MotoGP resmi telah memasuki musim balap 2022, setelah melakukan tiga kali tes pramusim yaitu di Jerez, Sepang, dan Mandalika. Pada musim lalu Fabio Quartararo menyabet gelar juara setelah unggul 26 poin dari Francesco Bagnaia. Gelar ini menjadi yang pertama bagi Yamaha setelah terakhir diraih oleh Jorge Lorenzo pada 2015. Quartararo tampil dominan dengan lima kali kemenangan dan sepuluh kali podium. Hal ini menunjukan supremasi Yamaha yang tidak terbendung saat itu.
Namun berbeda dengan tahun ini, saya prediksi Yamaha tidak akan sedominan tahun lalu. Justru Ducati yang akan tampil dengan dominan hingga akhir musim.
Musim ini balapan sudah melewati satu seri yang diadakan di Qatar. Pembalap Ducati Gresini, Enea Bastianini menjadi yang tercepat disusul oleh Brad Binder dan Pol Espargaro. Sangat disayangkan Jorge Martin mengalami insiden dengan Francesco Bagnaia yang sama-sama membela panji Ducati ketika mencoba meraih podium. Namun, ini menjadi sinyal kuat untuk para pabrikan lain dalam menghadapi arus Ducati yang semakin cepat.
Sebenarnya Ducati sudah cukup mendominasi pada beberapa musim terakhir, terbukti pada 2020 dan 2021 dengan menyabet gelar juara konstruktor. Namun tidak afdal rasanya apabila pembalapnya tidak juara. Tahun ini menjadi kesempatan emas untuk para pembalap Ducati mengakhiri puasa gelar yang sudah berlangsung selama lima belas tahun lalu saat era Casey Stoner.
Berikut beberapa alasan mengapa Ducati akan tampil mendominasi pada musim ini.
#1 Menurunkan delapan motor
Alasan pertama yaitu satu-satunya pabrikan yang berani menurunkan delapan motor pada MotoGP 2022. Suatu hal yang jarang terjadi pada era MotoGP. Dengan demikian Ducati hampir menguasai setengah motor yang ada pada musim ini. Jauh berbeda dengan pabrikan lain yang hanya menurunkan dua motor seperti Suzuki dan Aprilia. Atau pun Yamaha, Honda, dan KTM yang menurunkan empat motor. Bayangkan apabila Anda sebagai pembalap Suzuki dan dikelilingi oleh para pembalap Ducati, mental Anda bakal diuji.
Pada perebutan juara dunia, sudah tidak asing lagi kalau ada yang memakai strategi mengutamakan tim ketimbang individu. Misalkan Anda seorang pembalap Ducati dan sedang mengejar poin Marc Marquez, maka rekan tim Anda dapat memberikan jalan untuk mempermudah mendekati Marc Marquez. Maka dari itu delapan motor bisa menjadi langkah jitu Ducati setelah gagal berulang kali juara dunia MotoGP.
#2 Pembalap muda
Delapan motor Ducati dibagi dalam empat tim. Pertama, Ducati Lenovo Team yang dikendarai oleh Francesco Bagnaia dan Jack Miller. Kedua, Ducati Pramac yang dikendarai oleh Jorge Martin dan Johann Zarco. Ketiga, Ducati Mooney VR46 yang dikendarai oleh Luca Marini dan Marco Bezzecchi. Terakhir, Ducati Gresini yang dikendarai oleh Enea Bastianini dan Fabio Di Giannantonio.
Selain Johann Zarco yang saat ini berumur 31 tahun dan Jack Miller yang berumur 27 tahun pada Januari lalu, pembalap lainnya masih berumur tidak lebih dari 25 tahun. Muda dan penasaran untuk meraih juara kurang lebih seperti itu keadaannya saat ini. Terlebih lima dari delapan pembalap merupakan orang Italia. Bayangkan pembalap Italia dengan motor Italia, numero uno!!
#3 Kekuatan finansial
Selanjutnya adalah kekuatan finansial yang kuat. Dibuktikan dengan pengembangan motor yang selalu menjadi yang pertama di MotoGP. Mulai dari kemunculan winglet yang membuat fairing motor seperti kepala lele, pendingin ban, perangkat start, hingga suspensi yang bisa naik-turun ketika masuk dan keluar tikungan. Teknologi ini bahkan sering diprotes oleh pabrikan lain yang merasa terancam dengan alasan keamanan dan buang-buang biaya. Namun, Ducati melalui Sporting Director-nya Paolo Ciabatti mengatakan dengan tegas bahwa timnya memilki uang untuk melakukan pengembangan teknologi dan menjelaskan bahwa timnya tidak pernah mengganggu ranah pengembangan pabrikan lain.
Untuk diketahui dalam satu musim balapan, pabrikan mengeluarkan kurang lebih lima juta euro atau Rp88 Miliar untuk sepasang motor. Itu belum termasuk gaji pembalap, mekanik, dan karyawan lainnya. Silakan dihitung berapa biayanya untuk delapan motor.
#4 Perkembangan teknologi
Ducati sangat terkenal dengan kecepatannya saat berada di lintasan lurus. Bahkan rekor kecepatan MotoGP dipegang oleh Ducati pada seri Mugello 2018. Saat itu kecepatannya menyentuh 360 kilometer per jam. Mungkin kalau Anda yang mengendarai sudah terbang.
Namun, dengan kecepatan seperti itu, Ducati tetap memiliki kekurangan yaitu ketika memasuki tikungan, motor sangat lambat. Dalam beberapa tahun terakhir para mekanik mencoba memperbaiki hal tersebut. Alhasil kini tim tersebut berubah menjadi motor yang ganas di tikungan dan cepat di lintasan lurus. Sehingga menjadi kesempatan emas untuk para pembalap pabrikan tersebut menjadi juara dunia di MotoGP 2022.
Dari beberapa alasan di atas, terlihat bahwa tim ini memang jadi kandidat paling kuat untuk jadi juara dunia. Tapi, lagi-lagi, ini masih di atas kertas. Dalam praktiknya, selalu ada kejutan. Menarik untuk disaksikan.
Penulis: Galih Andriansyah Putra
Editor: Rizky Prasetya