk DP mobil sekelas Agya atau Ertiga. Apalagi untuk membeli motor bekas secara cash.

Kemiskinan

Melihat fenomena tahunan itu, saya lalu teringat dengan kondisi ekonomi masyarakat Sumenep yang masih menjadi 3 Kabupaten termiskin di Jawa Timur. Dalam data BPS Jawa Timur, jumlah masyarakat miskin di Sumenep pada tahun 2024 mencapai 196,42. Itu berarti, Sumenep mengisi posisi ketiga setelah Jember (225) dan Sampang (214). Akhirnya, saya ngebatin “Oh, pantes”.

Tren kemiskinan di Sumenep memang mengalami penurunan setiap tahun, sejak 2021 ke 2024, ada penurunan sekitar 3%, dari 20% ke 17%. Tapi jangan dulu buru-buru bangga dalam merespons ini. Sebab, yang saya rasakan sebagai warga Sumenep, tren positif ini juga disertai lonjakan migrasi masyarakat Sumenep ke luar kota untuk merantau, seperti membuka atau menjaga warung kelontong milik orang di kota besar misalkan.

Dari hal tersebut kita boleh menaruh curiga, jangan-jangan penurunan ini bukan karena pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemkab, melainkan upaya mandiri masyarakatnya sendiri. Andaikan Pemkab membantah, maka tren penurunan yang terjadi juga tidak masuk akal, mengingat potensi kekayaan sumber daya alam Sumenep yang melimpah.

Belum lagi, ada gap yang tajam antara kondisi rata-rata ekonomi masyarakat Sumenep dengan kekayaan segelintir orang, termasuk beliau ini dan Bupati Sumenep, Ahmad Fauzi. Wajar jika dulu sempat ada kalimat; yang kaya bupatinya, kabupatennya tetap miskin.

Fenomena bagi-bagi uang di momen tarawih ini semakin memperkeruh kenyataan. Sumenep bukan hanya menjadi Kabupaten miskin, tetapi seperti sengaja dibuat miskin dan dibentuk agar punya mental miskin. Tarawih berhadiah tunai secara tidak langsung akan membentuk mental pragmatis. Hal yang lebih naif, transaksional dalam ibadah.

Ketika mental itu telah berhasil dibangun, maka kepentingan apa saja akan mudah digapai. Termasuk misal menentukan kebijakan yang sebenarnya hanya menguntungkan dirinya sendiri. Sayangnya, ini tak disadari oleh banyak orang.

Transaksional

Sebuah kenyataan pahit, ini disponsori oleh politisi partai di Sumenep. Kita tahu sendiri, mereka punya investasi kepentingan jangka panjang. Lebih-lebih, beberapa tahun yang lalu, pada momentum yang sama, saya melihat postingan amplop partai itu berkeliaran di masjid, entah benar atau tidaknya.

Siapa yang tidak skeptis melihat pemandangan seperti itu? Pemberian uang secara cuma-cuma dengan nominal tak kecil bisa terkategori ke dalam bentuk gratifikasi. Dengan posisinya yang berada di lingkaran kekuasaan, boleh dong saya curiga terhadap motif tersebut.

Kekuasaan bukan hanya momentum lima tahunan. Ia menjadi permainan yang tak terbatas (infinite games). Bisa dipastikan, apa yang dilakukan beliau sekarang adalah untuk membangun basis suara di masa depan dalam panggung politik. Meski bukan untuk dirinya sendiri, mungkin untuk kerabatnya. Dengar-dengar, keponakannya diisukan maju ke Pilgub mendatang.

Tentu ini hanya dugaan saya. Niat pastinya, beliau dan Tuhan yang tahu. Meski boleh jujur, sebenarnya saya susah untuk percaya.

Tapi, walau bagaimanapun, ini terlalu berlebihan. Bagi-bagi uang tak sepantasnya dilakukan di tempat ibadah yang seharusnya dilakukan secara khusyu’, tanpa ada kepentingan duniawi. Dari mana kita bisa mendapatkan kesucian bulan Ramadan jika begini?

Bisa dipastikan juga, kecenderungan jamaah yang bahkan datang dari luar kecamatan kota dan rela berdesak-desakan adalah untuk mendapatkan uang. Buktinya mereka meninggalkan masjid yang ada di kampung halamannya sendiri dan memilih melakukan tarawih di masjid yang menjadi target bagi-bagi uang.

Jika ibadah saja bisa ditawar, apalagi suaranya nanti ketika kontestasi?

Penulis: Aqil Husein Almanuri
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Masyarakat Hanya Fokus pada Stereotip Madura karena Kasus di Bangkalan, tapi Mereka Lupa Madura Juga Punya Sumenep yang Elegan nan Menawan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Maret 2025 oleh

Tags: bagi-bagi uangsumeneptarawih
Aqil Husein Almanuri

Aqil Husein Almanuri

Hamba Tuhan yang melankolis.

ArtikelTerkait

Jeritan Petani Sumenep: Krisis Benih Tanaman yang Mengancam Kelangsungan Ekosistem Pertanian

Jeritan Petani Sumenep: Krisis Benih Tanaman yang Mengancam Kelangsungan Ekosistem Pertanian

25 Juli 2023
Mensyukuri Tinggal di Sumenep, Kabupaten Termiskin Ketiga di Jawa Timur

Mensyukuri Tinggal di Sumenep, Kabupaten Termiskin Ketiga di Jawa Timur

26 Juni 2023
Bertahun-tahun Hidup di Sumenep Madura Bikin Saya Nggak Sadar kalau 3 Kebiasaan Ini Aneh di Mata Orang Jember Mojok.co

Bertahun-tahun Hidup di Sumenep Madura Bikin Saya Nggak Sadar kalau 3 Kebiasaan Ini Ternyata Aneh di Mata Orang Jember

20 Juni 2024
Jejak Kebudayaan Eropa di Uniknya Kuliner Sumenep dan Madura (Unsplash.com)

Jejak Kebudayaan Eropa di Uniknya Kuliner Sumenep dan Madura

11 September 2022
Madura Tidak Butuh Jalan Tol

Madura Tidak Butuh Jalan Tol

30 Maret 2023
Tempat Wisata Sumenep Madura Memang Indah, tapi Jangan Berekspektasi Terlalu Tinggi Mojok.co

Tempat Wisata Sumenep Madura Memang Indah, tapi Jangan Pasang Ekspektasi Terlalu Tinggi

4 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.