Pastinya, kita udah nggak asing lagi dengar kata upselling dalam sebuah proses transaksi jual beli. Apalagi, akhir-akhir ini isu tentang salah satu jenis strategi marketing tersebut kembali mencuat diiringi tone yang negatif. Pembeli yang mengeluhkan praktek pemasaran tersebut merasa telah dikecoh mentah-mentah oleh pihak penjual. Pasalnya, tenaga penjual yang berinteraksi langsung dengan konsumen cenderung tidak terang-terangan menjelaskan penawaran additional product. Sebaliknya, mereka terlatih membungkusnya dengan kalimat seolah tawaran tersebut termasuk dalam default product alias nggak perlu bayar lagi.
Maka, lumrah saja ketika cara mengejar target penjualan yang mengesampingkan etika tersebut malah memicu kemarahan pembeli. Biasanya, trik mengelabui konsumen seperti ini banyak dilakukan oleh brand makanan dan minuman non-kemasan populer yang membuka gerainya di pusat perbelanjaan.
Sayangnya, nggak mungkin pula pelanggan kudu mengedukasi satu persatu karyawan di outlet tersebut supaya meninggalkan jurus upselling yang diaplikasikan dengan salah kaprah itu. Solusinya, konsumen patut lebih pintar supaya nggak termakan tipu daya sesat trik upselling. Misalnya, dengan menerapkan sederet tips berikut ini.
Daftar Isi
Jadilah pembeli yang bawel
Adalah hak konsumen untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya terkait produk yang hendak dibeli, tidak peduli seberapa receh produk tersebut, termasuk makanan dan minuman sekalipun. Maka dari itu, sejatinya, pembeli tidak perlu merasa malu atau nggak enak hati jika ingin bertanya macam-macam seputar makanan atau minuman pesanannya kepada pelayan toko.
Ketika pelayan menawarkan berbagai macam pilihan ukuran, sirup, topping, jenis susu, atau produk lainnya, sebaiknya konsumen langsung tembak saja dengan mengkonfirmasi dan membandingkan harganya jika tidak memilih berbagai produk yang disebutkan tadi.
Sialnya, tidak sedikit dari kita yang merasa sungkan atau mungkin takut dicap kampungan manakala menanyakan harga secara rinci. Nyatanya, toh, itu adalah hak dasar konsumen. Sangat mungkin terjadi kalau para tenaga penjual memanfaatkan karakter konsumen masyarakat Indonesia ini guna mengintimidasi selama proses transaksi berlangsung. Padahal, mendingan dicap rewel ketimbang harus kehilangan uang yang nominalnya nggak bisa dibilang sedikit, kan? Ingat pepatah, malu bertanya, sesat di jalan.
Riset produk terlebih dahulu
Merasa kamu adalah tipe pembeli introvert yang enggan ribet dan berlama-lama berdiri di depan counter? Tenang, Gaes, masih ada jalan ninja lainnya yakni dengan memanfaatkan teknologi demi melakukan riset harga. Jadi gini, aplikasi pemesanan makanan atau minuman online itu sesungguhnya tidak hanya berfungsi untuk melakukan order saja, lho.
Kamu bahkan bisa cek harga produk sebelum memesan makanan atau minuman kesukaanmu kepada pelayan yang berdiri di belakang meja kasir. Perhatikan harga yang ditampilkan pada setiap opsi menu, lalu lakukan simulasi pembelian sebagai panduan ketika menyebutkan pesanan. Nah, dengan demikian, kamu sudah tahu kira-kira berapa rupiah yang mesti dirogoh demi menikmati pesananmu.
Bawa teman yang familiar dengan produknya
Langkah lain yang dapat ditempuh adalah dengan mengajak teman yang paham benar dengan makanan atau minuman yang akan kita beli. Biasanya, mereka sudah nggak asing lagi tentang bagaimana cara memesan sekaligus harga masing-masing menu. Jangankan harga, event promo saja mungkin mereka sudah hafal di luar kepala.
Contohnya saja saat kamu pengin pesan segelas kopi Starbucks yang kerap kali bikin orang awam bingung waktu memesan lantaran pemakaian nama yang nggak biasa seperti lazimnya kedai kopi lokal maupun pilihan add-on yang bejibun. Mintalah pada temanmu itu untuk membantu melakukan order minuman sesuai yang dibutuhkan saja. Sembari, kamu memperhatikannya sewaktu ia berkomunikasi dengan pelayan. Next time, kamu pasti sudah lebih percaya diri untuk memesan minuman favorit sendiri.
Minta rincian dan cek struk penjualan
Double check adalah mantra wajib agar terhindar dari jebakan betmen upselling. Sebelum pesananmu diproses, mintalah kepada kasir untuk menyebutkan kembali secara detail dan perlahan seputar rincian pesananmu berikut harganya. Taktik ini juga berlaku sewaktu kamu melakukan pesanan dengan metode drive thru.
Kalau memungkinkan, mintalah kepada petugas resto untuk menampilkan daftar pesanan di layar seperti kalau kamu memesan drive thru di restoran cepat saji McDonald’s. Btw, sebagai informasi tambahan apabila memesan secara drive thru di McD dan kamu sudah menempel sticker resto tersebut di kaca mobil, jangan lupa tanyakan benefit yang diperoleh setiap pembelian minimal Rp70.000, ya! Soalnya, kadang-kadang mereka tidak menyodorkan informasi super penting tersebut sewaktu konsumen melakukan pesanan.
Tegas di awal
Tips terakhir ini cocok banget buatmu yang paling anti membuang waktu. Apalagi kalau bukan bersikap tegas di awal. Maksudnya adalah dengan menyampaikan pesananmu ditambah penekanan pada kata “tanpa add-on” dan langsung menyebutkan metode pembayaran via QRIS disertai akting sibuk membuka aplikasi pembayaran. Kelar, deh! Walau terkesan sedikit jutek, cara ini cukup ampuh untuk menghentikan langkah tenaga penjual dalam merayu calon pembeli.
Tidak ada yang salah dengan strategi marketing untuk meningkatkan penjualan. Yang keliru adalah pengabaian etika dalam penerapannya. Bukankan upselling tanpa persetujuan konsumen itu tidak ada bedanya dengan scam? Muslihat semacam itu sebaiknya segera ditinggalkan. Sebab, hal tersebut akan memengaruhi citra merek atau perusahaan itu sendiri yang lambat laun sanggup menjadikan perusahaan kehilangan pelanggannya. Gimana, apakah kamu sudah siap mempraktekan tips di atas?
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pengalaman Saya Jadi Korban Penipuan Berkedok Hadiah di Mal