Ekspansi restoran di tempat wisata Baturraden memang tak terelakkan. Tapi jika mengabaikan alam, bencana bisa jadi mengintai dan makin dekat dalam mengintai
Pariwisata memang menjadi salah satu isu yang sedang naik daun di Indonesia. Bahkan, Kemenparekraf sampai menyusun daerah mana saja yang dijadikan sebagai wisata prioritas yang wajib dikunjungi wisatawan asing saat singgah ke Bumi Pertiwi. Bukan hanya itu, di berbagai daerah diresmikan pula desa wisata yang jumlahnya melebihi jumlah rambut di kepala kalian. Akeh tenan, Lur!
Di saat pemerintah mulai membangun geliat ekonomi melalui wisata, bukan hanya kaum menengah ke bawah saja yang mengambil kesempatan itu. Tapi juga kaum menengah ke atas yang (bahkan) lebih gencar untuk berpartisipasi. Wisata memang diharapkan mampu membuka pintu bagi para pelaku UMKM di daerah dan sektor industri rumahan. Daerah pariwisata bisa membuka lapangan kerja bagi warga sekitar dengan berdagang makanan khas yang ada di daerah tersebut. Ada juga sebagian warga yang memilih untuk berjualan pernak-pernik kerajinan.
Namun, ada juga kaum pengusaha yang memilih untuk mendirikan berbagai restoran yang mengusung tema alam di berbagai daerah yang terkenal dengan nuansa alamnya. Restoran seperti ini bisa dengan mudah kalian dapati di daerah dataran tinggi dan pegunungan. Sebut saja Kota Batu, Kledung (Temanggung) dan Dieng.
Namun, kali ini saya nggak akan bahas ketiga daerah tersebut. Sebagai mahasiswa yang mukim di Purwokerto selama setengah windu, saya memperhatikan perkembangan Baturraden sebagai tempat wisata prioritas di Kabupaten Banyumas. Banyak perubahan yang terjadi di daerah kaki Gunung Slamet ini. Salah satu penyebabnya dikarenakan banyaknya restoran dan tempat hiburan yang didirikan di sini.
Restoran mengusung tema alam, namun mengikis lahan persawahan
Sebenarnya, artikel ini bisa menjadi sebuah kelanjutan dari artikel saya sebelumnya yang berjudul 100 Ribu Mahasiswa Bakal Menjadi Petaka Bagi Purwokerto di Masa Depan, Jika…. Baturraden merupakan daerah yang dijadikan sebagai pelarian bagi para mahasiswa. Banyak mahasiswa yang memilih menghabiskan akhir pekan untuk berwisata ke kecamatan yang berada di kaki Gunung Slamet ini. Ya, hal ini lantaran Baturraden adalah salah satu wilayah yang bisa dibilang memiliki paket komplit sebagai daerah wisata. Semuanya ada di sini. Bahkan, bukan hanya hari libur saja yang ramai. Hampir setiap hari daerah yang terletak di kaki Gunung Slamet itu dipenuhi dengan mahasiswa berbagai universitas di Purwokerto.
Nah, berawal dari banyaknya pendatang yang berlibur ke Baturraden. Para pemilik modal pun berbondong-bondong untuk membangun berbagai restoran, café, dan tempat hiburan di sekitar daerah tersebut. Saat pertama kali berkunjung ke daerah Baturraden tepatnya di Desa Karangsalam pada 2020, hanya ada beberapa restoran dan warung yang buka. Namun, kali ini area ini sudah dipenuhi dengan berbagai macam warung dan restoran yang menawarkan keindahan alam kaki Gunung Slamet.
Saya rasa pemerintah harus bisa memberikan tindakan tegas pada para pemilik modal agar memperhatikan aspek lingkungannya. Jangan karena daerah tersebut ramai dikunjungi, lantas semua orang ingin membuka lapak dan usaha di daerah tersebut. Penataan kota yang sistematis harus ditegakkan supaya Baturraden tetap bisa menjadi rumah yang nyaman bagi wisatawan dan penduduk asli. Area persawahan harus tetap disediakan sebagai ruang hijau yang menyediakan oksigen dan tempat hidup binatang.
Kelola sampah Banyumas memang terbaik di ASEAN, tapi bukan berarti bisa buang sampah seenaknya di Baturraden lah
Saat saya berkunjung ke beberapa restoran dan tempat wisata yang ada di daerah Baturraden, saya menemukan berbagai sampah yang berserakan di sekitar wilayah tersebut. Memang, di bagian area dalam tidak ada sampah. Namun, sampah itu dengan mudah kalian jumpai di selokan serta pinggiran jalan.
Kemarin, saya melihat salah satu video PutCast di channel YouTube milik Mojok. Dalam PutCast tersebut Mas Puthut EA berbincang dengan Bupati Banyumas dan membahas banyak mengenai masalah sampah di Banyumas yang sudah ditangani dengan baik oleh pemda. Namun, penangan sampah yang baik bukan menjadi dalih bagi kita untuk membuang sampah secara sembarangan.
Jangan sampai Baturraden dalam waktu dekat menghadapi masalah ekologis yang serius. Kejadian ini sudah terjadi di daerah Lembang, Jawa Barat. Pemilik modal yang gelap mata menanam investasi tanpa menanam pohon. Akibatnya ruang hijau akan berkurang. Dan, ini bisa menimbulkan masalah di masa depan bagi keberlangsungan warga Baturraden dengan keindahan alam yang paripurna.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kalau Masih Sayang sama Pacar, Jangan Ajak Main ke Baturraden