Kalau bicara soal kuliner kekinian, pasti tidak asing lagi dengan namanya Mie Gacoan. Mie yang disebut-sebut sebagai favorit the nuruls ini memang sedang menjamur di Indonesia. Seolah semua kota berebut ingin ada cabang Mie Gacoan juga, dan merasakan mie yang hits ini. Di Kediri, setahu saya sudah ada 3 cabang, yaitu di Pare, Banjaran, dan Kaliombo.
Kalau di Kediri sendiri, sebelum Mie Gacoan juga sebenarnya sudah ada jenis kuliner mie pedas lainnya. Dari sekian banyak brand mie pedas, 2 yang punya nama beken adalah Mie Djoedes yang kini berganti Mie Djoetek dan Mie Kober. Semua punya keunggulan masing-masing, dan sudah pernah saya bahas lewat artikel Mie Djoetek, Kober, dan Gacoan: Kuliner Mie Pedas yang Masih Rebutan Takhta di Kediri di Mojok.
Dari sekian itu, menurut saya, Gacoan adalah yang paling overrated. Bahkan ketika pertama mencoba, sebetulnya saya tidak begitu menemukan apa yang spesial dari mereka selain memang pangsitnya yang cukup enak. Tapi, nama brandnya kan Mie Gacoan bukan yang artinya untuk highlight di sini adalah mie, yang ternyata biasa saja.
Daftar Isi
Mie Gacoan sudah buka cukup lama di Kediri
Mie Gacoan sendiri sebenarnya sudah buka cukup lama di Kediri. Bahkan ketika namanya belum seterkenal sekarang. Saya pernah mencobanya suatu kali, tapi biasa saja rasanya. Bahkan saya masih suka Mie Djodes yang saat itu lebih eksis.
Sampai pada akhirnya, saya melihat Mie Gacoan yang ternyata ramai sekali. Saya jadi berpikir, apa saat itu saya lagi apes saja Atau, saat ini, ada sesuatu yang menu spesial yang membuat mereka semakin ramai.
Akhirnya, saya mencoba kembali dengan antrian super panjang yang bikin ekstra sabar. Usai mendapat menu yang saya inginkan, saya rasa tak ada beda dengan awal-awal saya pesan dulu. Rasanya masih sama, toleransi pedasnya juga sama. Oh, rupanya memang cuma lagi hits saja. Atau di lidah saja memang tekstur mie mereka kurang cocok.
Tekstur mie yang kering dan berminyak bikin jadi kurang enak
Dibanding Djoetek atau Kober di Kediri, Mie Gacoan memiliki bentuk mie yang lebih kecil-kecil dan tipis. Namun, entah kenapa, Gacoan lebih cepat kering. Selagi hangat dan baru datang, baiknya memang langsung dimakan. Kalau membiarkannya sebentar saja saya jamin bentuknya kotak menggumpal seperti kotak bekal mie instan.
Minyak dari bumbunya juga luar biasa banyak. Minyak dari bumbu pedasnya tidak membuat tekstur juga lebih baik, malah jadi kering dan berminyak. Maka dari itu, ketika pesan dari ojol, baiknya langsung segera dimakan tanpa menunggu lama. Karena kalau sudah sedikit dingin saja, teksturnya menggumpal dengan kumpulan minyak.
Untungnya, pangsit mereka saya akui enak. Taburan toping ayamnya juga enak jadi penyelamat. Coba saja itu tadi tidak ada, wah kayaknya saya sih cukup sekali aja cobanya nggak akan repeat order.
Ramai karena hype dan bikin penasaran
Kenapa saya sebut overrated, karena banyak orang penasaran akan rasa Mie Gacoan yang katanya antri banget dan banyak dibicarakan ini. Orang-orang berbondong mau ada cabang Gacoan di kotanya karena penasaran. Padahal variasi mie pedas di Kediri itu banyak.
Mungkin ini juga trik marketing yang akhirnya membuat merek ini tetap ramai sampai sekarang. Hal ini terlihat ketika saya melempar opini di media sosial. Saya bilang kalau di Kediri, Djoetek tetap jadi favorit dan rupanya masih banyak yang setuju. Ada juga yang lebih suka Kober.
Hype memang kekuatan yang besar untuk sebuah brand. Apalagi ketika brand yang bersangkutan bisa menjaga hype tetap tinggi. Dengan begitu, animo warga Kediri untuk mencoba tetap besar. Untuk soal strategi marketing, Mie Gacoan patut mendapat pujian.
Penulis: Arsyanisa Zelina
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Alasan Saya Nggak Nyaman Makan Mie Gacoan di Outletnya Selain Antrean yang di Luar Nalar
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.