Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

4 Alasan Warga Kabupaten Tegal Banyak yang Berjualan Nasi Goreng dan Martabak di Jabodetabek ketimbang Buka Warteg

Malik Ibnu Zaman oleh Malik Ibnu Zaman
16 Agustus 2024
A A
4 Alasan Warga Kabupaten Tegal Banyak yang Berjualan Nasi Goreng dan Martabak di Jabodetabek ketimbang Buka Warteg

4 Alasan Warga Kabupaten Tegal Banyak yang Berjualan Nasi Goreng dan Martabak di Jabodetabek ketimbang Buka Warteg (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Warteg menjadi bagian tak terpisahkan dari orang Tegal. Namun sebenarnya selain membuka usaha warteg, banyak juga orang Tegal yang berjualan nasi goreng dan martabak di wilayah Jabodetabek. Bedanya, orang Tegal yang berjualan nasi goreng dan martabak di perantauan ini berasal dari wilayah kabupaten, bukan kota.

Umumnya, orang-orang yang berjualan warteg berasal dari Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. Sementara mereka yang memilih berjualan nasi goreng kebanyakan dari daerah Tegal pegunungan seperti Kecamatan Bumijawa dan Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Kalau untuk pedagang martabak tentu saja mayoritas berasal dari Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal.

Sebenarnya ada beberapa alasan kenapa warga Kabupaten Tegal lebih memilih berjualan nasi goreng dan martabak alih-alih warteg. Saya mencoba mencari tahu dengan bertanya pada beberapa teman dan mendapatkan jawabannya.

#1 Jualan nasi goreng dan martabak merupakan usaha turun-temurun warga Kabupaten Tegal

Alasan pertama kenapa banyak orang Kabupaten Tegal berjualan nasi goreng dan martabak alih-alih warteg adalah karena ini merupakan usaha turun-temurun, baik dari kakek maupun ayah. Contohnya teman saya, Anam, yang berjualan nasi goreng. Dia menceritakan bahwa usaha ini awalnya milik sang ayah yang kemudian diteruskan olehnya. Anam juga menyebutkan bahwa paman-pamannya berjualan seperti dirinya.

Hal serupa juga terjadi pada teman saya, Fajri, yang berjualan martabak. Ia menceritakan bahwa usaha martabak yang dia jalani sekarang dulunya merupakan usaha sang ayah. Selain itu, menurut Fajri, banyak juga kerabatnya yang berjualan martabak.

Kalaupun ada warga Kabupaten Tegal yang berjualan nasi goreng dan martabak bukan karena usaha turun-temurun, biasanya sebelum buka usaha sendiri mereka pernah bekerja dengan orang lain dalam bidang kuliner tersebut. Dan orang yang mereka ikuti ini hampir dipastikan memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka, atau bahkan berasal dari daerah yang sama.

#2 Modalnya nggak sebesar modal buka usaha warteg

Alasan berikutnya kenapa banyak warga Kabupaten Tegal yang memilih jualan nasi goreng dan martabak adalah modal. Dibandingkan warteg, modal untuk jualan nasi goreng dan martabak ini nggak terlalu besar. Kalau untuk buka warteg kan perlu sewa tempat yang biasanya dibayar tahunan, bukan bulanan. Tentu saja uang yang dibutuhkan untuk sewa tak sedikit. Belum lagi modal untuk peralatan lainnya.

Sementara untuk berjualan nasi goreng dan martabak tak perlu sewa tempat besar seperti warteg. Usaha ini bisa dilakukan di pinggir jalan, atau kalaupun memang harus membayar sewa tak terlalu menguras kantong.

Baca Juga:

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

Selain itu, berjualan kedua kuliner ini lebih fleksibel, dengan kata lain bisa berpindah-pindah. Warga Kabupaten Tegal yang berjualan nasi goreng bisa jualan keliling menggunakan gerobak, sementara yang berjualan martabak juga bisa keliling dengan mobil bak terbuka. Menurut teman saya, modal yang mereka butuhkan untuk membuat gerobak dan peralatan tak sampai Rp10 juta.

