Ada satu channel YouTube namanya Kinderflix. Berdasarkan keterangan di akun YouTube-nya, Kinderflix baru dibuat pada 4 September lalu. Ibarat pemain, channel YouTube satu ini masih bau kencur. Lihat saja video yang mereka upload, baru 6 biji doang. Meskipun demikian, jumlah total penonton video mereka nyaris menyentuh angka 9 juta orang. Luar biasa sekali, bukan?
Banyak yang bilang, Kinderfix ini meniru konsep channel YouTube Ms. Rachel – Toddler Learning Videos. Ya, kalau dilihat-lihat, memang mirip, sih. Keduanya sama-sama mengusung konsep video edukatif yang ditujukan untuk balita. Dan itu sah-sah aja. Kinderflix-nya nggak salah. Yang salah adalah mereka yang nyampah komentar mesum di video Kinderflix.
Emang ada yang begitu? ADA!
Daftar Isi
Host Kinderflix
Adalah Nisa, salah satu host di channel YouTube Kinderflix, yang kerap mendapat komentar yang mengarah pada seksualitas. Kalau kalian pikir itu terjadi karena Kak Nisa menggunakan pakaian yang terbuka, kalian salah. Silakan cek sendiri. Dalam tiap videonya, Kak Nisa selalu berpakaian sopan.
Lantas, kenapa komentar-komentar mesum itu bisa berdatangan?
Itu! Itu dia masalahnya!
Secara logika, gerak-gerik Kak Nisa di video tidaklah sensual. Kak Nisa tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya, tidak pula mengerlingkan mata. Yang dia lakukan cuma bermain cilukba, menghitung angka, bertepuk tangan, dan aktivitas lain yang bayi banget. Iya, bayi banget. Lha, kok bisa-bisanya ada laki-laki dewasa yang sange nonton begituan? Sakit jiwa!
Lucu-lucuan yang nggak lucu
Jujur saja, saat pertama kali melihat ada laki-laki yang memparodikan video Kinderflix, saya masih menganggap hal tesebut sebagai sesuatu yang menghibur. Lucu aja gitu melihat ada mas-mas berakting layaknya balita menonton video Kinderflix.
Tapi, setelah menemukan jejak-jejak komentar mesum di kolom komentar Kinderflix, bahkan ada yang secara terang-terangan mengupload video dirinya tengah menonton Kinderflix sambil menahan hasrat, saya jadi ngeri sendiri. Gila, kok bisa lho pikiran mereka sejauh itu???
Soal jejak komentar mesum di video Kinderflix ini, herannya, ada saja yang membela. Mereka bilang itu sekadar lucu-lucuan. Dan orang yang gerah karenanya adalah orang yang terlalu kaku menjalani hidup.
Maaf, hidup kami nggak kaku. Otak kalian noh yang kaku kayak kanebo kering hingga nggak bisa berpikir apakah perbuatan tersebut layak atau tidak.
Keresahan orang tua yang anaknya nonton channel Kinderflix
Dari sudut pandang manusia normal, komentar sampah di video edukasi kayak Kinderflix jelas meresahkan. Selama ini, atas nama selektif dalam memberikan tontonan pada buah hati, kata kunci “edukasi” kerap menjadi jalan ninja bagi para orang tua. Setidaknya, dalam keyakinan kami—para orang tua—video dengan embel-embel edukasi akan aman untuk ditonton. Bahkan, bisa memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan untuk anak-anak.
Nah, kalau ternyata video itu disusupi komentar sampah, kami harus menggunakan filter apa lagi untuk mendapatkan tontonan yang mendidik? Sungguh meresahkan sekali.
Okelah, mungkin balita belum bisa membaca jejak komentar yang ditinggalkan laki-laki otak mesum. Tapi, bagaimana dengan kakaknya, saudaranya, atau sepupunya, yang saat itu turut menemani? Komentar-komentar tersebut tentu akan terbaca oleh mereka, kan? Secara nggak langsung, hal tersebut akan mendistraksi otak mereka. Jangan lupa, otak adalah perekam.
Lingkaran setan guyonan seksis
Bagi anak-anak yang nggak pernah terpapar guyonan seksis, adanya komentar cabul seperti yang muncul dalam kolom komentar channel Kinderflix tentu akan menjadi sebuah tanda tanya. Mereka akan penasaran dengan apa maksud kalimat tersebut. Setelah penasaran, mereka akan mencari tahu. Setelah mencari tahu, mereka jadi tahu dan merasa itu lucu. Tinggal tunggu saatnya bagi guyonan seksis ini untuk keluar dari mulut ataupun ketikan anak-anak di media sosial.
Jadi, deh. Anak-anak yang semula tak sengaja membaca komentar seksis, kini menjadi pelaku. Mereka ikut-ikutan nyampah. Persis lingkaran setan. Kalau sudah begitu, salah siapa coba? Salah Gibran? Selamat, ya, netizen goblok, kalian sukses membuat anak-anak dewasa sebelum waktunya.
Keresahan perempuan
Lebih jauh, adanya komentar mesum di channel Kinderflix yang notabene adalah channel edukasi juga menimbulkan keresahan bagi para perempuan. Mana nih yang bilang wajar cewek digoda karena pakaiannya kerap terbuka? Gue gaplok juga pake ember! Tuh, lihat, Kak Nisa berpakaian sopan, tapi dia tetap saja jadi sasaran laki-laki otak selangkangan.
Heran. Kami nggak berpakaian terbuka, kalian tergoda. Kami nggak merayu manja, kalian masih nafsu saja. Lalu kami harus apa? Kami harus bagaimana agar merasa aman dan nyaman dari pikiran kalian? Apakah kami harus menyamar jadi kandang ayam?
Mas, Om, Bapak, Kinderflix itu channel edukasi balita, lho. Baca pelan-pelan: Chan-nel E-du-ka-si.
Ayolah, belum terlambat untuk mengakui secara gentle bahwa masalahnya ada di otak kalian. Kalau memang begitu susah untuk mengontrol diri, hingga dikit-dikit nafsu, dikit-dikit nafsu, konsultasi ngapa, sih? Jangan jadi ancaman bagi para perempuan dan anak-anak yang nggak tau apa-apa!
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 6 Rekomendasi Kanal YouTube Belajar Bahasa Inggris yang Cocok untuk Anak-anak Selain Cocomelon.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.