Jembatan Ampera salah satu tempat ikonik di Palembang. Tidak heran, banyak wisatawan yang penasaran menyempatkan diri mengunjungi jembatan sepanjang 1.117 meter ini. Jembatan yang selesai dibangun pada 1965 itu memang ikonik dan penting bagi warga Palembang. Ampera menjadi penghubung daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.
Akan tetapi, orang Palembang sebenarnya cenderung malas untuk melewati jembatan tersebut, apalagi berwisata di sana. Selain sudah cukup sering melihatnya, di sana sering ada oknum sok jago yang meresahkan.
Daftar Isi
#1 Rawan pemalakan di atas Jembatan Ampera
Pemalakan di Jembatan Ampera sebenarnya bukan hal baru. Beberapa kasus terkait pemalakan beberapa kali mencuat. Korbannya beragam, mulai dari wisatawan lokal sampai warga Palembang yang sedang berjalan di atas Jembatan Ampera.
Saya ambil contoh video yang viral beberapa bulan lalu. Kasus pemalakan tersebut menyasar ibu-ibu pengajian yang sedang berswafoto sebagai korban. Di video tersebut, seorang pria yang ditetapkan sebagai pelaku tersebut bersikukuh tidak mau pergi sebelum diberi uang oleh para ibu-ibu. Keesokan harinya, pria pelaku pemalakan itu langsung diringkus oleh pihak kepolisian.
Saya yakin masih banyak oknum pemalakan lain di atas Jembatan Ampera yang belum diringkus polisi. Itu mengapa, kalau ada teman yang mau ke Jembatan Ampera, hati saya selalu was-was selama mendampingi mereka.
#2 Penodongan yang menyasar warga
Beberapa tahun lalu, kawan saya yang sedang berjalan di atas Jembatan Ampera ditodong. Ceritanya dia memang biasa lewat trotoar Jembatan Ampera saat mau pulang ke rumah. Namun, sore itu dia sedang apes. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba dia dipepet oleh dua orang pria. Di antara pria tersebut langsung mengeluarkan sajam untuk mengancam kawan saya agar menyerahkan gadgetnya.
Untunglah kawan saya jago silat. Jadi dia melakukan perlawanan terhadap dua penodong tadi. Karena pertarungannya agak alot, jadi ada beberapa orang yang akhirnya mendekat ke kawan saya. Karena panik, kedua pelaku pun langsung terjun dari atas Jembatan Ampera ke Sungai Musi untuk menyelamatkan diri.
Itu baru kasus yang viral, puluhan kasus lainnya hanya menguap tanpa ada proses hukum jelas. Sampai saat ini, kalau ada keperluan yang mengharuskan saya ke Jembatan Ampera, ayah saya selalu mewanti-wanti agar berhati-hati dna tidak sendiri. Minimal ada bantuan kalau ada apa-ada di sana.
#3 Malas terjebak macet
Semakin ke sini, melintas di atas Jembatan Ampera rasanya kian menyebalkan. Asal tahu saja, setiap pagi dan sore, terutama di jam-jam padat, Jembatan Ampera selalu macet dari ujung ke ujung. Selain peningkatan volume kendaraan yang melintas, alasan lain yang membuat kemacetan panjang di jembatan ini adalah kendaraan yang parkir di pinggir jembatan.
Kendaraan yang parkir di pinggir jembatan sebetulnya tidak seberapa. Paling hanya dua mobil atau beberapa motor. Namun, karena jalurnya sudah sempit, jadi mau berapapun kendaraan yang berhenti tetap saja bikin lalu lintas jadi tersendat hingga berjam-jam.
Sebenarnya solusi atas persoalan di atas sederhana saja, perhatian dan pengelolaan yang lebih serius terhadap ikon Palembang ini. Salah satu yang bisa diambil, pihak kepolisian setidaknya lebih sering melakukan patroli di atas jembatan untuk memberantas oknum-oknum yang meresahkan masyarakat. Selain itu melakukan penertiban terhadap kendaraan-kendaraan yang sembarang parkir di atas Jembatan Ampera.
Bukannya saya menghalangi orang-orang untuk berwisata ke Jembatan Ampera ya. Tulisan ini hanya sebagai pengingat bersama saja, terutama bagi pengunjung dan pihak-pihak yang bertanggung jawab. Pengunjung bisa lebih waspada dan berhati-hati. Sementara pihak yang bertanggung jawab, bisa mengambil langkah serius supaya ikon Palembang ini tidak tercoreng. Saya jamin, kalau destinasi wisatanya aman dan nyaman akan semakin banyak pengunjung yang mampir. Ujung-ujungnya warga dan pemerintah Palembang juga yang akan diuntungkan.
Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Oleh-Oleh Palembang yang Sebaiknya Jangan Dibeli
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.