#3 Tak mau mengambil risiko

Alasan ketiga banyak warga Kabupaten Tegal yang berjualan nasi goreng dan martabak adalah enggan mengambil risiko. Sebenarnya ada banyak kuliner khas Tegal yang bisa dipasarkan lebih luas. Misalnya, sate Tegal, soto tauco, olos, tahu aci, dll. Sayangnya, kalau berjualan makanan-makanan tersebut di Jabodetabek menjadi pertaruhan besar karena makanan-makanan tersebut nggak begitu familier bagi warga sana. Dan nasi goreng dan martabak sudah tak asing lagi.

Denyut kehidupan di Jakarta itu kan dari pagi kembali pagi, sementara nasi goreng dan martabak biasanya dijual hingga dini hari. Sehingga ketika warga merasa lapar ketika beraktivitas di malam hari atau selesai beraktivitas di malam hari, mereka bisa menemukan kuliner ini.

#4 Jaringan komunitas warga Kabupaten Tegal yang kuat

Alasan terakhir kenapa banyak warga Kabupaten Tegal memilih berjualan nasi goreng dan martabak di Jabodetabek alih-alih warteg adalah karena jaringan komunitas yang kuat. Jadi, orang Tegal yang jualan nasi goreng punya komunitas mereka sendiri, begitu juga dengan orang-orang yang berjualan martabak.

Dalam komunitas tersebut ada yang namanya iuran, kumpulan, bahkan mengadakan arisan. Komunitas ini memberi banyak manfaat bagi warga Kabupaten Tegal di perantauan. Misal, jika ada yang sakit, maka yang lain akan menjenguk, atau ketika ada anggota yang meninggal maka akan diberi santunan. Komunitas ini juga membantu para calon pedagang untuk mencari lokasi jualan yang strategis hingga memasok bahan baku. Kuatnya komunitas ini karena merasa berasal dari daerah sama.

Begitulah alasan mengapa warga Kabupaten Tegal di Jabodetabek kebanyakan menjadi penjual nasi goreng dan martabak alih-alih buka warteg. Sekarang sudah nggak penasaran lagi, kan.

Penulis: Malik Ibnu Zaman
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sejarah Martabak Telur, Berawal dari Lebaksiu Tegal hingga ke Penjuru Indonesia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Agustus 2024 oleh

Tags: kabupaten tegalmartabaknasi gorengtegal
Malik Ibnu Zaman

Malik Ibnu Zaman

Penulis lepas & Imam Besar Republik Mahasiswa Rebahan.

ArtikelTerkait

Kenapa Martabak Dianggap Ampuh Buat Nyogok Calon Mertua?

Kenapa Martabak Dianggap Ampuh Buat Nyogok Calon Mertua?

26 Maret 2020
6 Ragam Olahan Nasi Sisa yang Bisa Dicoba

6 Ragam Olahan Nasi Sisa yang Bisa Dicoba

25 Februari 2022
Pengin Mencicipi Sate Kambing Tegal untuk Pertama Kalinya? Biar Nggak Kaget, Berikut 5 Fakta yang Perlu Kamu Ketahui Soal Kuliner Ini

Pengin Mencicipi Sate Kambing Tegal untuk Pertama Kalinya? Biar Nggak Kaget, Berikut 5 Fakta yang Perlu Kamu Ketahui Soal Kuliner Ini

1 Maret 2023
Mari Bersepakat Kota dan Kabupaten Tegal Adalah Jepangnya Indonesia terminal mojok.co

Sauto, Makanan Khas Tegal Perpaduan Dua Budaya

29 Mei 2021
Kalau di Kota Padang Nggak Ada Nasi Padang, di Tegal Tetap Ada Warteg, tapi...

Kalau di Kota Padang Nggak Ada Nasi Padang, di Tegal Tetap Ada Warteg, tapi…

15 Januari 2024
3 Tempat Horor di Tegal Warisan Kolonial Belanda

3 Tempat Horor di Tegal Warisan Kolonial Belanda

13 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.